. . .
Satu hal yang kuinginkan
Redo, hear me please.. just for a minute
***
||Flashback On||
27 Juli 2015
Bayangan seseorang yang terpancar dari pantulan kaca sedang mengatur rambut. Merapikan dengan sisir dan sesekali kulirikan bola mataku ke depan. Ke arah cermin. Mencoba menata diri dengan kostum yang saat ini aku kenakan. Kuambil tas ransel kardus hand made-ku dan untuk kesekian kalinya aku melihat kembali ke cermin. Memandang salinan diriku disana akibat pantulan cahaya yang cukup terang berasal dari jendela kamarku. Dan untuk kesekian kalinya aku memandangi kostum super akward ini. Sial! Ini sekolah atau apa?
Untuk hari pertama. Hari pertama untuk melangkahkan kaki memasuki SMA. Namun, masalahnya pada hari pertama untuk melangkahkan kaki kesana tidak semudah yang dipikirkan. Dan menurutku hal itu merupakan hal bodoh yang dilakukan oleh senior-senior kurang kerjaan itu.
Oke. Bagaimana mungkin aku berangkat sekolah dengan balutan pakaian ini?
Aku menggeleng melihat penampilanku saat itu. Dari bagian kepala, aku mengenakan bola plastik di belah 2 ditambah sumbu kompor untuk talinya, kemudian tak lupa hiasan kepang rambut di kiri dan kanan sisi kepalaku membuat terlihat lebih konyol. Kulirik sebentar pada kardus papan nama samaran yang menutupi setengah pakaian bolaku yang bertuliskan "Fly Emirates" digantikan dengan tulisan "Centong" disana. Yap! Centong ini yang nanti senior-senior kurang kerjaan itu akan memanggilku. Aku juga mulai melihat kalung dari jajanan lollipop yang dirangkai menjadi satu menggunakan tali pramuka menghiasi leherku dengan santainya. Kemudian, skater skirt selutut warna tosca sebagai pelengkap kaos bola Real Madrid crew neck yang sebenarnya tidak akan ada kata matching jika kau melihatnya. Skater skirt ini dilengkapi ikat pinggang rafia merah, kuning, dan biru. Tidak ketinggalan kaos kaki yang berwarna-warni. Tebak apa? Sebenarnya ini ide terkonyol yang pernah dicetuskan oleh manusia. Aku mengenakan kaos kaki dengan kuning untuk sebelah kanan dan biru untuk sebelah kiri. Untungnya mereka masih memberi ampun untuk model sepatu. Namun, aku berani sangsi, hanya sepatu ini yang benar-benar tidak berwarna.
"Senior sialan!" Bisa membayangkan diriku seperti apa?
"Gak usah berangkat aahh!!" Aku melihat kembali pakaian spektakuler yang menghiasi tubuhku. Entah untuk keberapa kali.
Kusambar tas ransel karung beras yang aku letakan di lantai dekat kaca dimana aku berdiri. Aku ambil catatan di atas meja nakas, kemudian mencocokan semua barang-barang aneh dalam catatan dengan apa yang ada pada tas ini.
· 2 kotak air tanah
· 2 plastik air hangat
· Kelereng emas
· Nasi magma
· 4 coklat Michael Jackson
Aku mulai mengaduk-aduk isi tas karung itu.
"Dua kotak air tanah udah. Dua plastik air hangat udah.Kelereng emas? Apaan? Ah, bodo bawain aja kelereng biasa. Nasi magma? Biarin nasi cabe aja gak papa kali ya? Nasi pedes mungkin. Coklat Michael Jackson(?) Gila ini nama apaan? Bawain coklat lima ratus perak aja peduli amat," beberapa saat itu mulut mungil ini ngoceh sesuka hati hingga ada suara sesorang yang sedikit membuatku kaget.
"Nath udah siap belum? Udah siang lo, nanti kamu telat dimarahin sama senior kamu gimana?"
Suara Ayah dari lantai bawah membuyarkan kegiatanku semula.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong
Teen Fiction"Spiko, He was really really passed away. What I have to doing know?" Cerita tentang seorang Natha yang merasa sangat terpukul akan seseorang yang sangat dicintainya. cerita tentang seorang Naha yang menemui kesalahan atas cintanya. Apalagi insiden...