3 bulan kemudian..
"Ayah? Kau kembali?"
Diiringi anggukan Ayah, aku segera berlari kepadanya. Sudah lama, inilah yang aku harapkan, bertemu denganya. Hatiku berdegup hebat. Apakah ini nyata? Rasannya aku ingin meluapkan segala kesedihan, kekesalan, dan kemarahan yang bercampur aduk setelah dirinya menghilang sangat lama. Meninggalkanku dalam kegelapan yang sulit untuk sirna.
"Apakah benar ini Ayah?"
Aku masih tak percaya dengan memeluknya begitu erat. Menepuk-nepuk bahu serta pundaknya dengan lembut. Kuraba tangan kasar dan keriput yang sudah termakan usia dengan teliti. Ini benar Ayah. Ayah yang sudah bersama Tuhan beberapa waktu ini, yang kupikir tak akan pernah kembali, dengan ajaibnya Tuhna mengirimkan kedalam pelukanku kembali. Jika ini nyata aku akan sangat bersyukur. Melihat dan merasakan ini benar-benar nyata, darahku berdesir. Hidupku terasa kembali bernyawa. Beban ku seketika hilang musnah.
"Iya Natha putri kecilku, Ayah disini."
Ayah melepas pelukannya, memandangku dengan senyum tulus indahnya. Aku tahu itu. Oh, Tuhan inikah hadiah untukku?
"Ayah akan selalu disini. Di hati putri kecilku."
Ayah menunjukan dada yang seolah-olah disanalah letak hati. Aku mengangguk.
Dzzzzzzrrttttt!! Dzzzrrrrtttt!
"Ayah!"
Kaget. Kucoba melebarkan mataku yang semula beristirahat.
Dzzzrrrrttt! Dzzzzrrrrttt!
Kulihat ke sisi kanan tempat tidur yang membuatku begitu terganggu. Kubangunkan setengah badanku dari tempat tidur. Menutup mataku sejenak untuk mencari sebagian nyawa yang hilang yang membuatku memproduksi keringat lumayan banyak sehingga dapat membasahi bantal kesayanganku. Aku pun tersadar.
"Huft.. mimpi ternyata."
Kuraba handphone dari meja nakas yang membuat ribut-ribut pagi-pagi buta. Kuraih handphone pengganggu tersebut dan men-slice ke kiri. Aku kembali tertidur. Bukan tertidur tepatnya karena tak ada satupun manusia yang tidur dengan mata terbuka.
Ayah kapan kembali? Aku begitu merindukanmu. Sangat-sangat merindukanmu. Ayah juga kan?
Kutatap langit-langit kamar. Perasaan gundah itu muncul kembali. Entah kenapa aku masih belum bisa menerima kepergian Ayah hingga saat ini. Selama ini, 3 bulan. Benar-benar orang yang tak bisa menerima pemberian Tuhan.
Namun, bagaimana tidak? Bagaimana jika orang yang paling berharga dan paling kau sayang, hanya dia yang selalu ada untukmu, pergi menghilang begitu saja tanpa pamit dan tak akan pernah kembali di sisi mu? Aku yakin setegar apapun dia, pasti ada tangisan jika hal itu terjadi. Walaupun sekadar tangisan batin.
Kepergian Ayah begitu menyiksa untukku. Bukannya aku tidak ingin tinggal dengan Ibu. Tetapi, ini berbeda. Ada kejanggalan yang belum aku mengerti tentang Ibu. Atau mungkin juga Ayah. Terkadang aku ingin menyalahkan Tuhan. Orang mengatakan, Tuhan itu baik. Tapi apakah kau pernah merasa terletak di sisi mana kebaikan Tuhan jika dia mengambil seseorang yang paling berharga untukmu dan menyisakan seseorang yang hanya kadang-kadang menganggapmu ada? Terlihat jelas bahwa diriku adalah makhluk nyata yang telah dilahirkannya. Namun, percayalah setiap orang yang mendapat pertanyaan seperti itu, pasti akan menjawab.
"Tuhan pasti memiliki rencana yang lebih indah yang tidak kamu ketahui. Itulah mengapa Tuhan baik."
Dan aku mengetahui bahwa Tuhan memang baik. Atau perasaanku saja, aku merasa Dia mengirimkan pengganti Ayah semenjak lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong
Teen Fiction"Spiko, He was really really passed away. What I have to doing know?" Cerita tentang seorang Natha yang merasa sangat terpukul akan seseorang yang sangat dicintainya. cerita tentang seorang Naha yang menemui kesalahan atas cintanya. Apalagi insiden...