Chapter 23

241 9 2
                                    

Aku membuka mataku dan kudapati Ciaran disampingku. Masih terlelap. Perlahan kulepaskan tangannya yang masih merangkul bahuku semalaman. Kulihat jam dinding hampir menunjukkan pukul 6 pagi. Aku beranjak dari tempat tiddurku dan kutarik kembali selimut untuk menutupi tubuh Ciaran. Aku berjalan menuju jendela kamar dan membukanya. Kubiarkan udara pagi kota Galway yang belum tercemar oleh asap kendaraan masuk kekamarku. Udara dingin menyeruak masuk kedalam kamarku. Sisa hujan tengah malam tadi masih terasa. Aku menarik nafas dalam dalam, dan memejamkan mataku.  mencoba menikmati udara segar ini dan membiarkannya merasuk dalam setiap rongga tubuhku. Aroma rumput hijau dan tanah yang basah sungguh segar. Selama beberapa detik aku menikmatinya hingga aku tersadar saat seseorang memelukku dari belakang. Aku terlonjak kaget. Kupandangi sesaat laki laki yang memelukku. Ia sudah mengenakan kembali kaosnya sekarang. Dinginnya udara pagi tergantikan dengan pelukan tubuhnya yang hangat.

“baru bangun Ci?” tanyaku pada Ciaran dengan pandanganku yang tak lepas dari pemandangan matahari yang mulai memecah awan mendung yang menutupi kota. Tak ada jawaban darinya. Hanya hembusan nafas Ciaran di leherku yang terasa karena dia meletakkan kepalanya di bahuku sembari menikmati pemandangan yang sama.

 “Mum mengajarkan untuk selalu bangun pagi. Ada banyak hal yang bisa kamu lakukan dan kamu nikmati di pagi hari,” jelasku sambil berbalik menghadapnya dengan tangan Ciaran masih ada di pinggangku. “aku siap siap dulu ya. Di kamar sebelah juga ada kamar mandinya. Jadi kamu tidak perlu mengantri denganku,” aku memegang pipinya. Sedikit berjinjit aku mencium tepian bibir tipis Ciaran dan melangkah menuju kamar mandi. Ia hanya tersenyum sungging. Tetap dingin, sedingin udara pagi ini.

**

Aku mendapati Ciaran sudah berkutat dengan beberapa kertas yang kemarin di bawanya. Entah apa isinya. Sekilas, jika dilihat dari raut wajahnya, pasti isinya soal pekerjaan. Aku menghampiri Ciaran yang terlihat sanagt sibuk. Ia hanya menoleh padaku sesaat saat aku duduk disebelahnya dan kembali dengan apa yang dilakukannya sejak tadi.

Aku memandanginya lama. Wajahnya dingin dan serius. Entah kenapa wajah yang seperti ini yang selalu kurindukan. Setiap kami melakukan kontak baik telepon ataupun video call, tak banyak kata yang terucap darinya. Tapi itulah yang membuatku menyukainya. Dingin namun begitu perhatian. Membuatku tak ingin berada jauh darinya. Wajah yang membuatku bisa untuk jatuh cinta lagi setelah dikecewakan. Wajah yang membuatku jatuh cinta saat pertama kali melihatnya. Wajah yang dingin namun sangat tulus. Dingin namun sangat bersahabat.

Sepertinya ia merasa jika sedang diperhatikan. Ia menghentikan aktivitasnya dan menoleh padaku. Tersenyum sekejap dan menatapku. Ah…senyum itu. senyum yang juga membuatku sangat sangat menyukainya. Ia meraih wajahku dan mendekatkan wajahnya. Meletakkan bibirnya sesaat di atas bibirku dan kembali tersenyum setelahnya. Aku hanya tersipu. Dan ia kembali dengan pekerjaannya. Dan aku bangkit untuk membuatkan secangkir kopi panas untuknya. Sarapan dengan omlete mungkin cocok dipagi yang cukup dingin ini.

“Ci,” panggilku. Sepertinya dia benar benar sibuk. Ia bahkan tidak menoleh untuk panggilanku. “pagi ini aku mau kerumah sakit dulu untuk menengok kondisi Billy. Baru setelah itu aku akan ke toko. Kamu mau ikut bersamaku atau kamu ada urusan lain?” tanyaku disela kesibukanku di dapur.

“aku mau mengemballikan ini,” jawabnya singkat sambil menunjuk kertas kertas disekitarnya. Dan aku langsung mengerti maksud jawabannya. Ia akan kerumah sakit bersamaku. Aku mengajaknya untuk sarapan bersama. Selesai sarapan, aku dan Ciaran bersiap untuk menuju rumah sakit. Kupastikan semua kutinggal dalam keadaan aman. Dengan mobil Ciaran, kami meluncur ke Tyco, rumah sakit dimana Billy dirawat.

**

Tiba dirumah sakit kami langsung menuju kamar Billy. Sudah bangun rupanya pangeran kecilku. Tangannya mulai sedikit bisa digerakkan. Kulihat tangannya menggapai gapai padaku saat ia melihatku dan Ciaran muncul dari balik pintu. Billy sudah ada di ruang perawatan biasa karena dia sudah berhasil melewati kondisi kritisnya. Serangkaian jadwal terapi sudah menunggu di depan mata. Dan jika tidak ada halangan, terapinya akan dimulai awal bulan depan. Aku harap semuanya akan berjalan lancar. Aku segera menghampirinya dengan Ciaran berada dibelakangku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another Egan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang