"Darimana kamu malam-malam baru pulang begini?"
"Kamu pakai baju siapa? Mama belum pernah lihat baju itu."
Alice tidak memedulikannya, gadis itu langsung melangkahkan kaki ke kamarnya.
"Alice, bisakah kamu tidak mengabaikan pertanyaan ibu kamu?" tiba-tiba Frans sudah ada di depan Alice. Gadis itu hanya menatapnya tajam kemudian berjalan melewatinya.
Sesampainya di kamar Alice membersihkan diri kemudian ia mendapat satu pesan dari Brylian. Laki-laki itu menanyakan apakah dirinya sampai di rumah dengan selamat atau tidak. membaca pesan itu Alice tertawa kecil, perhatian sekecil ini belum pernah ia dapatkan sebelumnya.
Sambil merebahkan diri, Alice mengetik balasan untuk laki-laki itu. Tapi, baru saja ia ingin mengirim pesan tersebut Nathaline masuk ke dalam kamarnya. Ia segera meletakan ponselnya dan bersikap seperti yang ia lakukan kepada sang mama. "Mama ngapain masuk?"
"Ada yang mau mama bicarakan ke kamu," ucap Nathaline pada anaknya. Wanita itu melangkah pelan dan duduk di pinggir ranjang. Wajahnya sayu, meskipun Alice tahu beliau habis menangis, namun sangat gengsi sekali untuk Alice menanyakan keadaannya.
"Mama tahu ini akan terasa berat untuk kamu, tapi kita hanya bisa menempati rumah ini seminggu lagi," ucap Nathaline memberikan kabar buruk. Sebenarnya, rencana penjualan rumah mereka sudah ada sejak setahun yang lalu, namun ia melakukannya tanpa sepengetahuan Alice. "Maaf kalau mama melakukan ini dibelakang kamu, tapi, hutang perusahaan papa harus segera dilunasi."
"Kamu tahu kan, sejak papa kamu meninggal, bergantian orang-orang datang untuk menagih hutang. Mama bisa membuat mereka berhenti datang dan satu-satunya cara agar semua hutang terlunasi adalah dengan menjual rumah ini," lanjut wanita itu. "Tadi siang, salah satu client Frans tertarik untuk membeli rumah ini dan dia meminta agar kita mengosongkan rumah ini dalam jangka waktu seminggu. Kamu gak apa-apa kan?"
Kamu gak apa-apa kan? Kalimat itu terus terngiang di telinga Alice. Bagaimana bisa ia harus meninggalkan rumah yang ia tempati sejak kecil, bagaimana dengan kenangan-kenangan yang ada di dalamnya? Kebahagiaan yang ia rasakan bersama kedua orangtuanya dulu, apakah ia harus membuangnya begitu saja?
"Alice, kamu jangan diam saja, mama butuh tanggapan dari kamu," pinta Nathaline.
"Gak tau, Ma. Aku ngantuk mau tidur," kata Alice menarik selimutnya.
"Alice kamu jangan menghindar begini ...."
"Aku ngantuk ma, besok aku ada kuis di kampus."
Nathaline tidak bisa berbuat lebih. Sekarang, ia hanya bisa memberitahu bahwa rumah mereka sudah terjual dan seminggu lagi mereka akan pindah rumah.
*****
"Alice lo kenapa lemes banget hari ini?" tanya Rena.
"Enggak, gak apa-apa," jawab Alice seadanya.
"Alice, ayo kita bikin video tiktok! Yang ini gerakannya gampang!" seru Karina menghampiri Alice.
"Sorry, gue gak dulu bikin video tiktok, gue lagi gak mood," tolak Alice menahan Karina yang menarik-narik lengannya.
"Iiih, gitu deh Alice mah, tiap diajak tiktokan gak mau. Yaudah gue sama Qilla sama Sarah aja, tapi mana sih tuh dua orang, pasti keluar cuci mata kan gue juga mau ikut!" kesal Karina sambil memililih-pilih filter yang akan ia gunakan untuk videonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NORMALITY CAMPUS
Genç KurguAlice hanya ingin menikmati masa kuliahnya dengan normal. Namun, berbagai masalah datang hingga gadis itu berniat untuk bunuh diri. Tidak ada yang tahu Alice pergi ke rooftop dan berniat untuk loncat dari sana. Tiba-tiba seseorang menahannya, laki-l...