7. Tidak Tepat Sasaran

2.3K 1.2K 220
                                    

              Sesuai dengan janjinya kemarin pada teman-teman, Alice akan meminta maaf pada Brylian tentang kejadian kemarin.

Namun, pria itu belum juga mengirimkan pesan lagi padanya. Terakhir laki-laki itu mengirimkan pesan adalah 'oke nanti gue kabarin besok.' dan sampai detik ini Alice tidak menerima pesan apapun lagi dirinya. Hm ... kenapa belum ada kabar juga ya?

"Kenapa lo ngeliat hp aja daritadi?" tanya Sera.

Gadis itu tidak sengaja melihat layar ponsel Alice.

"Oooh, lagi nunggu pesan dari Kak Brylian," ledeknya.

Pak Anrez bilang kalau beliau akan terlambat lima belas menit karena ada urusan tertentu jadi kelas akan bebas selama itu. Karina, Aqila dan Sarah membuat video tiktok sementara Rena telponan dengan pacarnya, mahasiswa yang lain pun bersantai dan menghabiskan waktu dengan caranya masing-masing.

"Jadi lo beneran merasa bersalah ya sama Kak Brylian," ucap Sera menyimpulkan. Sepertinya temannya ini sedang jatuh cinta pada laki-laki yang terkenal satu universitas. "Inget ya, semakin lo mikirin dia, semakin besar persentasi lo untuk jatuh cinta sama dia."

Alice tidak memedulikan ucapan Sera, gadis itu tidak pernah berpikir untuk mencari cinta di tempat kuliah layaknya Sarah dan Karina. Ia hanya ingin menjalani kehidupannya dengan normal di sini.

"Alice, Sera, sini ikutan bikin tiktok!" seru Karina berlari kecil menghampiri dua sahabatnya.

"Ng... Nggak ah," tolak gadis itu mentah-mentah.

"Ayo, Alice, kalo kamu mau pasti Sera juga mau."

"Nggak dulu deh."

Karina pergi dengan wajah cemberutnya.

Detik kemudian Vano datang dan berkata, "Alice, tugas kelompok kita gimana kalau dikerjain selesai matkul terakhir?"

"Eh? Pulang kuliah ini?" tanya gadis itu memastikan, ia dan Vano berada dalam satu kelompok dalam sebuah penelitian. "Oke deh, nanti pulang sekolah kita kumpul aja di kantin. Sekalian lo ketemu sama temen gue, dia ngebet banget pengin ketemu sama lo."

Alice memiringkan kepalanya tidak mengerti dengan maksud ucapan laki-laki itu. Sementara Karina dan yang lainnya sudah selesai dengan tiktok mereka, ketiganya berkeringat akibat banyak bergerak. Namun rasanya menyenangkan.

"Eh tadi kita dapet berapa konten?" tanya Sarah.

"Hm, bentar ya gue hitung dulu," jawab Karina.

"Nanti kalau mau diupload kasih tau dulu kek, yang guenya jelek jangan di upload," sela Aqila.

"Iya, iya." Karina menatap ponselnya dengan serius, menghitung berapa konten yang sudah mereka buat. "Wow! Ada lima, lumayan nih buat stok konten."

"Followers gue 996, empat lagi pas seribu. Gak ada yang mau nyumbang akun buat follow gue apa supaya pas jadi seribu. Kalau followersnya seribu tuh bisa live tiktok sama add keranjang kuning," kata Karina mengemis empat orang untuk follow akun tiktoknya.

Gadis itu menghampiri emat mahasiswa yang tengah sibuk dengan urusannya masing-masing kemudian meminta mereka mem-follow akun tiktoknya. Jadilah ia mendapat empat followers seperti yang diinginkan. Namun ketika empat followers itu sudah didapatkanya, ternyata followersnya bukan kurang empat, melainkan empat belas. Jadi harus ada sepuluh akun lagi yang follow akunnya.

NORMALITY CAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang