Enam

61 19 2
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi seketika ruang kelasku yang tadinya sunyi menjadi ramai.

"Anak - anak kita sekian dulu" pak Arif guru Fisika yang tidak terlalu galak menyudahi pelajarannya.

Anak kelasku tidak ada yang merespon karena sibuk dengan kegian masing masing seperti membereskan buku, memakai jaket, mengecek handphone, bahkan sudah ada yang menelfon orang tuanya untuk menjemput.

"Bella!, ikut aku sebentar" Tiba tiba Bastian datang mengahampiriku dan langsung menarik tanganku

"Ih. Apaan sih kamu!" Aku memberontak berusaha melepaskan tanganku dari cengkramannya, tapi hal itu sia - sia saja karena tenagaku tidak akan bisa melawannya. Ngapain dia mengajakku ke taman.

"Bell, sebernya aku mau ngomong sesuatu sama kamu"

"Apaan?" Walaupun aku penasaran aku masih tidak merubah nada bicaraku yang ketus

"Hmm, lo tunggu bentar disini ya, bentar aja" dia langsung saja meninggalkanku lagi.. Apa - apaan itu?! Emosiku yang dari tadi kutahan meledak. Tidak akan kubiarkan diriku di permainkan lagi dengan dia! Huft..

Aku langsung berbalik badan untuk pergi dari sini dan seketika jantungku berdetak cepat ketika melihat Bastian yang sedang memegang sebuket bunga lily yang sangat indah, sambil menatapku lembut

"Bella, pertama - tama a..aku mau minta maaf sama kamu pas kejadian kemarin saat aku ninggalin kamu, kemarin.. mama aku masuk Rumah Sakit dan aku panik langsung kesana tanpa memberitahumu, ke dua aku ingin kamu menjadi pacarku" ucap Bastian gugup sambil menyodorkan sebuker bunga lily yang di bawanya, jadi dia ninggalin aku gara - gara mamanya. Dia pasti panik banget gak sempet mikir apa - apa, aku jadi merasa egois karena aku tidak memikirkan alasan Bastian meninggalkanku dan malah menjelek - jelekkannya.

"Oh.. Karena itu.. Mama kamu sekarang gimana?"

"Hah? Oo... I..itu mama aku sekarang udah agak baikan. Jadi gimana?"

"Gimana apanya?" Aku mengerutkan keningku, memangnya apa yg diharapkannya.

"Kamu maafin aku kan?"

"Tentu dong" setelah mendengar alasannya aku jadi tidak marah dengannya.

"Terus yang aku minta kamu jadi pacarku?"

"Jadi--HAH?" Apa katanya barusan!? Di minta aku jadi pacarnya!! Ya tuhann... Ini beneran kan. Bukan mimpi

"Kamu gausah jawab sekarang. Kamu bisa jawab besok lusa"

Tanpa sadar aku langsung mengangguk, bener ni dia suka sama aku? Gak salah ya. Kayaknya dia bisa dapet yang lebih baik dari aku. Kenapa aku merasa janggal ya.

"Hmm..Bella, pulang bareng mau gak?"

"Ohh.. O.. Oke" berarti aku harus menunda traktiranku dengan Adrian.

"Aku ke kelas dulu ya, tasku masih di kelas"

"Iya. Aku tunggu di parkiran ya"
Aku menggangguk kepada Bastian. Langsung aku berlari ke kelasku

Langkahku berhenti melihat Adrian dan Luna yang sedang bersama di depan kelas. Ku lihat Adrian memegang kepalanya sambil memejamkan mata seperti menahan sakit, Luna yang di sebelahnya sedang mencoba memapah Adrian.

"Ian kamu kenapa?" Tanyaku ketika lebih dekat.

"Haah? Be..Bella.. Aku gak papa kok, tadi kepalaku terbentur meja. Iya! Terbentur meja. Iya kan Lun" jawab Adrian dengan senyuman yang terlihat di paksakan. Dia sepertinya menahan sakit, aku jadi bingung dengan tingkahnya, apalagi melihat mukanya yang pucat

"Iya dia terbentur meja tadi" jawab Luna sambil mengangguk kearahku.

"Bener nih gak papa?" Tanyaku lagi aku tidak yakin karena hal itu.

"Bener kok" Adrian tersenyum lemah memastikan dia baik baik saja

"Ian aku gak bisa pulang dan traktir sama kamu hari ini, aku diajak pulang bareng Bastian. Tapi aku janji deh besok pasti aku traktir"

Seketika senyuman lemah Adrian memudar tergantikan senyum kecutnya

"Iy--"

"Kalo gitu aku pulang kamu ya Ian" kata Luna memotong kalimat Adrian

"Ohh kalo gitu aku duluan ya. Tapi.. Kamu bener nih gak papa Ian?" Aku tidak enak pada Bastian yang menungguku tapi aku juga khawatir pada Adrian.

"Iya ga papa, kamu pulang aja mungkin udah di tunggu"

"Oke deh kalo gitu. Kalo ada apa - apa telpon aku ya"

"Oke Bell" jawab Luna sambil melambaikan tangannya

Aku langsung cepat - cepat menuju parkiran dan menemukan Bastian yang sudah menunggu di dalam mobilnya. Wajahnya terlihat kesal ketika aku membuka mobilnya dan duduk di sebelahnya dia hanya tersenyum yang menurutku seperi dipaksakan.

"Maaf ya lama Ian" ucapku tulus, aku benar benar merasa bersalah padanya

"Gak papa kok" jawabnya sambil fokus kearah jalan

"Ian, gimana kalau kita menjenguk ibumu saja?"

"Hahhh.. Jangann.."

"Lo? Kenapa?"

"Ituu.. Soalnya ada keluarga besar di sana, jadinya agak rame gitu"

"Ohh yaudah deh kapan - kapan aja"

Hening di dalam mobil ini, aku jadi kepikiran Adrian yang wajahnya pucat tadi dan saat dia memegang kepalanya. Apa benar karena terbentur meja? Terbentur saja sampai harus di papah Luna. Apa mereka menyembunyikan sesuatu dariku.

BERSAMBUNG

Jangan lupa vote dan comment ya.

ChagrinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang