Lima

91 21 6
                                    

Aku masih tak menyangka kenapa Bastian melakukan ini kepadaku. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Mengapa ia meninggalkanku? Apa karena dia nggak mau nonton AADC 2? Aku tidak mengerti. Dia sudah berhasil membuat moodku berantakan. Dia sudah berhasil membuatku menjatuhkan air mata yang seharusnya tidak perlu kulakukan.

Aku mengeluarkan ponselku dari dalam tas, dan segera kuhubungi sahabatku Luna.

"Luna!" Kataku sambil terisak.

"Bell, kamu kenapa nangis?" Tanyanya kebingungan.

Lalu kuceritakan semua yang terjadi padaku, kuceritakan bagaimana kejamnya Bastian yang meninggalkanku. Kuceritakan juga tentang Adrian yang akhirnya mau menjemputku.

"Kamu serius ? Kok Bastian gitu banget ya ? Eh tapi ngomong-ngomong, bukannya harusnya kamu pulang sekolah bareng Adrian yaa ? Soalnya tadi aku minta jemput di Rumah Sakit, tapi dia bilang mau nganterin kamu pulang. Kata dia, kamu bakal pulang bareng dia? Kok malah kamu jadi jalan bareng Bastian sih ? Aku bingung deh"

Seketika aku terdiam. Sesuatu yang tertinggal itu ternyata adalah Adrian. Aku sudah berjanji mentraktir Adrian dan pulang bersamanya.(bagian 2)

Apakah dia kecewa? mungkin. Tetapi mengapa dia masih mau menjemputku dan mengantarku pulang ?

"Hallo" suara Luna membuyarkan lamunanku.

"Eh udah dulu ya Lun, byee."
Langsung saja aku mematikan ponselku tanpa menunggu jawaban dari Luna.

Adrian...
Aku baru sadar ternyata aku masih punya janji dengan Adrian yg belum aku tepati. Seharusnya aku tadi pulang bersama Adrian bukannya pergi dengan Bastian.
Apa yang sudah aku lakukan, Tuhan...
Adrian bahkan masih mau menjemputku tadi setelah aku melupakan janjiku dan lebih memilih Bastian, bahkan dia tidak membahas apapun! Dia hanya sibuk menenangkanku yang sedang menangis gara - gara si brengsek Bastian!

Yaampun maafkan aku Adrian.. Aku jadi merasa sangat bersalah padanya.

***

Biipp... Biipp ... Biipp

Aku berusaha membuka mataku yang sangat lengket akibat air mataku semalam.
Ya, aku menangis lagi saat mengingat kejadian kemarin dan juga karena rasa bersalahku terhadap Adrian. Aku mematikan alarm yang sangat berisik itu lalu aku berjalan ke arah kamar mandi ku dan mencuci wajah ku dan mandi bersiap siap untuk pergi ke sekolah.

Aku turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama kelurgaku.

"Pagi pa.. Pagi ma.."

"Pagi, hmm apa kau baik - baik saja sayang?" Tanya ibuku yang sangat khawatir ketika melihat wajahku yang kelihatan pucat

"Hah? Gak papa kok ma, mungkin cuma kurang tidur aja, kemarin sampe malem ngerjain tugas" maaf ya ma Bella bohong sama mama.

"Yasudah, lain kali jangan seperti itu" ayahku angkat bicara.

"Iya pa"

Lalu kami melanjutkan sarapan.

"Non Bella temannya udah nunggu tuh di luar" bi Vero pembantuku berasal dari New York memanggilku

Ahh pasti Adrian sudah datang, dia kan bilang akan menjemputku, langsung saja aku menghabiskan sarapanku secepat kilat.

"Ma.. Pa.. Bella berangkat dulu ya, daaa"

Aku langsung menuju pintu untuk bertemu Adrian.

"Haii.." Adrian tersenyum kepadaku.

"Hai, udah yuk berangkat" aku menuju gerbang dan menemukan motor ninja-nya.

"Gak papa kan kita naik motor?" Adrian bertanya hati - hati padaku.

Memangnya aku akan marah apa cuma gara - gara naik motor berangkat ke sekolah, aku bukan cewek manja yg selalu kemana - mana naik mobil ya.

"Yaampun. Gak papa kali, santai aja sama aku"

"Oh. Yaudah yuk" kami langsung berangkat ke sekolah.
Selama di perjalanan aku memegang erat pinggang Adrian karena dia mengendarai motor sangat cepat.

***

Motor Adrian memasuki gerbang sekolah. Kami langsung berjalan ke kelas.

"Ian, aku minta maaf ya" ucapku saat sudah duduk di bangku kami.

"Hah? Maaf untuk apa?"

"Itu.. Kemaren aku lupa janji yang kita pulang bareng, maaf ya aku malahan pergi sama Bastian"

"Oh itu" seakan mengingat hal itu, Adrian tersenyum kecut kepadaku.

"Iya yang ituu, kamu maafin aku kan?" Tanyaku memelas.

"Emangnya aku bisa marah sama kamu ya?" Tanya Adrian sarkatis.

"Yeeyy, Ian kamu memang sahabat aku yang the best deh!"

"Ohh jadi aku enggak the best juga ya" tiba - tiba suara cempreng Luna memotong pembicaraanku dengan Adrian.

"Kamu the best juga kok, Lun" kataku sambil menepuk pundaknya.

"Hehehe" si Luna hanya nyengir saja saat kupuji.

***

Bel istirahat berbunyi ketika perutku sudah mulai kelaparan. Padahal tadi aku sarapan lumayan banyak kok. Langsung saja dengan cepat aku menarik tangan Adrian dan Luna.

"Heeehh.. Apaan nih narik narik aja" protes Luna yang berusaha menyamai langkahku

"Bella, aku belum selesai mencatat materi Biologi di papan tunggu bentar kenapa sih" marah Adrian yang memang masih menulis tadi langsungku tarik tangannya.

"Entaran aja" balasku cuek

Ketika aku mencari tempat duduk mataku tak sengaja bertemu dengan mata Bastian, aku menatapnya dengan sorot amarah, kilasan kejadian kemarin terulang di otakku membuat dadaku sesak. Dia hanya metapku sebentar, kemudian memalingkan wajahnya kearah teman temannya yang sebagian cewek popular di sekolah ini.

Ha? Harusnya aku yang melakukan hal itu kepada dia. Lihatlah dia tertawa seakan - akan tidak melalukan kesalahan apapun.

"Yuk Bel" aku langsung memalingkan wajahku menghadap Adrian, dia menarikku lembut ke arah meja yang Luna sudah tempati.

"Bel, kau mau makan apa?" Adrian bertanya padaku.

"Apa aja deh" kenapa seketika nafsu makanku hilang ya

"Yaelah Bella, padalah kamu tadi yang paling bersemangat ke kantin, sekarang kok malah lesu gini sih" tegur Luna kepadaku.

"Tiba-tiba aku nggak nafsu makan"

Lalu mengalihkan pandanganku ke arah Bastian. Lihat saja pembalasanku! Kataku dalam hati.

BERSAMBUNG

Jangan lupa vote dan comment ya😊

ChagrinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang