Dengan langkah santai Hiro masuk dan berjalan ke arah Kenan lalu duduk di sampingnya. Kenan tidak terlalu mempedulikan Hiro yang tiba-tiba datang lalu bergabung dengan KIR, tapi semua anggota KIR termasuk Eja masih menganga tidak percaya. Siapa yang nggak kaget, Hiro yang anaknya masyaallah nakal tiba-tiba ikut eskul KIR yang pasti bertolak belakang dengan Hiro yang pemalas.
Seakan merasa kedatangannya membawa keheningan Hiro berdecak lalu berdiri "Ja lanjut aja." Mendengar itu Eja jadi tersadar lalu menatap Hiro bingung "Anta ingin masuk KIR?"
Di kursinya Hiro mengangguk semangat setelah itu Eja hanya menghela nafas pasrah dan melanjutkan penjelasan tadi yang terpotong karena kedatangan Hiro bahkan sekarang banyak siswi yang berbisik-bisik membicarakan tentang kejadian tadi. Semuanya di luar dugaan.
Di tengah semua orang yang sedang bereksperimen dengan bekal penjelasan yang diberitahu Eja, Hiro hanya santai melihat Kenan dan anggota kelompoknya yang sedang sibuk. "Kenan, gue kasih tau. Gak ada yang namanya sulap di dunia ini." Komentar Hiro yang sekarang malas-malasan.
"Semua orang juga tau." Ucap Kenan lalu menatap Hiro jengkel, "Kalau lo duduk di samping gue, artinya lo ikut kelompok gue dan harusnya lo bantuin kita."
"Bilang dong dari tadi." Hiro segera beranjak dari duduknya dan membantu Kenan yang kesusahan. Kenan mendengus jijik dengan tingkah laku Hiro. Sabar yang dimiliki Kenan memang luar biasa, siapa pula coba yang tahan dengan sikap jengkel Hiro? Hanya Kenan seorang sepertinya.
Beberapa jarak dari kursi tempat Hiro dan Kenan berada, Mia memperhatikan Hiro yang menurutnya hari ini sedang aneh. Baru saja dia masuk KIR dan di waktu yang sama pula Hiro ikut KIR.
"Miaaaa, jangan bengong dong bantuin nih!" Lika yang sedang kesusahan mengomel sendiri pasalnya sedari tadi Mia hanya bengong dan konsentrasinya buyar.
"Lik, ko Hiro mau ikut KIR ya?"
"Jangan ngomongin Hiro dulu deh." gerutu Lika, mendengar itu Mia hanya pasrah. Tidak ada orang yang tahu seberapa keponya Mia sekarang ini.
Sudah lewat satu setengah jam eskul KIR hari ini berjalan. Kelompok Kenan sudah selesai dengan eksperimennya begitu pula dengan kelompok Mia. Dan sekarang ini Eja memberitahu tentang apa saja yang akan dibawa untuk eksperimen berikutnya. "Minggu depan ana berpikir bahwa kita harus mencoba membuat sebuah eksperimen sebuah petasan." Eja lalu menulis beberapa keperluan yang harus dibawa untuk bereksperimen selanjutnya di papan tulis.
"Najis petasan dikira gua bocah."
Celetukan seseorang membuat semua orang menengok ke arah sumber suara termasuk Eja yang sedang menulis. Oh siapa lagi coba yang berani menyeletuk seperti itu? Satu nama yang sebenarnya dipuja banyak siswi tapi karena kelakuannya yang membuat jengkel banyak pula murid yang membencinya, ini dia si Hiro.
"Ana ketua di sini," ucap Eja dengan bangga. "jadi ikutin semua apa kata ana." Lanjutnya.
"Gaya bat najis!" gumam Hiro, sebenarnya bukan bergumam malah Eja sekalipun masih bisa mendengar, "Anta anggota KIR dan di sini ana ketuanya, kalau anta ingin masuk KIR, anta harus menghormati ana."
"Sip dah Bapak ketua. Cepetan noh lanjut, pengen balik nih."
Sambil bergumam astagfirullah, Eja melanjutkan menulis bahan apa saja yang harus dibawa. Setelah selesai dengan itu, Eja menutup kegiatan KIR hari ini yang diakhiri dengan Alhamdulillah.

KAMU SEDANG MEMBACA
With Love Mia
Подростковая литератураHanya tentang tiga orang anak SMA yang saling mengorbankan perasaanya karena takut ada orang lain yang tersakiti. Tapi nyatanya dirinya juga pun kesakitan. They can hide their feelings but the time will show it.