Chapter 1 - Prologue

83 1 1
                                    


Secangkir kopi espresso dan sebuah tiramissu menamani seorang wanita yang tengah dikelilingi beberapa kamera. Wanita itu adalah Han Ji Young. Hari ini merupakan hari ia akan melepas status lajangnya. Hanya untuk beberapa saat. Hari ini ia akan memulai menjalani sebuah skenario pernikahan menjadi istri dari seorang bintang hollywood terkenal yang terdampar di Korea.

'Sial. Kemana pria itu? Aku sudah menunggunya selama setengah jam. Mana sikap profesionalitasnya?'

Han Ji Young hanya mengepalkan tangannya dibalik balutan dress putih selutut yang dipakainya.

Ia tak pernah setuju dan tak pernah mau mengikuti acara pernikahan palsu ini. Tapi ia sendiri tahu, ia tidak punya pilihan lain, Kim Bum Tae lah yang memiliki wewenang dalam hidupnya, ia takkan bisa membantah perintah Direktur Agensinya itu. Han Ji Young kembali teringat dengan percakapan mereka dua hari yang lalu

'Lalu siapa yang akan menjadi suami virtualku?'

'Kau pasti tahu, dia adalah orang Amerika yang pernah menjadi Sutradara dalam dramamu 2 tahun lalu. Orang yang membuat semua wanita di dunia gila saat ia mengalami kecelakaan mobil. Kau harus pura-pura tidak tahu ini saat kalian bertemu nanti.'

'Noona, kau benar-benar beruntung, dia benar-benar tampan dan kudengar dia bisa diandalkan dalam segala hal.'

Bahkan Ji Young ingat betul mata Park Jun Ho managernya, yang begitu berbinar-binar hari itu.

"Maaf.. hah.. hah.. aku.. terlambat.." sosok tinggi dengan rambut cokelat acak-acakan dihadapannya langsung membuyarkan lamunan Ji Young.

"Ne? Ahh.. Sutradara Jun? Kau jangan-jangan..."

"Ya.. Akulah suamimu." Pria itu tersenyum penuh kemenangan.

#####

Jun

"Kau sudah gila? Kau pikir bisa seenaknya mempermainkan reputasimu itu?"

"Itu hanya sebuah variety show, Hyung. Itu tak akan membunuhku."

"Jangan panggil aku seperti itu! Aku orang Inggris bukan Korea! Kemarin kau menjadi sutradara beberapa drama, lalu mengisi soundtrack dalam drama, mengajari boy band di sana koreografi dan bahkan kau menciptakan lagu untuk mereka! Kau tahu berapa banyak orang-orang di dunia yang menertawaimu? Mereka pikir kau menjadi gila semenjak kecelakanmu itu." Sam kini berdiri dihadapanku seraya menyilangkan kedua tangan inilah kebiasaannya. Ceramah dimulai saat ia berdiri di depanmu.

"Dia memang sudah gila, sebelum atau sesudah kecelakaan itu."

Aku melirik wanita yang duduk disampingku. Julie, sialan. Kau sudah berjanji untuk membantuku.

"Kau pikir sudah berapa lama aku menunggumu kembali ke panggung? Aku memperjuangkan karir mu kawan. Tapi kau malah bermain-main seenaknya!"

Sam adalah produserku. Dia orang pertama yang mengakui kesungguhan hatiku saat bernyanyi dan orang pertama yang memuji sekaligus memaki bakatku. Aku dan Sam sudah seperti saudara kandung, makanya ia selalu keras kepala dengan setiap keputusanku. Aku tahu dia hanya ingin memberikan yang terbaik. Tapi aku benar-benar ingin ikut acara ini lebih dari apapun.

"Julie.. please.." aku menatap Julie. Benar-benar butuh pertolongan.

Wanita berkulit cokelat itu menatapku iba. Aku tahu tatapan itu, dia takkan berani menghianatiku. Ia bahkan rela terbang bersamaku ke Amerika hanya untuk membujuk Sam.

"Biarkan saja, Sam. Dia sudah dewasa. Dia bahkan tidak teikat kontrak apapun padamu."

"I Know that! Tapi kau masih artisku Jun. Bagiku kau sudah seperti adik! Aku tak ingin kau mengambil jalan yang salah. Sekali kau melangkah, dunia akan langsung memperhatikanmu. Memang apa alasanmu begitu menginginkannya sih?"

Aku terdiam. Aku mungkin bisa mengelabui Julie. Tapi tidak dengan Sam.

"Kau benar. Aku bahkan tak tau motifmu yang sebenarnya." Seolah baru menyadari sesuatu, Julie segera menoleh padaku. Meminta penjelasan.

"Yahhh.. kau tahu.. alasannya karena... ehmm.." mulutku terkunci. Mereka pasti akan menertawakanku.

"Katakan sekarang. Atau aku tak akan pernah mengizinkanmu!"

"ehm.. aku berhutang pada produser di stasiun tv itu saat bermain Go Stop!"

Oke, bukan hanya itu alasanku.

"Motif lain? Sekarang atau tidak sama sekali, Jun." Sam mendesakku. Aku tahu itu, untuk ukuran pria 45 tahun ia sangat berbahaya.

"Oke.. aku menyerah! Karena Wanita! Aku tertarik pada wanita yang akan menjadi istriku di acara itu!"

Julie dan Sam menatapku lekat. Aku tahu mereka berusaha keras menahan tawa hingga tawa itu akhirnya meledak begitu keras.

Aku berlari tergesa-gesa dari airport. Itu dia. Wanita dengan dress putih selutut dengan secangkir espresso di hadapannya.

"Maaf.. hah.. hah.. aku.. terlambat.."

"Ne? Ahh.. Sutradara Jun? Kau jangan-jangan..."

Matanya menatapku terkejut. Mata itu.

Demi melihat matanya, aku rela berperang dengan Sam dua hari yang lalu.

Demi melihatnya setiap hari, aku bahkan rela dipermalukan dunia sekalipun.

"Ya.. Akulah suamimu."

#####


We Got MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang