*skip di perjalanan*
Aku mulai setengah sadar saat mesin mobil itu di matikan dan mereka satu persatu keluar dari mobil. Aku merasakan karung ini di bawa masuk ke satu rumah dengan wangi roti yang menyengat tadinya aku kira aku akan di bawa ke sebuah toko roti. Tubuhku yang kecil merasa kesakitan saat dilemparkan ke kursi. Perlahan ikatan karung inidi buka oleh seorang wanita, wajahnya sangat mirip dengan ibuku. Tadinya kupikir ia ibuku, tetapi bukan. Ia hanya pembantu di rumah itu. Saat ia melihatku lantas ia tersenyum, ia pun membuka lakban yang mereka rekatkan di mulutku. Ketika aku akan teriak ia menyimpan jari telunjuknya di bibir tipisnya yang tertutup tanda aku harus diam. Tak lama dari itu para lelaki tadi datang menghampiri kami.
"hai, adik kecil. Siapa namamu?" Tanya seorang diantara mereka
"Jena" jawabku
"kau terlihat pucat, apa kau sedang sakit?" tanyanya lagi sembari memasang wajah khawatir.
"apa kau gila, siapa yang tidak pucat bila melihat ibu kandungnya terbunuh dengan jelas di depan mata" jawab lelaki berperawakan kurus satu lagi dari mereka.
"mandikan dia, lalu gantilah bajunya dan buatkan dia susu hangat. Ia pasti kedinginan" jawab salah seorang pria tua yang berdiri di depanku.
"baiklah" jawab wanita tadi. Ia pun membawaku ke kamar mandi, saat memandikanku dia banyak bertanya.
"berapa umurmu?tadi ku dengar namamu Jenna, nama yang bagus" tanyanya dengan senyuman yang mengingatkanku pada ibu dan kejadian tadi.
"umurku 3 tahun, terima kasih" jawabku dengan bergetar karena kedinginan. Tiba tiba aku melihat sesosok aneh di belakang wanita itu, sosok itu seperti monster yang sangat menakutkan. Aku lantas berteriak dengan keras. Aku tahu teriakan ku ini mengejutkan wanita itu.
"kenapa? Ada apa? Percayalah aku tidak akan menyakitimu" jawabnya ketakutan
"bukan itu, apa yang ada di belakangmu. Aku takut" jawabku sambil menangis
Lantas wanita itu pun menoleh ke belakangnya untuk mengecek keberadaan sosok yang ku bilang tadi. Namun nihil, sosok itu tidak tampak di sana.
"apa? Tidak ada apa apa di sini" jawaban itulah yang membuatku perlahan berhenti menangis. Setelah mandi aku di ajak ke suatu ruangan, tampak seperti kamar tidur. Dia menggantikan baju ku di sana, lalu dia memintaku untuk menunggunya karena ia akan membuatkanku susu. Setelah ia berlalu dari ruangan ini, aku memandangi seluruh penjuru kamar ini. Tak lama kemudian, wanita itu datang lagi dengan membawa segelas susu dan beberapa buah roti. Ia pun menyimpan makanan itu di depanku.
"terima kasih" ucapku dengan suara pelan
"iya" jawabnya dengan tersenyum
"siapa namamu?" ku beranikan diriku untuk bertanya
"namaku Lusi, mengapa kau bertanya?" jawabnya dengan ramah
"oh tidak apa apa, kau sangat mirip dengan ibuku. Bolehkah aku memanggilmu ibu?"
"ya tentu saja, baiklah sekarang kau tidur besok aku akan berkebun, kau mau ikut?"
"ya,aku mau"
"baiklah, kita pergi pagi pagi sekali, jadi kau harus segera tidur Jenna"sembari menyiapkan selimut untuk ku. Aku pun berbaring dan Lusi mengecup, keningku dengan penuh kasih sayang.
"selamat malam, Lusi"
"selamat malam juga Jenna"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Monster Girl
ActionAyah, aku takut. monster itu selalu mengikutiku, apa yang harus ku lakukan...