Malam itu terasa hambar. Seluruh indera ku seakan mati melihat keadaan ini. Setelah semua proses dilakukan, sekarang hanya membekaskan kesedihan pada Ibu dan aku. Terduduk pada tanah yang basah akan hujan, aku melihat ke langit
"Bulan Desember ya?" aku menunduk. Kulihat pada ukiran nisan yang masih segar. 27 Desember 2015. Ternyata benar. Masih saja kutatapi nisan itu lekat-lekat.
"Ayah kapan pulang? Nanti kita akan merayakan tahun baru bersama dengan Ibu," aku terkekeh sejenak mengingat kejadian itu. Kejadian satu tahun lalu yang masih jelas terekam di ingatanku. Kebahagiaan antara aku, Ibu, dan Ayah yang jarang terbentuk
"Ah, Ayah tak akan pulang. Bagaimana Ayah bisa pulang kalau Ayah sudah berada di atas sana bersama Tuhan? Asalkan Ayah tau, hidup dengan Ibu kadang terasa menyakitkan," air mataku mulai merebak memenuhi kantung mataku dan tak lama lagi akan jatuh. Kucoba menahan beberapa kali namun, tetap saja air mata itu mengalahkan segalannya.
Masih kutatap nisan abu-abu itu dengan saksama. Membayangkan Ayah akan tiba-tiba muncul dihapanku, memanggil namaku "Nath" bukan "Ren", dan memelukku erat dengan ketulusannya. Gez, bahkan aku sadar hal itu tak akan mungkin terjadi. Tangisku mulai benar-benar pecah saat itu.
"Untuk terakhir kalinya kata-kata ini terucap untuk Ayah."
"Selamat ulang tahun Ayah."
"Selamat tahun baru Ayah."
"Selamat bulan Desember Ayah."
"Selamat atas perjuanganmu Ayah."
"Dan selamat tinggal Ayah."
Oke sampai sampai ini dulu ajaa ya. aku akan lihat vote baru aku lanjutt.
terimakasih untuk yang sudah membaca dan vote

KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong
Teen Fiction"Spiko, He was really really passed away. What I have to doing know?" Cerita tentang seorang Natha yang merasa sangat terpukul akan seseorang yang sangat dicintainya. cerita tentang seorang Naha yang menemui kesalahan atas cintanya. Apalagi insiden...