Aku sibuk pada warna dalam gelap sendiri
Seolah tak menyadari gelap itu tak ada warna
Ada warna, paling hitam
Kesana kemari sibuk mencari
Menyalah-nyalahi yang kupasti-pastikan sendiri
Jahat sekali.Lalu sentimen selalu menemukan jalan menerobos masuk
Lewat sela-sela genting kaca yang membiaskan sinar
Orang bilang, itu harapan
Aku bilang, itu pengampunan
Atau penyadaran?
Apapunlah.Dosa yang lain membawa kesadaran lain
Rasa bersalahnya bukan tentang itu
Sadarnya tentang itu
Nyala...mati...nyala...mati
Sewajarnya surutan jalan pada labirin
Menentu benderang yang benarDari segala jutaan detik,
Aku ini apa?
Selain anak, ibuku?
Selain puteri, ayahku?
Kearifan yang baru kutemui
Semoga memanjangkan lidahku untuk berdoa
Tiada bukan, duanya paling pantas diagungkan
Dibanding hiruk pikuk yang perlahan akan hilang
Atau gejolak kebimbangan.Adakah pernah terpikir,
Saat resahmu,
Sebetulnya sama resah mereka
Aku barusan terpikir○ Sentuhan Kasih Sayang ○
Dibuat dengan judul yang sama dari salah satu kumpulan cerita Mira W 'Dunia Tanpa Warna'. Dibuat saat sentimen. Dibuat saat sedang dalam kondisi 'Ha...Ha' Sutardji C Bachri karena darah muda yang tidak terlalu penting. Dibuat saat akhirnya disadarkan. Dibuat dengan kesadaran bahwa seharusnya perilaku agung dari seorang anak adalah mendoakan ayah dan ibu selalu diberi kesehatan. Bukan lantas sibuk dengan dunianya sendiri terus-terusan.
Surakarta, 13 Mei 2016.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palamarta Aksara
PoetryKumpulan puisi yang ditulis dalam bayangan utopis tak terdefinisi Copyright © 2016 by nauraini Cover by @mongseptember