Chapter 8 : Garret

1K 78 0
                                    

Mereka sampai di rumah Miller 3 jam kemudian. Mereka lalu mengemas pakaian, makanan, dan senjata. "Kita akan ke mana sekarang?" Tanya Pete. "Kita akan bersembunyi di desa."jawab Miller.

"Apa kau gila?Berita tentang Anne sudah tersebar di mana-mana" kata Caramel.

"Tidak. Desa itu sudah tak berpenduduk sejak 5 tahun lalu. Desa kelahiran kita, Mel." Jelas Miller.

Caramel mengangguk. Lalu mereka semua menaiki kuda. "Kau tau, kau tak perlu mencuri kuda Julio ia akan kesusahan." Kata Anne. "Anne! sadarlah! Kau membela musuhmu. Maafkan kami jika kau masih kesal tentang hal itu." Pete berusaha menyadarkan Anne. "Aku sadar kok. Kalian tidak mengerti." Anne mendengus kesal. "Simpan ceritamu nanti." Tambah Carla.

Cole melompat ke pangkuan Anne. Anne mengusap kepalanya. Setelah berjam-jam menunggangi kuda, mereka sampai di desa tak berpenghuni. Desa itu sudah tua namun tampak indah. Terdapat pegunungan serta danau yang bersih. Rerumputannya masih rapih walau tak ada yang merawat. Mereka semua turun dari kuda lalu mengikat kuda itu ke sebuah kayu. "Itu rumahku" tunjuk Miller. Miller menunjuk ke sebuah rumah sederhana bercat putih. Rumah itu masih dalam kondisi bagus.

"Bila Hunters menemukan kita, lalu kita akan bersembunyi di mana lagi?" tanya Carla.

"Aku tidak tau. Mungkin kita akan melarikan diri saja." Jawab Caramel.

Anne langsung memasuki rumah yang tak dikunci itu. "Sepertinya Anne masih kesal" Miller semakin merasa bersalah. Anne duduk di atas sofa tua yang lapuk dan mungil. "Nah Anne, ceritakan pada kami apa yang terjadi denganmu." Ujar Pete sambil memasuki rumah itu.

"Maksudku.. untuk apa aku disembunyikan? Mereka sudah tau ciri-ciriku. Mereka tau aku masih hidup. Lihatlah! Kami hanya berlima melawan jutaan manusia di bumi ini? Kedengarannya sangat tak mungkin. Mereka menginginkanku bukan kalian! Jika aku ingin mati, maka aku akan mati. Pilihan ada di tanganku. Dan apa kau tak sadar? Nyawa kalian ada di tanganku. " Jelas Anne dengan nada tinggi.

"Anne.. tenangkan dirimu" Pete mengusap punggung Anne.

"Aku tak akan dibunuh oleh ilmuwan sinting itu. Aku hanya akan ditelitinya."

"Lalu mereka akan membunuhmu." Tambah Miller. "Biarkan saja! Lebih baik aku mati daripada harus hidup bersembunyi." Anne semakin kesal. Cole melompat ke pundak Anne. "Anne, tenangkan dirimu." Bisik Cole pelan.

"Lalu mengapa kau membela Julio? Kau putus asa memikirkan akan kalah melawan jutaan manusia di bumi ini?" Caramel bertanya.

"Bukan! Bukan itu. Kalian tak akan mengerti." Anne tertunduk sedih.

"Beri tau kami agar kami mengerti" Carla membujuk Anne.

Anne terdiam sesaat. Ia memegangi kepalanya. "A..Aku dapat melihatnya! Mata coklatnya. Aku dapat merasakannya." Kata Anne.

"Merasakan apa? Kau merasa bahwa ia bukan musuhmu?" tanya Carla mulai geram.

"Lihat. Percuma saja kuberi tau. Kalian tak akan mengerti!" Anne kesal lalu ia mencari kamar dan ia membanting dirinya di atas kasur diikuti Cole. "Mungkin aku bisa mengerti" Ucap Cole sambil duduk di sebelah Anne. "Mungkin hanya kau yang akan mengerti." Anne melihat ke arah Cole.

"Mata coklatnya. Aku tau karena aku pernah melihat kalian." Kata Cole.

"Benarkah? Aku tidak melihatmu saat itu."

"Mana mungkin aku berbohong. Aku duduk di sampingmu saat itu. Jadi kau belum ingat tentangku. Aku yang malang" Canda Cole.

"Maaf Cole. Ingatanku sepertinya kembali satu per satu." Anne mengelus kepala Cole. Cole mendengkur tanda ia menyukainya. "Ia teman pertamamu bukan?" Lanjut Cole. "Iya. Ia mengatakan hal yang sama saat aku bertemu dengannya. Mengatakan hal yang sama persis dari yang ia katakan sembilan tahun lalu. Bodohnya aku membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyadarinya." Sesal Anne.

"Dia sudah berubah, Anne."

"Bagaimana kau tau?"

"Bagaimana kau tau ia masih menganggapmu teman? Ia menatapmu dengan kebencian, Anne."

"Kau ini apa? Kucing psikolog? Bagaimana kau tau?"

Cole tertawa. Anne menatapnya tajam. "Semua orang bisa tau. Hewan sepertiku juga tau." Cole mendekati kepalanya ke tangan Anne. Anne mengelus kepalanya lagi. "Mungkin kau benar. Mungkin memang aku yang terlalu bodoh." Anne menghela nafas. Anne beranjak dari tempat tidur tua itu lalu membuka pintu kamar. "Kau akan ke mana? Mencari teman lama-mu itu?" sindir Cole. "Tidak. Aku mencari udara segar. Aku akan ke luar sebentar. Tolong beri tau bila semua bertanya." Anne lalu pergi ke luar kamar lalu ke luar rumah.

Ditatapnya langit gelap yang ditemani bintang. Ia duduk di atas rumput memutuskan harus mempercayai siapa. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Anne mengarahkan kepalanya ke arah sumber suara. Tak ada siapa-siapa. Terdengar lagi suara itu. Anne lalu mendekati sumber suara. Terlihat seorang laki-laki sekitar berumur 16 tahun. Laki-laki itu terkejut.

"Hai. Aku Anne. Siapa namamu?" Anne tanpa basa-basi memperkenalkan dirinya. Anak itu terdiam. "Aku.. Garret." Jawabnya. "Sedang apa kau di sini?"tanya Anne. "A..aku? ini desa tempatku lahir aku "tinggal di sini." Jawabnya.

"Rumahmu yang mana?"

"Itu. Yang dicat hijau tua." Garret menunjuk ke sebuah rumah tua. "Kau.... Anne.. Anne Spring?" tanya Garret. Oh tidak. Anne lupa akan berita tentang dirinya yang sudah tersebar. Anne terdiam panik. "Tenang saja. Aku akan menjaga rahasia ini kok. Lagipula aku hanya penduduk desa ini." Garret tersenyum. "Janji?" Anne memastikan. "Janji." Balasnya.

"Kau sendiri sedang apa di sini? Tanya Garret.

"Mencari udara segar." Jawab Anne. "Boleh aku menemanimu?" Tanya Garret. "Tentu."

Mereka lalu duduk di atas rerumputan ditemani kunang-kunang. "Kenapa kau tak mau menangkapku? Hadiahnya besar loh." Tanya Anne.

"Hahaha.. Aku tidak akan melakukan itu."

"Mengapa?"

"Aku tidak punya dendam dengan mythies." Garret menatap Anne. "Kurasa aku harus kembali. Senang bertemu denganmu, Garret." Ucap Anne yang lalu berdiri dan kembali ke rumah. Garret tersenyum kecil.

"Kau ini sangat berani ya" Ucap Cole yang sudah menunggu Anne di depan pintu rumah.

"Maksudmu?"

"Kau memberi tau namamu ke Garret. Kau tak takut ia akan menangkapmu?"

"Kau kan dengar sendiri ia tak akan menangkapku."Ucap Anne. "Baiklah" Cole menyerah. Anne membawa Cole ke kamarnya. Lalu mereka tertidur. Esok paginya, pagi-pagi sekali, Anne duduk di rerumputan. Pete datang menghampirinya. "Jadi kau memutuskan untuk menyerah lalu mati?"Tanya Pete. "Pete, aku tidak tau. Biarkanlah aku berfikir." Jawab Anne. "Kau tidak marah denganku kan?" Tanya Pete lagi. "Untuk apa?" Anne bertanya balik.

"Kau kesal dengan Caramel dan Miller. Mengapa?"

"Ah.. Itu karena mereka dulunya anggota hunters." Jawab Anne. Pete tersenyum. "Itu kan dulu." Pete berusaha membuat Anne memaafkan mereka.

"Memangnya aku tak boleh kesal pada mereka?" Anne menatap Pete dengan kesal. "Masa itu sudah berlalu. Mereka sudah menyelamatkan nyawamu. Tak adakah rasa ingin berbalas budi?" Pete tersenyum kecil. Anne terdiam sebentar. Ia berfikir Pete ada benarnya. "Kau benar. Ada apa denganku? Apa yang telah terjadi denganku?" Anne berkata dengan penuh sesal. "Kau harus meminta maaf pada mereka." Saran Pete. "Tentu aku akan." Anne tersenyum lalu ia memeluk Pete dengan erat. "Aku tak tau Pete. Dunia ini penuh kebohongan. Aku tak tau harus mempercayai siapa selain kau." Suara Anne bergetar. Pete membalas pelukan Anne. Bukan, bukan pelukan karena mereka saling menyukai tapi pelukan hangat sebagai keluarga.

MythiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang