Mereka yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya adalah mereka yang ingin terbebas dari masalah yang tidak sanggup lagi dilewati. Mereka ingin terlahir kembali untuk menjalani kehidupan biasa layaknya orang-orang pada umumnya dan hidup dengan tenang.
Mereka yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya tidak bisa dilihat dari seberapa mereka menangis dan tertawa. Ada yang setiap hari menunjukkan senyum terbaiknya untuk menyembunyikan semua kesedihan, ada juga yang memilih untuk menangis karena tidak sanggup lagi memendamnya sendirian.
Mereka yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya tidak akan tahu bahwa keputusan yang mereka ambil adalah kesalahan yang tidak akan pernah bisa diperbaiki.
Dan ini adalah keputusanku.
*****
"Kalau gue bunuh diri di sini ..."
"Sakit loh," ucap seseorang.
Alice terkejut. Ternyata ada orang lain selain dirinya di tempat ini.
"Siapa lo? Ngapain lo di sini?" Alice membalikkan badan dan bertanya pada laki-laki di depannya.
"Seharusnya gue yang nanya, lo siapa dan ngapain lo mau bunuh diri di sini?" balas laki-laki itu melangkah mendekati Alice. Gadis itu gemetar ketakutan di setiap langkahnya mendekat.
"Lo tahu apa yang akan terjadi kalau lo bunuh diri di sini? Pasti bakalan ngerepotin banyak orang nantinya. Kampus juga bakalan jadi angker dan gak ada yang mau masuk sini lagi karena ada mahasiswa yang bunuh diri."
Kejadian itu terus terngiang di benak Alice, pasalnya gadis itu penasaran dengan laki-laki yang mengetahui niatnya untuk mengakhiri hidup di rooftop Kampus. Padahal, tidak ada yang tahu bahwa ia akan pergi ke tempat tersebut saat itu.
Ia masih mengingat kejadian tersebut, namun gadis itu tidak sempat melihat wajah laki-laki yang memergokinya. Ia hanya melihat sekilas wajahnya. Dia siapa ya? Kenapa bisa tahu apa gue pikirin? Padahal gue cuma bilang kalau gue mau bunuh diri di dalam hati, tapi kenapa dia bisa tahu?
Aduh! Alice memegangi kepalanya yang sakit akibat pukulan kasih sayang dari Pak Anrez, dosen yang sedang mengajar. Walaupun pria itu terkenal dengan image yang friendly dan tampan, itu hanya akan berlaku di luar jam mata kuliah. Di dalam kelas, beliau menerapkan cara mengajar yang tegas dan beberapa mahasiswa membuat namanya masuk ke dalam list dosen killer part kesekian
"Kamu melamun lagi, Alice?" tanya Pak Anrez datar.
"Nggak, Pak," elak Alice menggelengkan kepalanya.
"Oke kalau begitu ..."
"Karena kamu bilang tidak melamun, pasti kamu bisa menjawab pertanyaan saya."
Mampus! Alice langsung berkeringat dingin. Setiap ada yang ketahuan tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh dosen tersebut, beliau pasti akan memberikan pertanyaan untuk memastikan apakah benar mahasiswa itu benar-benar memperhatikannya? Jika tidak bisa menjawab ia akan diberikan hukuman untuk membuat satu karya ilmiah dengan tema yang sulit.
Baru saja Pak Anrez menghela napas dan hendak memberikan pertanyaan, Alice menutup mulut sang dosen untuk menahan pria tersebut bicara.
"Eeeh, tunggu, Pak!" seru Alice menghentikan pria itu untuk bicara.
"Pak Anrez benar, maaf saya tadi melamun."
Akhirnya gadis itu mengaku.
"Bagus, kamu mengaku," kata Pak Anrez.
"Lain kali jangan diulangi lagi, ya," ucap pria itu kemudian melanjutkan kembali penjelasan mata kuliahnya.
Alice menghembuskan napas lega, hari ini ia beruntung karena Pak Anrez sedang berada di mood yang baik. Karena biasanya pria itu tidak akan memberi ampun. Walaupun terkesan baik hati dan perhatian, sikapnya yang tegas tidak memandang gender.
*****
***** Normality Campus *****
KAMU SEDANG MEMBACA
NORMALITY CAMPUS
Teen FictionAlice hanya ingin menikmati masa kuliahnya dengan normal. Namun, berbagai masalah datang hingga gadis itu berniat untuk bunuh diri. Tidak ada yang tahu Alice pergi ke rooftop dan berniat untuk loncat dari sana. Tiba-tiba seseorang menahannya, laki-l...