Chapter 6

24 4 0
                                    

*skip keesokan harinya*

Ayah Tane menghampiriku, dan bertanya aku sudah siap atau belum. Dengan terpaksa aku harus menjawab siap. Kami langsung menaiki mobil dan menuju rumah nenek dan kakek tersebut. Setelah sampai ayah ayahku menunggu di sebuah gedung yang berada lumayan jauhdari rumah nenek dan kakek itu, tapi mereka masih bisa melihatku, dan memantau pergerakanku. Aku dibiarkan sendirian menghampiri rumah itu. Aku memakai headset yang menjadi alat komunikasiku dengan ayah.

"Ayo jenna aku yakin kau bisa, lakukan lah seperti yang aku ajarkan" kata ayah Tane.

"iya, aku akan mencobanya" jawabku sembari bersiap dan mengecek perlengkapanku.

Setelah sampaidi depan gerbang rumah itu aku mengelabui orang yang lewat sebagai cucu dari pemilik rumah dengan pakaian seragam sekolah yang ku kenakan. Aku lalu mengeluarkan paper clip yang telah ku persiapkan, aku menggunakan itu untuk membuka kunci gerbang itu, susah payah aku membukanya sampai akhirnya aku menemui kendala. Aku melihat bayangan monster itu yang membuat aku terkejut dan menjatuhkan paper clip itu sebelum aku berhasil membukanya..

"apa yang terjadi Jenna?" Tanya ayah Dev

"Aku kesulitan membuka gemboknya, aku kehilangan paper clip ku"

"kau harus tenang Jenna" jawab ayah Dev

Sampai akkhirnya aku berhasil membuka gembok itu, dan masuk ke dalam rumah. Di dalam aku melihat, lukisan lukisan kuno dan sebuah foto keluarga. Aku mencari pemilik rumah, tetapi tidak ada sampai akhirnya aku mendengar suara dering handphone dari dalam lemari. Aku mencoba menfintip ke dalam lemari itu. Terlihat seorang nenek tengah memegang handphone dengan gemetar. Aku kaget, dan menjauh darinya, ia adalah sasaranku tetapi aku tak tega untuk membunuhnya. Akhirnya aku menaiki tangga di rumah itu, ku temui sebuah kamar, tampak seperti kamar anak perempuan, karena penasaran aku memasuki kamar itu, yang kudapati hanyalahmainan yang sudah usang dan tumpukan kertas bertuliskan sedang mencari anak perempuan yang hilang. Betapa terkejutnya aku saat ku temui nama anak itu adalah Jenna. Di situ juga tertera foto anak hilang tersebut. Perasaanku mengatakan aku pernah melihat anak yang ada di foto itu, setelah ku keluarkan kertas yang kemarin aku temukan di bawah ranjangku, dan aku lihat kedua foto itu. Ternyata itu adalah anak gadis yang sama. Lalu untuk apa ayah dan nenek ini menyimpannya.setelah aku berdiri dan berbalik badn aku melihat nenek itu sedang berdiri di hadapanku, ia menatap heran ke arahku. Sedikit suara keluar dari mulutnya.

"Jenna? Kau jenna cucu ku?" mengapa dia tau namaku?

"iya aku jenna, tapi siapa kau?" tanyaku

"aku nenekmu, akhirnya kau kembali setelah sekian lama, kami mencarimu stelah 13 tahun"apa ini sungguhan?

"bisa kau ceritakan padaku siapa aku dan apa hubunganmu yang sebenarnya denganku jika kau memang nenekku" pintaku pada nenek tua itu. Akhirnya ia menceritakan tentang cucunya yang hilang dan kematian anak perempuannya yang tragis.

"aku masih mengingat wajah anak dan cucu ku, wajahnya mirip sepertimu coba lihatlah di cermin itu" katanya sembari mendekatkan foto anak itu ke samping wajahku dan menunjuk ke sebuah cermi n yang berwarna pink.

Setelah aku menghampiri cermin itu, aku mencoba mencari di mana letak kemiripanku dengan gadis ini. Akhirnya aku temukan kemiripanku benar kata nenek tadi, mungkin aku adalah gadis yang ia maksud, mungkin aku adalah cucunya yang hilang stelah sekian lama. Lalu aku membalikan badan ku menghadap nenek itu yang sedang memperhatikan aku dari belakang.

"tidak,aku rasa aku tidak punya kemiripan dengan gadisyang ada di foto ini, ku kira kau salah orang. Permisi" kataku sembari tegesa dan segera keluar dari kamar itu.

Tetapi setelah aku sampai di laintai bawah aku sedikit demi sedikit mulai mengingat kejadian dulu, kejadian dimana ibuku di bunuh dengan jelas di depan mataku, dan aku di culik oleh 5 pria yang tak ku kenal. Aku menghentikan langkahku saat sudah berada di luar rumah, aku menoleh ke atas kea rah kamar tadi, aku pun membalikan badan.

"Jenna, apa kau telah membunuh wanita tua itu?" suara itu keluar dari headset yang ku kenakan, suara itu dari ayah Dev. Tanpa menjawab pertanyaannya aku langsung membalikan badan dan kembali ke rumah itu, setelah aku naik ke tangga dan menuju kamar tadi ternyata wanita itu sedang berhadapan dengan ku dan terus memandangiku. Akupun berlari mendekati wanita itu dan memeluknya , betapa terkejutnya aku melihat cairan merah seperti darah di punggungnya dan luka seperti bekas tembakan dengan jarak yang lumayan jauh. Aku lalu memeluknya.

A Monster GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang