Dari kejauhan, kulihat Billy sangat menikmati waktu berkudanya dengan Ciaran.Mereka berdua terlihat sangat kompak. Ciaran menghentikan kudanya saat berada didepanku. Aku agak mendongak untuk melihat mereka.
“hei..udah selesai?” tanyaku pada Billy dan kucoba tersenyum pada Ciaran, meski aku tau dia tidak akan membalasnya.
“belum, Sarah mau ikut juga?” jawab Billy dengan wajah bersinar. Aku menggeleng. Kulihat Ciaran celingukan.
“Finnian mana?” tanyanya. Oh mencari Finnian rupanya.
“tadi pamit duluan ada urusan katanya,”jawabku. Ciaran hanya mengangguk.
“kita jalan lagi Billy?”kini ia beralih pada Billy.
“yeey….ayo! dah Sarah…!!”Billy bersorak girang. Dan Ciaran pun melajukan kudanya lagi.
Setelah dua putaran, mereka akhirnya selesai. Ciaran menurunkan Billy dari kudanya dan dia menuju kandang untuk mengembalikan kudanya. Aku mengambilkan air untuknya. Ia tampak lelah. Yah penyakitnya membuatnya mudah lelah meski hanya beraktivitas sebentar.
Billy sudah melingkarkan tangannya di leherku dan merebahkan kepalanya di bahuku. Aku harus segera pulang. Ciaran menghampiriku yang menggendong Billy.
“aku langsung pulang ya Ci, biar gak terlalu malam sampai rumah,”kataku berpamitan pada Ciaran.
“biar kuantar,”jawabnya.
“gak usah, aku gak apa apa kok pulang sendiri. Aku gak mau ngerepotin,”tolakku,meski aku ingin sekali.
“tidak apa, lagipula aku datang kemari bersama Finn, dan dia meninggalkanku,”
“tapi Galway dan Sligo kan beda arah. Kamu bisa naik kereta terakhir ke Sligo,” aku masih menolak untuk diantar. Ia tampak berfikir sejenak. Membenarkan kata kataku mungkin. Kutangkap seraut wajah kecewa dari wajahnya. Aku menatapnya.
“yuk,kuantar sampai parkiran”dia merangkul pinggangku.hatiku kembali merasakan perasaan aneh. Jantungku berdegup kencang. Tiba di parkiran, dia membantuku membukakan pintu. Aku meletakkan Billy di baby seatnya dan aku menuju kursi kemudi.
“Bye Ci, makasih udah nemenin Billy”aku mengucapkan selamat tinggal pada Ciaran sambil membuka pintu dan tersenyum padanya.
“Bye, hati hati,”dengan wajah dinginnya ia melambaikan tangan padaku. Aku tiba di Galway saat hari sudah gelap dan aku langsung menuju rumah Grace. Pulang dri rumah Grace aku langsung pulang ke flatku. Hari yang melelahkan.
**
Aku buru buru keluar dari flatku dan langsung menuju toko saat kulihat jam sudah pukul 8.45 pagi. Aku kesiangan hari ini. Entah karena terlalu lelah atau apa, aku tidak mendengar alarm ponselku yang berteriak memanggilku. Sampai di toko, kulihat Zee sudah ada di sana bersama karyawanku, menungguku sepertinya. Sebenarnya Zenith bisa saja langsung buka toko tanpa aku, tapi jika salah satu dari kami tidak ada izin pagi pagi, maka kami selalu membuka toko berdua.
“terlambat lagi?”sambutnya begitu melihatku.
“maaf aku kesiangan,”ucapku bersalah. Ia memandang heran padaku. Karena aku tidak pernah beralasan kesiangan
“kesiangan?”aku mengangguk sambil memutar anak kunci dan membuka pintu toko. Kami pun masuk dan bersiap melakukan aktivitas kami. Zee masih tampak heran dengan aku yang bangun siang.
“kecapean Zee,kemarin seharian main ke Clifden sama Billy,”dan wajah heran Zenith baru menghilang setelah kuberi penjelasan.
Matahari mulai bergulir ke hingga ke tempat ia bisa menyinari seluruh belahan Ireland. Bahkan mungkin hingga ke sudut terkecil meski hanya sebias cahaya yang menampilkan pemandangan indah. Aku masih merapikan dan membersihkan bagian tempat lilin dari kaca hingga sebuah suara mengejutkanku dan hampir membuat tempat lilin kaca yang ada di tanganku terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Egan Story
FanfictionTerispirasi dari FanFiction Trilogi The Rose karya kak Maria 'Keavy Collins'....karena jatuh cinta dengan salah satu anaknya yang bersikap dingin namun menjadi panutan bagi adik adiknya...tekanan di hidupnya... This is just 'Another Egan's Story'...