THIRD : FIRST TALK

162 28 0
                                    


HARI ini hari Rabu. Jadwalnya Hiro piket. Seharusnya ia menyapu pagi ini. Tapi daritadi ditungguin sampai jam 7 pun belum dateng-dateng. Sengaja. Kalau gak telat dateng pasti alasannya gak mau piket atau 'Kelasnya udah bersih.'

"Udahlah, bagiannya Hiro gue yang ngerjain aja deh. Percuma kalo nunggu dia, pasti ujung-ujungnya gak bakal dikerjain juga." Ilham yang kebetulan piketnya sama dengan Hiro mulai mengambil tong sampah kecil di samping kelasnya dan membuangnya ke tong sampah yang lebih besar lagi.

Kenan yang sudah tau apa yang akan terjadi cuma bisa tertawa kecil. Sahabat karibnya memang selalu begitu. Semua pekerjaan gak pernah dilakuin, kecuali emang kepaksa dan kepepet juga. Entah kerasukan setan apa Kenan bisa betah sahabatan hampir lima tahun bareng Hiro yang kelakuannya gitu-gitu terus. Gak ada perubahan.

"KEN, KANTIN YUK!!" demi apapun suara Hiro melengking dan ngagetin banget. Sekelas tiba-tiba mendadak kena serangan jantung. Si Hiro malah cengengesan melihat reaksi teman-temannya yang terpaku diam tetapi jantungnya lagi lomba marathon.

Hiro menghampiri Kenan yang lagi asik dengan buku-buku tebalnya lagi. Seperti biasa, buku selalu ada di depan matanya. Hiro juga sempet mikir, kenapa Kenan lebih tertarik dengan buku daripada dirinya.

Hiro menarik buku itu kuat, dan membuangnya asal. Kenan hanya bisa mendecak mendapatkan perlakuan menyebalkan seperti itu. "Kenapa sih lo? Dateng-dateng teriak-teriakan sekarang buku gue dilempar." Kenan beralih mengambil bukunya yang dilempar tadi.

Kenan kembali ke tempat semulanya. Kali ini ia tak melanjutkan bacanya malah menatap Hiro malas. "Minggu depan ulangan kimia, mending isi otak lo dulu tuh." Hiro memutar bola matanya jengah lalu menaikkan kaki kanannya ke atas bangku. Kaya di warkop.

"Otak gue gak perlu diisi lagi, udah penuh. Sekarang waktunya isi perut. Lagian masih lama juga kan? 168 jam lagi selow aja." 

"Tau dari mana lo 168 jam?" selidik Kenan.

"Ngitung lah."

Hiro menarik tangan Kenan tapi ia malah melepasnya. "Lo ke sekolah gak bawa tas apa?" tanya Kenan yang tidak melihat Hiro membawa apapun dari rumah.

"Ada di si Ilham. Gua nyuruh dia bawain."

"Udah yuk kantin." Dengan terpaksa akhirnya Kenan bangun dari duduknya. Ia harus berfikir apa alasan yang tepat agar tidak jadi ke kantin. Kenan terus memegang bukunya. "Gak usah bawa buku Ken. Kita mau makan baso, bukan makan buku."

Sifat ngeselinnya Hiro emang udah nempel dari lahir. Tapi gak tahu kenapa itu yang membuat Hiro lebih istimewa bagi Kenan. Bukan bermaksud gay, tapi ada suatu sisi yang belum orang lain tahu bahwa Hiro gak seburuk apa yang mereka kira.

*****

"Ham buku gue mana?" Mia bertanya saat ia berpas-pasan dengan Ilham di koridor.

"Buku apaan ya?"

"Buku paket sejarah yang udah gue rangkum. Semalem kan lo pinjem."

Ilham mengingat-ingat kejadian semalam. Apa dia pernah minjam ya?

"Ham jangan bilang bukunya ilang? Gila! Udah berapa banyak buku gue yang udah lo ilangin?" ucap Mia, Ilham masih dengan ekspresinya yang lagi mikir, mengingat-ingat buku apa yang dia pinjam. "oh iya, belum gue salin!" Ilham menepuk jidatnya pelan "nanti pulang gue balikin."

"Beneran ya, Ham."

Ilham malah langsung pergi ke kelasnya berniat untuk menyalin PR sejarahnya. Ilham dan Mia sebenarnya beda kelas cuma karena tugasnya sama dan kebetulan mereka tetanggaan jadi Ilham meminjam buku paket milik Mia.

With Love MiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang