6. Tembakan yang Tak Tepat

2.3K 1.2K 161
                                    

"Semuanya, seperti yang kalian ketahui. Ini adalah opening launcing café gue yang bernama Loan Café, jadi siapapun yang makan di sini selama persediaan masih ada kalian tidak perlu membayar sepeserpun," ucap Brylian dengan pengeras suara. Kemudian Brylian melanjutkan kembali ucapannya. "Tapi, gue mau mengumumkan sesuatu yang penting."

Laki-laki itu memegang tangan Alice sehingga gadis itu semakin bingung. "Alice, gue suka sama lo, gue mau lo jadi pacar gue," pintanya.

"WHAT!" teriak Karina dan Sarah tidak percaya.

"Oh my god!" teman-teman Brylian pun terkejut.

Veron menatap dua mahasiswa itu dengan tatapan tajam.

Tidak ada reaksi apa-apa dari Alice, gadis itu hanya diam. I—ini beneran? Gue ditembak sama cowok ini? Batin Alice yang ia sendiri pun tidak percaya. Gak mungkin, ini pasti mimpi.

"Gak kok, lo gak mimpi. Gue ada di depan lo, lo ada di depan gue, gue menyatakan cinta ke lo di hadapan semua orang yang ada di sini semuanya nyata." Lagi-lagi Brylian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala Alice.

Alice terdiam lama, gadis itu tidak percaya apa yang terjadi padanya hari ini. "lo bilang tadi ini bukan mimpi ya? Kalau gitu gue boleh buktiin gak kalau ini bukan mimpi?" tanya gadis itu dan Brylian menjawabnya dengan anggukan. "oke, kalau begitu gue mau membuktikannya." Detik kemudian dengan kekuatan penuh Alice meninju area mata laki-laki itu sama seperti yang ia lakukan kemarin pada laki-laki itu.

*****

Brylian membuka matanya.

Setelah mendapatkan pukulan keras dari Alice laki-laki itu pingsan.

"Ng ... di mana ini?" tanya Brylian merubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Lo pingsan selama satu jam setelah dipukul sama cewek yang lo ajak ke panggung," ucap Dava.

"Eh? Gue pingsan?" Brylian teringat saat-saat dimana Alice meninju wajahnya. Setelah itu semua menjadi gelap.

"Jadi itu adalah reka adegan tentang cewek yang ninju lo kemarin?" ledek Bagas yang baru masuk dengan minuman favorite-nya. "Gak nyangka gue, tubuhnya yang mungil bisa bikin lo pingsan selama satu jam begini."

"Hehehe ... gimana? Pilihan gue gak kaleng-kaleng kan?" kata Brylian membanggakan gadis itu, padahal Alice sudah dua kali meninjunya. "Yaa gitu deh calon pacar gue, sayangnya dia belum sempet jawab tembakan gue tadi hehheh ..."

"Sorry to say nih ya, tapi menurut gue cewek itu bukanya belum sempet jawab pernyataan cinta lo, tapi dia nolak lo," sambung Okta yang sibuk dengan game-nya. Ucapan laki-laki itu sangat menyayat hati, tapi tidak cukup kuat untuk Brylian yang pantang menyerah.

"Ah, itu mah menurut lo. Lo cuma nonton dari jarak yang cukup jauh dari panggung kan?" ujar Brylian. Laki-laki itu mengambil ponselnya di atas nakas kemudian mengirimkan pesan pada seseorang di sebrang sana. "Dia gak nolak, dia tadi mukul gue karena mau mastiin kalau kejadian itu mimpi atau bukan."

"Gue yakin sebentar lagi kita pasti jadian," ucap laki-laki itu dengan pedenya.

"Lo beneran suka sama cewek itu?" tanya Veron dingin.

"Kenapa lo tanya begitu?" Brylian malah balik bertanya.

"Ya gue kasihan aja kalau lo jadiin dia pacar hanya untuk dijadikan senjata buat ngelupain masa lalu," sindir laki-laki itu.

"Maksud lo ngomong gitu apa?" tanya Brylian mendengar ucapan Veron, laki-laki itu tidak terima apa yang dikatakan oleh Veron barusan. Ia menghampiri Veron kemudian menarik kerah bajunya sambil berteriak, "Alyssa maksud lo? Maksud lo masa lalu itu Alyssa???"

NORMALITY CAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang