Chapter 8

24 4 1
                                    

*skip di perjalanan*

Dari kejauhan aku melihat kelima pria itu memasuki gedung. Aku mulai menyiapkan senjataku. Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka katakkan karena jarak ku dengan mereka sekitar 50 meter. Aku pun menarik napas dalam. Lalu menempatkan mataku di belakang bidikan, sialnya monster itu datang lagi, dengan menampakkan wajahnya di depan bidikan ku.aku sedikit terkejut namun, mencoba untuk berani. Sampai akhirnya ada yang menarik badanku ke belakan sampai badanku terbentur tembok, ia adalah monster yang sering memperlihatkan dirinya. Dia berdiri di depanku, dan mencoba menakut nakutiku. Tetapi aku hanya tetap tenang dan mencoba melawan rasa takutku, sampai akhirnya monster itu hilang bersama angina yang menghempasku. Aku lalu berdiri dan berjalan ke arah senjata yang telah ku persiapkan. Lalu aku mulai membidik lagi kea rah gedung dan menembakan nya kea rah ayah James melalui celah celah yang ada di gedung itu. Setelah aku menembaki keempat orang dari mereka, aku lantas membawa tasku dan masuk ke dalam gedung yang tadi di masuki oleh ayah ayahku. Aku melihat ayah Tane sedang berdiri sembari memandangi mayat rekan nya yang sejak dulu bersama sama dengannya. Kami saling memandangi satu sama lain, dan aku menghampiri nya .

"sedang apa kau di sini?"tanyanya dengan wajah heran

"aku akan menjalankan rencanaku" jawabku dengan senyum licik

"rencana?rencana apa?" tanyanya dengan kebingungan

Tanpa mengucapkan apa apa aku lantas mengeluarkan pisau yang ada di saku rok ku. Dan menusukannya ke arah berut bawah sebelah kiri. Setelah ia terjatuh aku masih melihat darahnya mengalir deras dari lukanya itu, setelah ia jatuh terduduk. Aku mencabut kembali pisaunya dan menusuk nusukan kembali ke tubuhnya. Aku sadar bahwa darah dari ayah Tane mengenai seragamku. Akhirnya setelah aku membunuh mereka, aku kembali kerumah yang jaraknya dekat dengan gedung itu.

Setelah sampai aku di sambut oleh Ibu Lusi. Tanpa melihatku ia lantas menyuruhku masuk dan berganti baju lalu makan. Tetapi aku masih terdiam di pinti rumah, betapa terkejutnya ia saat melihat seragamku yang penuh dengan darah dan menggenggam sebuah pisau yang berlumuran darah.

"astaga Jenaa, apa yang kau lakukan?" tanyanya sambil berlari menghampiriku. Aku tidak menjawab apa apa, lalu ia menyuruhkku berganti baju, setelah aku berganti baju, aku mencuci pisauku yang tadi kugunakan untuk membunuh Ayah Tane. Setelah mencucinya aku duduk di meja makan. Ibu lusi terus bertanya yang menjadikan aku semmakin geram dengan pertanyaannya

"ibu, bisa kah kau tidak menanyaiku dulu? Aku sedang makan" kataku

"ba..baiklah" seketika itu ia berdiri dan beralik badan menuju dapur. Stelah aku menghabiskan makananku. Aku lantas menyimpan piring makanku ke dapur, ketika aku melihat ibu Lusi. Aku mengeluarkan pisau itu dari saku bajuku. Aku pun menusuknya dari belakang, seketika juga darah keluar dari punggungnya.

"a.ada apa de..denganmu Jenna?" Tanya ibu Lusi

"kau telah merenggut kebahagiaan ku dari keluarga ku"

" tidak aku tidak ikut campur soal itu"tanpa mendengar katanya aku membiarkan darahnya keluar dari bekas tusukan tadi. Wajahnya memucat dan badannya mulai melemas dan dingin, nyawanya telah diakhiri oleh anak yang rekan pria nya culik dari keluarga yang bahagia karena urusan ekonomi dan persaingan bisnis. Akhirnya aku pergi dengan membawa kertas Koran yang ku temukan kemarin. Aku mencoba mencari tahu di mana keberadaan ayahku,, sampaiakhirnya aku menuju alamat yang tertera dalam kertas itu, itu menunjukan rumah ku.

*skip di perjalanan*

Aku mengetuk pintu rumah yang sangat besar dengan pilar pilar di sekelilingnya. Yang mebukakkan pintu adalah seorang pria tua yang memakai kacamata.tanpa mengatakan apa apa aku langsung memeluknya

"ayah, ini aku Jenna" sembari menangis

"Jenna? Kau masih hidup?"tanyanya seakan tak percaya

"ya ini aku, anakmu yang hilang selama 13 tahun, aku kembali ayah" jawabku sembari menangis dan mencoba tersenyum

"syukurlah akhirnya kau kembali Jenna, ayo masuk akan ku siapkan minum untukmu"

Setelah hari itu, aku merasa hidupku lebih berwarna dan lebih bahagia, aku mencoba melupakan keluarga terdahuluku, keluarga pembunuh, keluarga yang keji, aku sangat bersyukur telah diizinkan Tuhan untuk kembali ke kelarga ku yang sebenarnya, kebahagiaanku.

A Monster GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang