Chapter 13

184 6 0
                                    

Hari sudah mulai beranjak siang, saat aku tiba kembali di Galway. Hhuufftt, padahal tadi sudah berangkat pagi pagi sekali. kuputuskan untuk langsung menuju ke tokoku tanpa pulang dulu ke flat. Dari luar kulihat toko mulai ramai ( karena bagian depan tokoku adalah kaca ) dan terlihat pula Zee sudah sibuk dengan pelanggan kami yang akan bertransaksi. Aku masuk ke toko dan Zee sepertinya tidak terlalu memperhatikanku saat masuk.

“Hai Zee,” sapaku. Aku langsung menuju sebelah Zee dan membantunya untuk menjadi packer. Melihat toko yang ramai begini, rasa lelahku akibat perjalanan seperti hilang.

“Hai Raa. Kapan sampai?” jawabnya sambil terus melayani pengunjung.

“baru ajah,”

“gak pulang ke flat dulu?”

“gak. Lagian di flat juga gak ada yang nungguin aku kan?”jawabku sambil tersenyum lebar padanya.

“terima kasih, silahkan datang kembali,”kataku dan Zee hampir bersamaan pada pengunjung terakhir yang bertransaksi pada saat itu. “Fiuh, akhirnya. Antrian itu menghilang dari pandanganku,”ucap Zee sambil menarik nafas.

“bagus donk. Berarti toko kita ramai dan kita bakal panen lagi hari ini,”jawabku.

“iya , tapi kan mereka bisa datang satu persatu, gak keroyokan kayak barusan,”. Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya. Ia memang paling tidak menyukai antrian.

“kok gak pulang dulu?” Zee sepertinya lupa aku sudah menjawab pertanyaan sama. Antrian terkadang membuat dia stress gak karuan. Dan sering melupakan hal hal yang terkadang baru saja dikerjakannya.

“kan aku udah bilang. Di flat juga gak ada yang nungguin aku kan? Lagipula, aku merindukan toko ini, dan aku rindu kamu,”kataku sambil memeluknya dari samping. Ia hanya menepuk tanganku. Aku melepaskan pelukanku saat kulihat seorang pelanggan yang datang untuk transaksi.

“oh ya gimana kabar Tante Vi dan Oom Nath?”tanyanya saat customer tersebut menyelesaikan transaksinya.

“Mum sama Dad baik. Dan mereka titip salam untukmu. Gimana ujianmu?”kini aku yang bertanya.

“syukurlah semuanya berjalan lancar. Oh ya Raa, aku mau cerita sesuatu sama kamu,”

“apa?”

 “kemarin George melamarku!”ucapnya sumringah.. Kalau saja aku tidak ingat ini masih di toko,pasti sudah aku sudah teriak.

“Wah…selamat ya darl,”aku kembali memeluk Zee. Ah akhirnya sepupuku menikah juga. Hhmm sepertinya akan jadi pernikahan pertama di keluarga Kinley. Karena Zeenith adalah anak tertua. Ibuku dan ayah Zenith bersaudara. Sama sama berasal dari klan Kinley.

“lalu , kamu udah bicarain kapan kalian akan menikah?”Zeenith mengangguk. “ 1 Desember,tahun ini,”jawabnya.

“wow. Sekali lagi selamat ya,”

“makasih Raa. Pokoknya kamu harus bantuin aku nanti,kalo gak awas ajah,”ancamnya. Aku cuma bisa senyum senyum. Hari yang indah,dan aku sudah melupakan rasa lelahku.

**

Beberapa hari kemudian….

Lagu Bring Me To Life masih setia membangunkanku di pagi yang dingin ini. Aku segera bangkit dan bersiap untuk mandi. Hari ini aku tidak ke yayasan. Aku akan kerumah salah seorang anggota yang hari ini merayakan ulang tahunnya.  

Aku mematut diriku di cermin. Hhhmm tidak terlalu buruk. Aku hanya mengenakan kemeja kotak kotak  dan celana jeans hitam. Setelah selesai aku mengambil kue tart dari lemari pendingin semalam. Aku sengaja membuat kue ini untuk anak asuhku yang berulang tahun hari ini, sekalian mencoba resep baru. Selesai mempersiapkan semuanya, aku meraih kunci mobilku. Tiba tiba ponselku berdering,

“a fragile heart, was broken before..” suara nada dering itu mengingatkanku siapa yang menelpon. Satu satunya orang yang membuat jantungku berdegup meski hanya membaca namanya dilayar ponsel. Ciaran Egan

“hi, selamat pagi,”sapaku sambil tersenyum, meski aku tau dia tidak akan bisa melihat kalau aku sedang tersenyum sekarang, paling tidak aku berharap dia merasakannya.

“lagi ada dimana?”tanyanya langsung. Dia bahkan tidak menjawab sapaanku.

“masih di flat. Baru mau berangkat ke rumah salah satu teman Billy yang berulang tahun hari ini,”jawabku polos.

“sepagi ini?”tanyanya heran. Mendengar pertanyaannya kulihat jam dindingku. Pukul 08.00. tidak terlalu pagi.

“gak terlalu pagi kok. Menurutku malah udah siang.Aku harus mampir dulu ke toko sebelum ke acara itu,”jawabku sambil berjalan keluar dan mengunci pintu.

“oohh.. ya udah,”dan Ciaran memutuskan sambungan teleponnya. Aku hanya menghela nafas. Ciaran selalu begitu, menelepon tidak akan lebih dari 5 menit. Namun begitu, entah mengapa sejak kami dekat di Erisslannan beberapa waktu lalu, hanya bayangannya saja yang terlintas di kepalaku. Aku segera menuju ke toko untuk berpamitan pada Zenith sebentar.  

Sepertinya aku belum terlambat untuk acara ini. Para tamu belum banyak yang datang. Aku segera menghampiri seseorang yang merencanakan semua pesta ini.

 “hai Raa, baru datang?”sapa Kyna , salah seorang relawan di yayasan yang sama denganku. Dia juga sahabatku. Kulihat dia sedang menggembungkan beberapa balon dengan pompa.

“Hai Ky, kamu datang lebih pagi dariku,”jawabku sambil bergurau. Aku tau kebiasaan Kyna. Selalu terlambat. Tapi kali ini sepertinya tidak.

“Untuk hari special Arlan, aku gak mau terlambat hari ini,”. Sama sepertiku, Kyna pun jatuh cinta pada Arlan. Anak laki laki yang pada saat datang terlihat sangat sehat. Sama dengan Billy. Jika orang melihat mereka, orang tidak akan tau bahwa sebenarnya mereka menderita penyakit yang menjadi momok yang menakutkan bagi banyak orang. Dan mereka terkadang tidak mengerti bahwa di tubuh mereka hidup virus yang menjadi parasit yang mematikan. Yang mereka tau hanyalah, saat mereka merasa badan mereka tidak enak dan mereka merasakan kesakitan di bagian tubuh tertentu. Mereka hanya bisa menangis dan berusaha melawan rasa sakit itu.

“dan ini untuk Arlan juga,” jawabku sambil menunjukkan kotak kue yang kubawa. Kyna bangkit dan dengan semangat mengambil kotak kueku kemudian membukanya. Tertulis disana, Happy 4th B’day Arlan.

“Makasi ya Raa,”ucapnya sambil memelukku. Kurasakan ia menangis. Aku mengusap punggungnya untuk menenangkannya. Ia melepaskan pelukanku dan mengusap air matanya.

“aku takut ini akan menjadi ulang tahun terakhirnya, Raa,”

“ssttt…kamu gak boleh bilang kayak gitu. Aku yakin Arlan pasti kuat dan dia bisa melewati semuanya. Sama seperti Billy, dia akan baik baik saja, ya,” aku mencoba memberi dukungan padanya meski ketakutan yang sama menyerangku setiap kali Billy berulang tahun. Kami pun meneruskan persiapan pesta ulang tahun Arlan. Sebuah suara yang kecil membuatku menghentikan pekerjaanku.

“Sarah…!!!!” Billy datang dari arah pintu menuju ke tempat aku dan Kyna duduk. Ia langsung merangkulkan tangannya dileherku dan mencium pipiku.

“hi Sayang. Billy tampan sekali hari ini. Apa kabar hari ini?” aku balas menciumnya

 “baik. Sarah lagi apa? wow banyak balon!!” ucapnya sumringah melihat banyak balon disekitarku.

“Sarah mau bikin balon buat pesta Arlan sebentar lagi. Billy mau bantu?”Ia mengangguk dan memberikan senyuman lebar untukku. Aku dudukkan Billy di pangkuanku dan dia langsung asik mencoba menggembungkan balon.

Ia terlihat sangat bersemangat. Beberapa balon sudah berhasil dikembungkannya. Melihatnya begitu ceria aku hanya bisa berharap dan berdoa dalam hati, agar keceriaan ini Tuhan selalu beri untuk kami dan Tuhan segera mengangkat penyakit Billy. Dan aku bisa melihatnya tertawa lebih lepas, tanpa perlu takut sewaktu waktu ia merasakan sakit di kepalanya.. ‘Tuhan… sehatkanlah Billy…..

Another Egan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang