Part 20-Fight

68.1K 1.3K 134
                                    

Halo para Readers tersayang! Mohon maaf baru sempat upload lagi

Dan uploadnya malem malem bgt lagi:(

Selamat membaca, semoga suka ya:)

xoxo

Isi mulmed di atas waktu Radit melumat bibir Rasya dan memaksanya untuk melakukan itu😋

***

Part 20

Rasya's POV

Ini sudah tepat tiga minggu setelah aku dan Radit menghabiskan waktu (yang katanya sih bulan madu) di Jogja. Jika kamu ingin tahu apa yang terjadi pada kami selama smeinggu ini, jawabanku adalah tidak ada apa-apa. Aku dan dia sama-sama sibuk dengan pekerjaan kami dan pulang sudah terlarut larut.

Percakapan hangat dan sentuhan-sentuhan lembut seperti biasanya entah hilang menguap ke mana. Aku tak tahu harus merasa sedih seperti apa, sebab saat inipun otakku dipenuhi oleh banyak hal lain, bukan tentang Radit.

Jadi, ketika aku tiba pada saat benar-benar merindukan dia, tugas dan pekerjaan akan mampu mengambil alih pikiranku. Dan akhirnya, aku tak pernah mengutarakannya.

Apa yang kami bicarakan setiap pagi juga bukan percakapan santai yang membahagiakan, Radit dan aku lebih sering terburu-buru ketika sarapan. Entah aku atau dia yang berangkat lebih dulu, kami hanya berpelukan sebentar kemudian Radit akan mencium keningku. Selalu hanya seperti itu setiap pagi.

Dan bahkan tidak ada endusan menggelikan di atas ranjang, bagaimana bisa melakukan hal lain jika hal-hal kecil saja tidak Radit lakukan?

Pada akhir minggu pertama, ketika aku mulai mencium gelagat tak sehat pada hubungan kami, aku berusaha beberapa kali mengajaknya pergi berdua, entah nonton di bioskop atau makan malam di manapun.

Tetapi jawaban Radit pada percobaan ke empatku, tepat dua hari lalu, membuat aku berhenti, dia bilang dia sibuk dan sedang tak ada waktu untuk bersantai. Dia pikir nonton film atau makan malam denganku benar-benar mengganggu waktunya? Aku sungguh sebal pada Radit, dan sejak malam itu aku tak lagi bercakap-cakap dengan dia.

Kejadian dua hari lalu itu membuat sepanjang malamku lebih banyak dihabiskan di rumah sakit, seperti malam ini. Aku sedang berada di ruang UGD dengan beberapa perawat, tapi entah pikiranku sedang jauh ke mana-mana.

"Sya, kok ngelamun? Kenapa?" pertanyaan Rival dan tepukan tangannya pada bahuku memaksaku berhenti berjalan dalam pikiran ini.

Aku menggeleng.

"Siapa yang ngelamun? Enggak kok," balasku sambil memaksakan senyum.

"Kalo jawabannya enggak, berarti kamu emang lagi ngelamun beneran. Yuk minum kopi dulu di kantin," kata Rival.

"Zee, saya sama Dokter Rasya ke belakang bentar ya," katanya lagi dibalas dengan anggukan dan senyum tipis Zee.

Sejak dulu, Rival memang sangat ahli mencium hal-hal yang berbeda dariku, dia seperti sudah hafal apa yang biasanya kulakukan dan tidak kulakukan.

Dia sering terlebih dahulu tahu sebelum aku menceritakan padanya. Dan percaya atau tidak, dahulu, setiap aku sedih, aku benar-benar bisa semalaman bercerita padanya, bahkan sampai menangis!

Semoga malam ini air mataku bisa diajak bekerja sama.

"Tell me, what happen?" tanya Rival sambil menyerahkan segelas kopi untukku dan menyeruput miliknya.

Aku menggeleng. Aku tidak bisa menceritakan ini pada dia.

"Oke nggak papa kalo nggak mau cerita, tapi kamu harus coba ini Sya. Enak serius," Rival menyunggingkan senyumnya.

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang