Putus (?)

68 10 5
                                        

Cling, cling!, handphone gue berbunyi. Tanda ada SMS yang masuk. Sialan, siapa sih yang SMS gue pagi-pagi begini disaat gue lagi pengen lama-lama bermesraan dengan kasur?.

Maaf, Kak. Baru bales. Kayaknya lebih baik kalo kita putus aja deh, Kak. Aku udah gak bisa sama Kakak lagi.

Reply?

Y/N

Gue yang tadinya malas-malasan buat ngambil handphone gue yang ada di meja belajar, terpaksa harus mengambilnya. Dan dengan susah payah, gue membuka mata gue.

Gue lalu menatap layar handphone gue dengan penuh amarah. Anak ini, anak ini, Khanza, gue rasa dia udah benar-benar kesambet. SMS yang gue kirim ke dia itu udah gue kirim seabad yang lalu!. Dan dia baru bales sekarang dengan tiba-tiba minta putus dari gue. Parahnya lagi, keputusannya itu terjadi tanpa ada alesan yang jelas. Kenapa juga gak bilang secara langsung kalo mau putus sama gue. SIALAN!, jadi ini balesan doi setelah 6 bulan gue berjuang jungkir balik untuk menjadi yang terbaik buat dia?. Jadi ini sifat asli bocah ini?!.

Okay, gue terima keputusan lo. Tapi kita masih tetep bisa berhubungan, kan?. Kita masih tetep bisa temenan kan?.

Send?
Y/N

Gue mengetik, ngebales SMS-nya secepat yang gue bisa. Sambil setengah berharap supaya dia mau dan sudi buat kembali lagi ke genggaman gue. Supaya dia bisa sama gue lagi, ngisi hati gue yang udah lama kosong melompong ini.

Empat puluh menit lebih gue nunggu dia bales SMS gue. Kali ini, gue bener-bener marah dan merasa gak sanggup buat menggapai dia lagi. Memulai dari awal lagi. Enam bulan berakhir begitu aja tanpa gue apa salah gue sebenarnya ke dia. Dan juga tanpa gue tahu apa alasannya mau putus dari gue.

-------

Gue terbangun dari tidur ganteng gue sambil agak terbatuk. Gue kaget bukan kepayang setelah mendapati diri gue yang masih ada di tempat kehormatan gue. Ya, sebagai orang yang diamanahkan buat jaga warnet. Gue lebih kaget lagi saat terbangun dengan puntung rokok yang masih terselip di sela-sela kedua bibir gue. Kenyataan yang pahit bagi gue, bangun dengan baju oranye lusuh, ditemani dengan gelang warna-warni yang menghiasi tangan gue yang semakin kurus. Akibat tersedot stress gue yang makin binal. Rambut gue kucel, kepercayaan diri gue makin menyusut. Kepulan asap rokok mengelilingi udara sekitar gue. Hari-hari gue gak akan pernah sama lagi setelah ini. Gak akan pernah. Bagaimanapun caranya, gue gak akan mampu menggenggam tangan kecil yang menghangatkan itu. Meski hanya untuk sekali lagi...

-End of Yoga's story-

Hai, pembaca! :D. Gimana ending dari kisahnya Yoga?. Mohon maaf kalo endingnya gak terlalu sedih. Huahaha... XD.

Jangan khawatir, setelah ini bakalan ada lagi kisah-kisah dari penghuni warnet yang lainnya! :D. Yang sabar ya, nunggu update-annya lagi! :D

Mohon kritik dan sarannya! :D. Tunggu terus kisah lainnya, ya! :D

THANK YOU!!! ^^~

Next Part: Gue Dani

Warung Internet [COMPLETE]Where stories live. Discover now