Part 19 : Nether Fortress And Wither Skeleton

1.9K 116 9
                                    

Akhirnya kami sampai di Nether.
Dan disana! Salah satu material yang aku perlukan untuk membuat ramuan! Bunga yang tumbuh di Soul Sand! Bunga Neraka! Tidak kusangka dapat menemukan Nether Wart semudah ini, aku langsung berlari untuk mengambil Nether Wart yang tumbuh di pasir jiwa itu.

Namun saat aku menginjak pasir jiwa, kaki ku seperti ditahan oleh sesuatu yang membuatku kesulitan untuk melangkah.

Aku terus berusaha melangkahkan kaki dan mengambil bunga neraka itu.
Aku berhasil sampai didekatnya dan mulai memanen bunga neraka, ukurannya bermacam-macam, ada yang ukuran kecil, sedang dan besar.

Aku juga tidak lupa membawa Soul Sand, siapa tau aku dapat menanamnya dirumah agar tidak perlu repot-repot kesini.

"S-steve tolong a-aku..." ucap Alex, aku berbalik dan mendapatinya sedang kesulitan berjalan di Soul Sand.

"Hahaha, hati-hati Alex!" sahutku, kami lalu tertawa bersama-sama.

Ngruingig! Boom!

Rupanya kami menarik perhatian makhluk besar bertentakel dan makhluk itu menembakkan sebuah bola api kearah kami.

Untung saja bola api itu melesat dan meledak dibelakang kami, kami masih kesulitan bergerak karena sedang menginjak Soul Sand ini.

Ngruingig!

Tembakan kedua diluncurkan oleh makhluk itu dan sepertinya akan mengenai kami berdua. Aku dengan reflek hendak menahan bola api itu dengan pedangku dan melindungi Alex.
Aku memukul bola api itu dan ajaibnya bola api itu terpental kembali dan hampir mengenai makhluk dengan wajah sedih itu.

"Hei, aku punya ide Alex," bisikku padanya.

Setelah selesai membisikkan rencana kepada Alex, kami bersiap untuk serangan ketiga.

Ngruingig!

Fireball ditembakkan oleh makhluk itu, aku bersiap untuk membuatnya terpental kembali.

Duk!

Bola api itu pun terpental kembali.

"Alex! Sekarang!" ucapku.

"Oke! Serahkan padaku!" jawab Alex.

Lalu dia mengarahkan busur dan melesatkan anak panahnya ke Bola api itu. Bola api itu terkena anak panah dan melesat menuju makhluk itu.

Bola api itu meledak setelah mengenai makhluk putih itu dan akhirnya dia mati.

Sebelum sempat menghilang, makhluk itu terlihat seperti menangis dan menjatuhkan air mata.

"Fyuhhh, Ghast itu benar-benar menyebalkan," ucap Alex yang sepertinya kelelahan.

"Ghast? Apa itu?" tanyaku.

"Eh? Apa?"

"Jangan bertanya balik, kau tadi mengatakan sesuatu tentang Ghast."

"Masa? Aku tidak mengatakannya kok, tapi sepertinya Ghast bisa menjadi nama yang cocok untuk makhluk tadi," ujarnya.

"Ghast ya... sepertinya cocok."

"Hei Steve... bantu aku keluar dari sini," ucapnya sambil berusaha keluar dari pasir jiwa.

"Aku juga ingin keluar dari Soul Sand ini."

Tidak lama kemudian kami berhasil keluar dari pasir jiwa dan melanjutkan mencari material lain.

Kami berjalan mengendap-endap agar tidak perlu menghadapi Ghast yang sedang terbang dilangit-langit Nether.

Aku juga tidak lupa memungut bunga neraka yang dapat dengan mudah diambil, beberapa menit kami berjalan kami akhirnya menemukan sebuah bangunan seperti benteng yang cukup besar.

Kami sekali lagi mengendap-endap memasuki Nether Fortress itu, di dalam tidak ada apa-apa selain batu bata dari Batu Nether.

Disana juga ada beberapa Chest yang isinya tidak seberapa. Didalam sini seperti labirin, kami seperti berputar-putar karena struktur ruangan yang mirip.

Dari kejauhan aku melihat sesuatu, aku langsung menyuruh Alex untuk berlindung dibelakangku.

Makhluk itu semakin mendekat hingga akhirnya dia berada didepanku. Makhluk itu hanya terdiri dari tulang-belulang, mirip seperti Skeleton hanya saja lebih besar dan tulangnya membusuk berwarna hitam serta dia tidak menggunakan busur melainkan pedang batu.

Skeleton hitam itu mulai bersiap menyerang, aku segera mengeluarkan Diamond Sword milikku dan bersiap menyerangnya juga.

Skeleton hitam itu berlari kearah ku dan menyerangku dengan pedangnya, aku menahannya lalu menyerangnya balik. Seranganku juga berhasil ditahannya.

Sling! Slash! Ctek! Cling! Zlash!

Pedang kami beradu satu sama lain, beberapa seranganku mengenainya dan setiap kali serangannya mengenaiku tubuhku menjadi aneh entah kenapa.

Sebuah ide yang bagus terpikirkan olehku, aku menunggu saat yang tepat untuk menjalankan rencana ini, aku menunggu dan inilah saatnya!

Saat dia hendak menebasku aku menunduk dan menyerangnya dari bawah, dia terpental lalu aku langsung berlari dan menyerangnya tepat dikepala.

Aku terus menyerangnya secara bertubi-tubi sehingga dia tidak punya kesempatan untuk menyerang balik.

"Ini akan mengakhirimu!" teriakku tanpa sadar.

Aku meloncat dan menghujamkan pedang berlian ke kepalanya, pedang itu menancap dan membuatnya mati.

Makhluk itu kemudian menghilang dan meninggalkan sebuah batu bara.

"Steve hebat!!!" ucap Alex sambil berlari kearah ku.

"A-apa?! itu bukan apa-apa," jawabku sedikit malu-malu.

"Kau hebat kok, apalagi saat berkata ini akan mengakhirimu!" ujarnya sambil menirukan suaraku.

"Berhenti meniruku, itu memalukan."

"Malu-malu nih..."

"Ah sudahlah, ayo kita kebenteng atas."

Setelah itu kami menaiki tangga yang disamping ada beberapa Nether Wart tertanam.

Kami sampai diatas dan melihat hal yang kucari.

Makhluk berwarna emas, tongkat-tongkat mengelilinginya, asap hitam mengepul keluar dari tubuh makhluk itu, ini yang aku cari-cari, Blaze.

Minecraft Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang