ORANG ASING : Empat

118 11 7
                                    



'Apakah mahluk mitos bisa pingsan?' sulit dipercaya hal-hal aneh selalu datang padanya akhir-akhir ini. Mulai dari pemecatannya dari kantor surat kabar secara tidak adil dan kini bertemu sesosok mahluk mitos di liburannya yang tenang. Entah mengapa ia harus membawa mahluk itu pulang ke pondoknya. Carel meletakkan gleda di bagian pic up-nya, ia menyetir dengan perlahan agar mahluk yang ada di belakangnya tidak stres.

' Aneh. Kukira ia berlendir, seperti kebanyakan gurita. Tapi tubuhnya begitu lembut dan ringan. Semoga firasatku benar, bahwa ini akan mendatangkan hal bagus nantinya'

Pic up itu berhenti di sebuah pondok kecil, tanaman liar menjalari setengah dari atapnya, berlatarkan hamparan rumput yang hijau dan terdapat danau yang tidak jauh dari pondok itu. Carel memarkir pic up nya dan berjalan ke bak belakang.

"ASTAGA! Tidak mungkin!" matanya terbelalak dan dengan spontan ia melempar pandangannya. Ia menepuk-nepuk pipinya berkali-kali mencoba menyakinkan dirinya bahwa ia tidak bermimpi. Yang sekarang terkulai dibak belakang pic up-nya bukan lagi mahluk berkaki aneh, melainkan seorang gadis yang tak berpakaian. Tubuh Carel memanas namun ia cepat-cepat menyadarkan dirinya bahwa ia pria sejati yang beratabat. Ia lepas kaos putihnya dan membalut tubuh gadis itu. Carel membaringkan dirinya diatas sofa kulit yang hangat, tangannya memijat pelipisnya yang masih pusing, butuh waktu baginya untuk mencerna kejadian malam ini, ia mengambil botol susu dari lemari es dan meminumnya, namun sebelum isi di dalam botol itu menyentuh tenggorokannya, Carel segera memuntahkannya.

"SIAL! " teriaknya kesal

"ini pasti ulah Arnarson. Dasar payah ia mengerjaiku lagi" Carel membuang isi dari botol susu itu ke wastafel. ia sangat kesal karena ulah temannya tersebut. Pagi ini ia bertemu Arnarson di super market pria itu memberi carel sebotol susu, meski merasa ada yang aneh carel tetap menerima pemberian dari rekannya tersebut.

" Ini untukmu, kau tampak murung akhir-akhir ini. Cobalah ini akan memberimu ketenangan"

"Terimakasih, tapi aku tidak membutuhkannya"

" Hey ayolah, jangan menolak pemberian dari seorang kawan"

Dengan ragu carel menerimanya, dan benar ia sedang dikerjai. Botol itu bukan berisi susu fermentasi melainkan Brennivin, Carel tidak bisa meminumnya entah kenapa tubuhnya menolah mentah-mentah minuman itu. Rasa pahit dan getir masih tertinggal dimulutnya dan ia coba redakan dengan memakan banyak permen mint.

Sinar matari merasuk ke cendela menyusup ke balik kelopak mata Gleda yang masih terpejam, perlahan ia membuka kelopak matanya dan mengerjapkannya beberapa kali menyesuaikan dengan cahaya yang ada di sekelilingnya. lalu di merasa panik ia terbangun di tempat yang aneh, sesaat ia teringat apa yang menimpanya semalam. ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, ia terperanjat ketika ia melihat dirinya, dimana tentakel-tentakelnya yang lain hanya ada 2 yang tersisa tapi bukan tentakel, selaput di di jari-jari dan ditelinganya menghilang. Ia memeluk tubuhnya sendiri dengan erat, air matanya mengalir perlahan.

"Apa yang terjadi denganku, apa yang manusia itu lakukan kepadaku. Sekarang bagaimana caraku pulang. Aku bahkan mengeluarkan garam"

Carel mendengar suara tangisan dari dalam kamarnya, dengan ragu ia menuju kamarnya. Saat ia mengintip dari balik pintu ia melihat gadis itu sedang menangis dengan memeluk dirinya sendiri. Perlahan carel mendekat. Namun langkahnya terhenti ketika gadis itu ketakutan akan kehadirannya, sulit dipercaya mata hijau gelap, rambut kecoklatan, serta tubuh yang mungil, nyaris sempurna untuk ukuran seorang gadis muda.

"apa kau tidak apa-apa" tak terduga, seketika gadis itu melompat karena terkejut dan menerjangnya, kini tubuh Carel menghantam lantai dengan keras.

Gleda sangat terpukul melihat kondisi dirinya saat ini. Kemudian pintu perlahan terbuka, diaseseorang yang ia temui di pantai malam itu. Seseorang yang membawanya ketempat asing ini, dan kini orang itu mendekat. Gleda sangat ketakutan seluruh tubuhnya bergetar kemudian perasaan takut itu mendorongnya untuk bangkit, ajaib ia dapat berdiri dan sejurus kemudian melompat dari ranjang dan berlari menghantam tubuh seseorang yang membawanya ketempat ini.

Carel bangkit dengat tertatih, gadis itu kuat sekali meski ia ingat bahwa tubuh gadis itu sangat ringan ketika carel menggendongnya malam itu. Carel mengejar gleda mencegah agar gadis itu tak sampai keluar pondok, mengingat apa yang dia kenakan hanya selembar kaos putih sepanjang lutut. Carel menemukannya, gadis itu bersembunyi di balik korden dapur, jari-jari kakinya muncul dibawah korden kuning. Carel menyibak gorden mencoba berbicara dengan gadis setengah ikan yang ia temukan malam itu. Ketika carel menyibak kain kuning itu...

CRASSS!!....

Darah segar keluar dari lengan kirinya...

Kraken,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang