Chapter 5

255 10 0
                                    

Pukul 9.30 pm aku sampai di flat ku. Aku langsung menuju kamar madi dan membasuh wajahku, sekedar mencari kesegaran. Selesai membasuh wajah, aku menuju pantry. Kubuka lemari pendingin dan harus menelan kecewa. Karena aku tidak menemukan apapun disana selain sebungkus macaronnni instan dan sebutir telur. Dan beberapa botol minum yang hanya berisi air putih. Sudah terlalu malam jika aku harus keluar lagi hanya untuk memenuhi nafsu ngemil ku di malam hari. Lagipula aku sudah kenyang malam ini dan aku juga sangat lelah. Aku hanya ingin tidur sekarang. Kulangkahkan kakiku menuju kamar,setelah kupastikan semua jendela dan pintu sudah terkunci rapat.

Kurebahkan badanku. Ah! Leganya. Dan akupun terpejam.

**

Aku terbangun pagi ini dengan suara alarm ponselku yang menyanyikan lagu Bring Me To Life. Katakan aku sangat lawas karena menyukai lagu yang katanya jadul. Tapi terkadang lagu jadul itu lebih enak didengar di telinga beberapa orang, temasuk aku. Tak perlu kuingatkan diriku pukul berapa sekarang, karena aku selalu menyetel alarm pada jam yang sama. 06.00 pagi. Mum selalu mengingatkan dan mengajarkanku untuk bangun pagi. Biar rejeki juga semakin lancer katanya. Aku sih menurut saja apa yang dikatakannya. Dan kebiasaan itu gak pernah hilang dariku bahkan dengan aku yang sekarang tinggal berjauhan dengan Mum. Aku bangkit dari tidurku dan mandi. Setelah selesai bersiap , aku segera keluar flat untuk menuju mini market 24 jam. Membeli isi lemari pendinginku dan keperluan kamar mandi sepagi ini, hhmmm sepertinya aku bisa puas memilih dan berbelanja. Karena biasanya jika aku berkunjung agak siang, aku tidak akan puas memilih , karena toko yang padat, sekalipun itu adalah mini market 24 jam! Terlebih di musim liburan ini.

**

Seminggu berlalu sejak aku bertemu – tidak sengaja bertemu lebih tepatnya – dengan Ciaran dan Finnian. Dan sejak hari itu pula aku masih tidak bisa melupakan wajah Ciaran. Entah mengapa wajahnya yang dingin itu selalu mengganggu pikiranku. Jantungku berdegup kencang tiap kali aku memikirkan tentang Ciaran. Dan lagi lagi Zenith mendapatiku sedang melamun saat merapikan rak lilin.

“kamu gak apa apa , Raa? Beberapa hari ini aku perhatiin kamu sering melamun?mikirin apaan sih?” tanyanya dengan mimik muka serius.

“aku gak apa apa kok Zee. Oh ya Zee, sepertinya aku kangen rumah. Besok aku akan pulang ke Sligo. Mungkin beberapa hari aku akan menginap di rumah. Yah kurasa kamu bener. Aku perlu liburan,” jawabku mencoba membuatnnya tidak terlalu khawatir

“hhmm,baiklah. Sampaikan salamku pada tante Vi dan Oom Nath. Jam berapa mau berangkat?”

“Jam 10 pagi. Oh ya kamu gak apa jaga toko sendiri?”tanyaku. Kali ini aku yang khawatir karena aku akan meninggalkannya untuk waktu yang lama. Zee hanya menggeleng dan tersenyum

“lagipula, karyawan baru kita akan masuk besok kan? Jadi aku ada sedikit “kerjaan”” jawabnya sambil tersenyum lebar, memamerkan giginya yang kini “terpagar” kawat gigi. Aku hanya tersenyum dan melanjutkan pekerjaanku. Akhirnya aku benar benar menambah karyawan setelah kami merasa sangat keteteran dengan aktifitas kami. Zenith dengan ujian akhirnya dan aku dengan kegiatanku di yayasan.

**

Pagi ini aku sudah bersiap dengan ranselku untuk pulang ke Sligo. Aku bener bener kangen rumah sekarang. Setelah kupastikan semua pintu dan jendela terkunci dan aman ditinggal, aku menuju mobil dan mulai melajukan kendaraan menuju Sligo. Menghindari kebosanan dijalan aku memutar lagu lagu Westlife di mobil. Hey, sudah kubilangkan,terkadang lagu lagu lawas terdengar lebih menyenangkan di telinga beberapa orang. Dan aku adalah bagian dari mereka. Akhirnya aku sampai juga di Sligo . Kota kelahiranku dan tempat tinggalku.

Aku tiba dirumah dengan disambut Mom dan Dad. Kupeluk erat mereka dan sedikit cium di pipi untuk melepaskan rindu karena sudah hampir 4 bulan aku tidak pulang, mengingat kesibukanku dengan “anak-anakku” di yayasan dan toko ku.

“apa kabarmu , Nak?” tanya Dad begitu aku memasuki rumah dan langsung merebahkan diri di sofa.

“baik, Dad. Dad dan Mum baik baik juga kan,”aku tersenyum menjawab pertanyaan Dad.

“kami baik. Bagaimana dengan toko mu?”

“amazing! Musim libur kemarin bener bener buat aku sama Zee sedikit kerepotan. Oh ya Dad, salam dari Zee. Dan aku bawakan ini untuk Dad,”aku membuka ranselku dan kuberikan sebuah kemeja batik pada Dad. “aku harap Dad suka. Dan ini untuk membuat Mum lebih hangat di musim dingin nanti,”kusodorkan sebuah scraft tenun pada Mum.

“kamu pasti abis hunting barang baru. Ini dari Bali juga?” tanya Mum. Aku menggeleng.

“bulan lalu aku coba ke tempat baru. Jogja. Ternyata disana tidak kalah menarik dari Bali. Dan aku mulai berfikir untuk menambah koleksiku dari kota itu. Mungkin bulan depan aku berangkat lagi kesana dan mencari supplier yang mau bekerja sama,”aku bercerita dengan sumringah. Mum dan Dad hanya tersenyum melihat semangatku.

“Mum, sepertinya aku mau sedikit berkeliling. Aku merindukan Sligo,”

“ayolah Nak. Kamu bahkan belum bertemu dengan kakak-kakakmu. Kamu kan bisa melakukan itu besok,” Dad mencoba menahanku karena melihat aku yang kecapaian karena perjalananku.

“tapi dad, aku memerlukan beberapa buku baru untuk yayasan. Dad tau sendiri kalau aku hunting buku harus berhari hari,”

“gak perlu berhari hari kalo kamu gak baca bukunya sampai habis dulu,” Dad tau kebiasaanku. “baiklah, kamu boleh pergi,”lanjutnya member izin.

“asyik!! Bye Mum. Bye Dad,” aku langsung beranjak dan menuju Keavy’s Corner, toko buku favoritku. Meskipun aku sering berkunjung, aku gak pernah sekalipun  bertemu dengan pemiliknya, Keavy. Yang kudengar ia adalah istri dari Kian Egan, salah satu personel dari band favorit ku , Westlife. Meskipun mereka sudah bubar beberapa tahun yang lalu, aku masih sangat mengagumi mereka.

10 menit perjalanan , aku tiba di depan toko bernuansa klasik. Tanpa buang waktu, aku langsung masuk dan menuju rak buku untuk anak anak. Saat sedang memilih beberapa buku , aku dikejutkan dengan suara di belakangku.

“Sarah?” suara itu menyapaku, sepertinya aku pernah mendengar suaranya. Aku menoleh. Ternyata seorang pria. Sebelum kujawab sapaannya , kuperhatikan wajahnya lekat lekat. Aku seperti pernah bertemu dengannya.

“hei, senang bertemu denganmu lagi. Masih ingat aku kan?”tanyanya. aku benar benar seperti pernah bertemu.  Inilah aku. Jika sedang mengingat wajah seseorang,aku akan speechless

“Sepertinya harus ku ingatkan. Aku Finn. Finnian,” ujarnya sambil mengulurkan tangannya. ‘Finnian?’ aku masih berusaha mengingat. Ya Tuhan! Dia Finnian. Adik Ciaran, laki laki yang beberapa hari ini mengusik hatiku.

“Ah, ya. Finnian. Aku ingat sekarang. Bagaimana dengan candle light dinnernya,”aku mencoba menyamarkan kesalahanku karena melupakannya.

“ternyata dugaanku gak salah. Kamu punya selera yang bagus. Tau gak, dia sampai nahan air matanya biar gak nangis,” Finnian bercerita dengan semangat. “kamu suka baca buku anak anak?” Finnian bertanya heran karena melihat aku berada di tempat buku anak.

“suka. Dan aku sedang mencari beberapa buku untuk anak anakku,”jawabku santai.Finn menatapku takjub. Sebelum ia melanjutkan pertanyaannya, aku bisa membaca apa yang dipikirannya.

“anak anak asuh ku, Finn. Aku berkerja sebagai relawan di sebuah yayasan di Galway.Selain mengelola SaZe Bali tentunya,” Finn hanya ber “ooo” ria. Obrolan kami berlanjut. Finn menemaniku mencari beberapa buku yang aku perlukan. Dia seperti hafal dengan setiap sudut di toko ini. Kami masih terus berkeliling sambil bercerita tentang aktivitas kami. Ternyata Finn orang yang menyenangkan dan enak buat di ajak ngobrol. Obrolan kami terhenti ketika mataku menanngkap sosok seorang laki laki yang sangat antusias mendengar cerita dari seorang wanita di ‘ Pojok Cerita’ . Agak sedikit aneh dengan pemandangan itu, secara ‘Pojok Cerita’ adalah tempat berkumpul anak anak usia 3- 5 tahun dan menunggu di bacakan cerita oleh petugas Keavy’s Corner. Kudengar, Keavy juga sering terjun langsung untuk membacakan cerita. Tapi laki laki itu. Usianya bahkan lebih dari 20 tahun!

Tapi tunggu!

DEG! Jantungku kembali berdegup gak karuan setelah kuperhatikan siapa dia.

God! Dia Ciaran! Aku bertemu dengan nya lagi disini! Apa yang dia lakukan disini?

Another Egan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang