Setelah malam itu, entah mengapa beberapa hari ini, Ciaran menjadi lebih intens menghubungiku. Nada bicaranya yang dingin pun sudah mulai melembut jika bicara padaku. Waktu bicaranya juga lebih panjang. Jika biasanya Ciaran hanya menanyakan bagaimana keadaanku dan kemudian menutup telponnya, kali ini dia lebih banyak ngobrol, yah meskipun harus kupancing dengan obrolan mengenai bagaimana pekerjaannya, atau bagaimana dengan hobinya berkuda atau bagaimana ia menghabiskan waktu bersama motor besarnya.
**
Hari yang cerah saat aku membuka toko pagi ini. Terasa lebih cerah saat seseorang datang dan membuatku sedikit terkejut. Tante Keavy datang bersama suaminya. Kian Egan. Ya Tuhan, kuharap aku tidak bermimpi jika saat ini benar adalah Kian Egan asli di depanku.
Tidak aku tidak bermimpi. Ini benar Kian Egan.
“Sarah, kamu nggak apa apa kan?” suara Tante Keavy mengagetkanku.
“nnnggg…gak apa apa kok tante. Ini benar Kian kan ? uummm maksud saya, Paman Kian,”pertanyaan bodoh yang mematikanku sendiri.
“bukan. Ini Kian John Francis Egan,” jawab Tante Keavy sambil tersenyum.
“nice store,” komentar paman Kian sambil masih memperhatikan sekeliling. “boleh aku tau dimana bagian lilin?” tanyanya. Aku hampir tidak menjawab pertanyaan Paman Kian jika saja Zee tidak menyenggol tanganku. “disebelah sana,”ucapku sambil menunjuk rak lilin.
“kuharap kau punya banyak pilihan untukku,”lanjutnya sambil berlalu menuju rak lilin. Tante Keavy bersama Alana langsung menuju bagian asesoris. Mereka langsung sibuk memilih sedangkan aku masih belum percaya jika yang datang adalah Kian Egan. Kalau saja dia tidak datang bersama Tante Keavy, mugkin aku benar benar mengira jika dia bukan Kian Egan. Personel band Westlife.
Sepintas kuperhatikan, senyum mahal Ciaran mirip sekali dengan Oom Kian. Jelaslah, mereka kan ayah dan anak! Gimana sih?! Tante Keavy dan Oom Kian menyukai tokoku. Senangnya! Mereka membeli beberapa buah tangan. Tante Keavy membeli sebuah tas yang mirip dengan yang dibeli Tante Gillian dulu. Dan Oom Kian membeli beberapa lilin aroma terapi beraroma mawar. Alana juga membeli lukisan bergambar bunga sandat. Lukisan sederhana namun sangat artistic. Pilihan yang bagus Ally.
**
What a day! Hingga malam saat tutup toko, aku masih senyum senyum sendiri mengingat kejadian siang tadi. Aku akhirnya memajang kanvas berisi tanda tangan Paman Kian di tokoku. Kuletakkan di belakang meja kasir. Tak lupa akupun menempelkan foto mereka sekeluarga.
**
“apa dia semakin sering muntah hebat setelah check up terakhirnya?” tanya dokter Callysta.
“selain muntah hebat setiap pagi, dia juga semakin sering merasakan pusing. Ia juga beberapa kali menabrak sesuatu padahal itu sudah di depannya,”jawab Grace.
“aku harus melakukan CT Scan untuk memastikan kondisinya. Bisa kita lakukan hari ini? kebetulan hari ini aku dan orang lab tidak ada janji dengan pasien lain,” ujar dokter Callysta. John dan Grace saling berpandangan. Aku hanya memberikan anggukan persetujuan. Lakukan apapun yang terbaik dokter!
Hari ini aku kembali menemani Billy check up. Beberapa kali Billy muntah hebat, namun Grace berfikir itu adalah hal yang biasa. Karena Billy beberapa kali sengaja memuntahkan makanannya. Namun beberapa hari ini kondisi Billy melemah karena muntahnya. Sehingga jadwal check up yang seharusnya bulan depan, kami majukan hari ini. Dan disinilah kami sekarang, Tyco Hospital.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Egan Story
FanfictionTerispirasi dari FanFiction Trilogi The Rose karya kak Maria 'Keavy Collins'....karena jatuh cinta dengan salah satu anaknya yang bersikap dingin namun menjadi panutan bagi adik adiknya...tekanan di hidupnya... This is just 'Another Egan's Story'...