Di sinilah aku sekarang. Untuk pertama kalinya aku berada di mobil Bastian.
"Kita kemana Ian?"
"Hmm, kalo nonton aja gimana?"
"Boleh tuh, kita nonton AADC 2 ya? Katanya film bagus tuh"
"Kita nonton Captain America aja ya"
"Aduhh, aku nggak suka film yang genre-nya kaya gitu, kita nonton AADC 2 aja Ya? Ya? Ya?"
"Yaudah deh" jawab Ian dengan nada terpaksa.
"Yeyy, makasi ya Ian" Ian baik banget deh, seruku dalam hati.
Aku menunggu Ian yang sedang mengantre membeli tiket, kemudian kami membeli minuman dan pop corn. Kami memasuki Studio 1. Saatnya menonton!
Film berlangsung baru beberapa menit, Ian membisikan sesuatu kepadaku.
"Bella, aku ke toilet bentar ya"
"Oh, Yaudah. Cepet balik ya"
"Oke" Ian beranjak dari kursi dan keluar Studio. Aku kembali fokus ke film.
Ian kemana sih, kok udah lama banget belum balik, malah filmnya udah mau habis lagi. Aku kembali mencoba fokus pada film tapi pikiranku kembali pada Ian yang tidak kembali kembali. Tiba tiba lampu Studio sudah terang. Eh? Udah selesai filmnya dan Ian tidak kembali.
Aku masih terduduk, saat orang terakhir keluar dari studio, aku baru beranjak. Setelah aku berada di luar studio, aku menelpon Bastian, tetapi tidak aktif. Aku mencarinya keliling, tetapi tidak ada juga. Aku masih tidak percaya Ian meninggalkanku.
Rasanya aku ingin menangis. Kalau aku nonton bersama Adrian, ia tak pernah melakukan ini kepadaku.
Adrian! Segera aku mengeluarkan Ponselku untuk menelepon Adrian, tanpa berfikir panjang kucari namanya di kontakku, lalu kutekan nomernya.
"Hallo, Bella kamu udah pulang ?"
" Ian aku minta tolong ya, anterin aku pulang, plisss" kataku dengan suara memohon dan terisak-isak.
"Loh, emang Bastian kemana ?"
"Nanti aja ya aku ceritain, sekarang kamu jemput aku aja dulu"
Kemudian aku memberi tau dimana aku berada sekarang kepada Ian.
"Ok, aku kesana sekarang ya"
Kemudian Adrian memutuskan sambungan.
***
Aku berada di mobil Adrian, kami masih berada di parkiran. Hening begitulah suasana saat ini, jika aku mengingat kejadian tadi rasanya aku tidak bisa menahan rasa kesalku kepada Bastian.
Air mataku keluar lagi, langsung saja aku memeluk erat Adrian sambil terisak - isak di dadanya. Adrian membalas pelukanku sambil menepuk dan sesekali mengelus punggungku. Dia tidak berbicara apapun dan membiarkan air mataku membasahi bajunya.
"Mau cerita?" Ian bertanya saat tangisanku mereda.
Aku mengangguk dan semua kejadian tadi aku ceritakan. Ian mendengarkanku tanpa menyela.
"Kok dia tega banget sih sama cewek"
Aku menggeleng saja untuk membalasnya."Apa mungkin aja dia ada urusan lain yang sangat mendadak?" Aku berusaha berpikiran positif aja pada Bastian.
"Gak mungkin lah, kalo dia ada urusan mendadak pasti dia bilang ke kamu dulu, baru pergi atau enggak, sms kamu buat kasi informasi yang jelas!" Seru Adrian dengan datar tapi aku bisa melihat rahang Adrian yang mengeras, aku tahu dia sedang menahan amarah.
"Kamu udah makan?" Tanya Adrian khawatir.
"Enggak napsu" balasku, siapa sih yang napsu makan kalo sedang kesal.
"Kita pulang aja ya, Ian" pintaku pada Adrian.
"Hm.. Ya udah" langsung saja Adrian menjalan kan mobilnya menuju rumahku.
Mobil Adrian berhenti di depan gerbangku.
"Makasi ya, Ian" ucapku sambil turun dari mobil Adrian.
"Iya sama - sama, ohh ya besok aku jemput ya, kita ke sekolah bareng" ucap Adrian sambil tersenyum.
"Oke" aku sambil tersenyum paksa, moodku memang benar - benar jelek sekarang.
"Daaa" Adrian melambaikan tangannya dari dalam mobil. Aku membalas lambaiannya.
BERSAMBUNG
Jangan lupa vote dan comment ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Chagrined
Teen FictionMengapa penyesalan selalu datang terakhir ? Aku tidak menyadari bahwa ketika aku membutuhkannya dia selalu berada di dekatku. Aku tidak menyadari bahwa ketika aku menangis dia selalu berada di sisiku untuk menghiburku. Dan aku menyesal, aku baru m...