Part 12-Finally, First Kiss!

47.1K 1.5K 26
                                    

Penting: Ada unsur 18+ nya di sini, jadi yang belum cukup umur skip aja ya wahahaha:p

Rasya's POV

Hari ini tepat satu minggu setelah aku dan Radit menikah. Aku tak ada shift hari Minggu ini, sehingga kuhabiskan dengan tidur sepuasnya. Mataku terasa berat sekali dibuka, kulirik jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Aku menguap kemudian memaksa mataku membuka.

Ah, ya, sudah empat hari ini aku tidur di kamar tamu. Sejak kejadian malam Radit kambuh, aku meminta Radit untuk tidur di kamarnya.

"Yaampun Rasya! Dasar kamu ini ya! Jam sembilan pagi belum juga bangun. Kamu itu sudah menikah Sya, jangan lakukan kebiasaan waktu gadis dong. Duh aduh," teriakan Ibu membuatku dengan cepat duduk dan mengusap muka.

"Iya iya Bu, nih bangun nih," balasku sambil memelototkan mataku.

"Sejak hari pertama kamu tidur di sini terus hah?" tanya Ibu dengan tatapan penuh selidik.

"Ih apa sih Ibu tanyanya kok gitu. Mau tidur di mana aja Rasya sih oke, kayak nggak tau aja sih Bu," balasku sambil tertawa kecil.

"Ibu nggak lagi bercanda tau nggak sih Sya. Tuh Radit tidurnya di sana, kenapa kamu nggak tidur bareng dia?" tanya Ibu, berusaha menyelidik lagi.

"Duh udah ah, Rasya pengen ke kamar mandi dulu," jawabku sambil turun dari tempat tidur.

Ibu menatapku sebal, ah andaikan Ibu tahu betapa susahnya hidup di sini.

"Rasya sayang, kok kalian nggak tidur bareng sih? Mama heran banget tau nggak. Itu Radit belum bisa bangun, coba kamu bangunin dong Sya," Mama masuk ke kamar tamu dan ikut berteriak.

"Iya bener banget Mbak. Ini anak dua apa nggak punya naluri manusia ya?" kata Ibu membuat mataku terbelalak.

"Aah cukup! Aku pusing!" teriakku kemudian bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Aku mencuci mukaku kemudian menggosok gigiku. Apa-apaan ini? Pagi ini sungguh mengejutkan. Bagaimana bisa ada Ibu dan Mama di sini? Ah, ini sungguh tak terduga. Aku menggerutu kesal setelah itu.

***

Aku berjalan keluar kamar tamu menuju kamar tempat Radit tidur. Ibu dan Mama sibuk berbincang, kulihat Ayah dan Papa asyik mengobrol sambil minum teh di halaman belakang. Ah, kegilaan macam apa ini.

Kulihat Radit masih tertidur pulas, aku menatapnya beberapa saat sebelum mendekat. Bagaimana caranya supaya Radit bangun, batinku kesal. Malam tadi aku ingat dia pulang sangat larut, bahkan ketika aku sudah masuk ke dalam kamar untuk tidur.

"Radit, bangun," kataku setengah beteriak.

Radit tetap diam. Aku berdecak sebal. Apa suaraku kurang keras hah?

"Dit bangun dong, gawat nih," kataku lagi sambil berusaha menggoyangkan badan Radit.

Radit lagi-lagi hanya diam. Kulihat matanya tetap rapat tertutup, nafasnya terdengar jelas di telingaku, aku menatapnya lama.

"Ih kok susah banget dibangunin," kataku pada diriku sendiri.

Aku hendak beranjak namun kemudian tangan Radit menahan tanganku.

"Banguninnya kok gitu sih Sya, pake sayang dong," kata Radit sambil membuka mata dan menatap ke arahku.

"Apa sih kamu Dit," balasku sambil menarik tanganku dari genggamannya.

Radit hanya tertawa setelah itu. Aku bergegas keluar dari kamar sebelum muka merahku terlihat oleh Radit. Sejak menikah dengan dia, seluruh organ tubuhku seperti bekerja lebih keras. Entah itu jantung, hati, atau mataku yang sibuk menangis. Hiks.

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang