Chapter 6

43 5 5
                                    

Pagi ini sang surya tidak menampakkan batang hidungnya, sekumpulan awan hitam terlihat tidak rela jika sang surya menyinari bumi hari ini. Jadi para awan pun bekerja sama mengitamkan langit pagi ini dan menghalangi sang surya, ditambah lagi mereka dengan sengaja menjatuhkan titik - titik air dan menjadikannya gerimis.

Ara memilih untuk berangkat lebih awal sebelum gerimis itu bertambah lebat. Dia melewati koridor menuju kelas, sekolah terlihat masih sepi belum terlihat tanda - tanda ada siswa yang datang. Lampu - lampu didalam ruangan masih dinyalakan, memberikan pencahayaan ditengah gelapnya hari karena mendung. Ara berlari kecil menaiki anak tangga menuju lantai dua, masih sepi. Beberapa ruang kelas juga masih tertutup rapat.

"Lo kenapa, Vil?" tanya Ara panik begitu masuk ke kelas dan mendapati Neville sudah berada dikelas dalam keadaan menangis. Matanya bengkak pasti dia sudah menangis semalaman, tebaknya. Melihat kedatangan Ara, Neville langsung memeluk sahabat barunya itu dan menangis disana.

"Kak Arsa, Ra. Kak Arsa udah punya cewek." jelas Neville disela - sela isakannya. "Kemarin pacar kak Arsa nyamperin gue waktu pulang sekolah terus dia marah - marah gitu sama gue."

"Siapa?" tanya Ara. Dia juga terkejut mendengar ucapan Neville barusan.

"Kak Sherina, Ra mantan ketua ekskul cheers yang cantik banget itu lho."

Flashback on

Hari itu Neville tengah berdiri seorang diri dihalte. Tadi Ara sudah pulang duluan karena mau ke toko buku. Neville benar - benar lelah menunggu angkot selama tiga puluh menit dan belum juga ada angkutan umum yang lewat. Dia memutuskan untuk duduk dibangku panjang halte.

Tapi tak butuh waktu lama, senyum Neville merekah ketika sebuah angkutan umum yang terbilang sepi lewat dihadapannya. Dia pun bangkit dan hendak naik, tiba - tiba saja sebuah tangan menariknya dengan begitu kasar.

"Heh, elo kan yang namanya Neville?!" tanya seorang perempuan yang diyakininya sebagai kakak kelas didampingi oleh tiga dayangnya. Ralat itu bukan pertanyaan tapi bentakan. Neville hanya mengangguk takut. "Jadi elo fans Arsa yang genit itu?!! Biasa aja sih, PD banget lo buat deketin Arsa!!"

"Ma-maaf kakak i-ini siapa ya?" dengan terbata Neville menanyakan itu.

Sebenarnya dia juga takut untuk menanyakannya tapi apa boleh buat. Dengan satu gerakan kepala Sherina mengisyarakan dayang - dayangnya untuk memegangi kedua tangan Neville. Sementara satu yang lain dengan perawakan preman abis dan tindik dimana - mana-menghadang angkot agar tidak pergi. Untungnya masih ada sisi baiknya itu orang.

"Gue Sherina Amelia. Pacarnya Arsa!" Sherina sengaja memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya. Dengan harapan Neville sadar akan posisinya.

"Gue pernah lihat elo kasih hadiah ke Arsa, dan sekarang lo pasang telinga lo baik - baik!!"

Sherina menunjuk - nunjuk bahu Neville dan mendorongnya. Hingga membuat Neville terhuyung.

"Denger ya mendingan lo nggak usah deket - deket sama Arsa lagi deh!! Dan nggak usah buang - buang duwit lo itu cuman buat beli hadiah buat Arsa!! Ngerti!!!"

Neville masih diam, terlalu takut untuk menjawab. Dan itu justru membuat Sherina makin tidak sabaran. Dia menjambak rambut Neville hingga membuat cewek itu meringis kesakitan. "Ngerti nggak lo!!!" ulangnya penuh penekanan.

"Ng-nge-ngerti, kak." jawab Neville pasrah. Dia benar - benar ketakutan apalagi sebelumnya belum pernah ada yang membentaknya seperti itu.

Setelah dayang - dayang Sherina melepaskan tangan Neville, mereka pun pergi darisana. Dengan gemetar Neville melangkah memasuki angkot yang sudah menunggunya sejak tadi. Dan setelah angkot benar - benar berjalan menjauh dari halte Neville meluapkan semua rasa takut, sedih dan kecewanya dengan menangis.

Teman Hidup [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang