Melakukan hobimu atau kegiatan yang kalian minati adalah hal yang paling menyenangkan sepanjang masa. Apa lagi jika kita berkumpul dengan sekawanan pemilik minat yang sama dan dapat mencapai tujuan bersama. Saling memapah pundak satu sama lain jika membutuhkan bantuan.
Begitulah band yang Nick bersama dengan kawan-kawannya jalani. Bibit yang mereka tanam sedikit demi sedikit bertumbuh menghasilkan tunas baru. Dengan satu anggota baru masuk ke dalam grup membantu proses band tersebut berjalan. Dari pada band, mereka lebih membentuk sebuah kelompok musik akustik.
Dengan iringan piano dari jari-jari lentik Nick, lalu petikan gitar yang mengalun merdu oleh Gray, dipadukan kembali dengan suara gesekan biola selembut kain sutera dari Cathy. Mereka pun mulai berlatih tanpa penyanyi utama, memadukan ketiga alat musik dan menciptakan begitu banyak lagu dan suasana.
Bagi mereka, musik merupakan media penghantar pesan. Setiap not dan nada yang terangkai melukiskan senyuman pada setiap wajah. Namun segala minat maupun hobi memiliki waktunya tersendiri. Keseharian mereka seperti biasa, mempelajari pelajaran yang dituntut oleh sekolah. Memasuki kelas pada pagi hari seperti pelajar pada umumnya. Pagi pun bermula dengan membosankan.
Pelajaran matematika pun dimulai, karena sebagian anak-anak genius ini sudah les sehingga mereka malas-malasan dan malah bermain-main saat guru menerangkan di depan. Tentu saja diam-diam, kalau ketahuan penghapus papan tulis akan melayang ke arah kepalamu, sobat.
Nick yang masih tidak ada niat untuk belajar akhirnya hanya memerhatikan sekeliling dan mendapati Gray tertidur pulas di balik topi merahnya sembari menyandar pada kursinya, terlihat bagaikan orang suram karena ia menunduk menyembunyikan wajahnya. Cowok berambut silver ini menyungging senyum, nyaris tertawa ketika melihat kepala Gray bergerak menghadap ke atas dengan menopang lehernya pada sandaran kursi dengan mulutnya sedikit terbuka dengan saliva yang menetes dari ujung bibirnya.
Lalu matanya kembali melihat ke arah lain. Yaitu gadis berambut biru di depan, duduk tegap namun nampak tidak memerhatikan apa yang dijelaskan. Tangan kirinya bergerak menulis pada buku tulisnya.
Papan tulis sudah hampir penuh namun, kepala gadis tersebut tidak pernah melihat ke arah papan tulis. Mengingat Cathy suka menulis puisi alhasil Nick tidak heran ia terus menundukkan kepalanya dengan wajah serius menatap kertas putih berjam-jam.Hampir seluruh murid tidak memerhatikan penjelasan guru, kecuali jika mereka seorang penjilat atau mungkin hanya berpura-pura mengikuti. Tentu saja para murid langsung menjawab begitu guru tersebut memanggil nama mereka dan menanyakan soal yang bersangkutan dengan materi.
Mata Nick terus menjelajah hingga akhirnya ia menemukan sosok mungil yang duduk menyilang darinya jauh di belakang.
Tatapan gadis berambut pendek itu begitu serius, seolah-olah menyimak setiap kata yang dijelaskan. Tidak hanya itu, yang membuat Nick terheran-heran tangannya bergerak menulis pada bukunya.
Dari sekian banyak orang di kelas yang katanya khusus dan genius, ternyata masih saja ada yang rajin mengikuti pelajaran. Atau kah naif? Menjaga imagenya agar terlihat baik?
Nick mengangkat kedua bahunya sembari menghela napas dan tersenyum menertawakan cewek kecil tersebut.
"Jika kalian paham, bukalah halaman 203."
Semuanya sibuk membuka halaman yang disuruh. Tanpa terkecuali, bahkan Gray yang tadinya tidur kini mengelap salivanya dan segera membuka bukunya. Nick dengan tatapan malas-malasan membukanya lalu menidurkan wajahnya pada halaman 202, sembari menatap halaman 203 yang terpenuhi oleh persamaan-persamaan berbahasa inggris. Gurunya sudah gila, sudah tahu buku mereka bilingual dan mereka lebih membudidayakan bahasa indonesia, masih saja guru itu menggunakan bahasa asing yang sudah menjadi bahasa internasional. Membuat seluruh siswa memijit keningnya masing-masing, karena membutuhkan energi dua kali lipat untuk mencerna yang tertera di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
Short StorySetiap pertemuan, selalu ada perpisahan. Setiap ada kata suka, pasti ada percikan api di jantung. Setiap kata benci, memunculkan rasa cinta. Semuanya dimulai dengan hari cerah yang ceria. Sebelum diriku mengenalmu. Sebelum kamu mengenalku. Aku hanya...