Epilogue

3.3K 105 15
                                    

Bagaikan mimpi menjadi kenyataan. Semuanya berubah begitu drastis, bagaikan hal-hal buruk yang menghantuinya terhapus begitu saja. Gadis mungil yang duduk di bangku SMA itu kini dapat kembali tersenyum, tertawa, dan menjalankan hidupnya seperti gadis pada umumnya. Membuka pintu hatinya yang selama ini selalu terkunci rapat. Akhirnya ia dapat terbuka dan berteman dengan semua orang.

Kata pepatah tinggalkanlah halaman lama, bukalah halaman baru dengan senyum berbahagia.

Pupil penuh dengan kehidupan baru terbuka pada pagi hari, dirinya segera bersiap-siap menata dirinya untuk berangkat ke gedung yang memberinya pendidikan serta pengetahuan, rumah kedua untuk seluruh siswa di dunia.

Ia menatap pantulan dirinya pada cermin meja riasnya. Tubuhnya sudah memakai seragam sekolah kebanggaannya dengan rapi, namun ia masih mengkhawatirkan hal yang tidak perlu. Sementara kedua matanya memeriksa dari kepala hingga pakaiannya, kedua tangannya membenahi lagi pita pada dadanya itu. Menarik dari kedua sisi pita agar nampak layak dilihat oleh umum.

Setelah itu ia kembali menyisir rambut-rambut coklat halusnya serta poninya dengan jemari lentiknya. Lalu kembali menatap wajahnya takut ada yang tertinggal. Rasanya penampilan menjadi salah satu kekhawatirannya sekarang. Padahal beberapa hari lalu ia tidak terlalu memikirkannya.

"Kurasa aku harus membeli aksesoris rambut." gumamnya memerhatikan wajahnya yang ia miringkan ke kiri menatap dari seperempat bagiannya.

Merasa sudah cukup mempercantik dirinya, Val menengok jam beker merah muda dengan gambar kupu-kupu kecil di atas meja rias tersebut.

Matanya melebar bulat-bulat, terkejut melihat waktu yang tertera di sana. Waktu menunjukkan pukul 7:48, mengetahui hal tersebut Val langsung beranjak dari tempat duduknya dan mengambil tas punggung kecilnya.
Hari itu sekolahnya memiliki acara, sebuah festival yang mewajibkan murid untuk menampilkan sesuatu yang telah disiapkan oleh kelasnya masing-masing.

Kelas Val yang terkenal khusus dan special telah menyiapkan sesuatu untuk ditampilkan di atas panggung dengan meriah dan istimewa juga. Ia harap semua jerih payah teman-teman dan dirinya terbayar dengan performance dan acaranya yang memuaskan para penonton.

Dengan langkah kaki cepat ia memasuki ruang dapur melihat kedua orang tuanya di sana.

"Pagi Val."
"Waah, anak mama yang cantik semangat sekali."

Mereka menyambut Val dengan hangat, bahkan ibunya membuatkannya sarapan sebelum ia berangkat. Namun dengan sangat keberatan Val berkata, "Maaf ma aku telat," mengindikasikan bahwa ia tidak dapat memakan sarapan buatannya saat itu karena harus bergegas berangkat ke sekolah.

"Telat?" suara ayahnya begitu terkejut, kalimat Val membuat pria gagah dengan setelan kemeja menoleh menatap jam dinding di dapur yang sukses membuatnya tersedak dengan kopi yang sedang ia minum saat menatap jam.

Keduanya pun terburu-buru, dengan semangat mereka membereskan bekal dan berjalan ke ruang depan untuk memakai sepatu.

Wanita yang mewariskan kecantikkannya kepada Val mengikuti pria tercinta dan buah hatinya memakai sepatu di depan. Ia tertawa kecil melihat hal tersebut karena belum pernah melihat mereka terlambat seperti ini.

"Val ikut papa saja, papa antar kamu sampai gerbang yah!" perintahnya merapikan kembali dasinya mengambil tas tangannya dan segera memberi kecupan pada kening istrinya, "Aku berangkat yah ma." pamitnya sembari mengedipkan sebelah matanya.

Pria itu pun keluar, segera menghidupkan mobil, sembari menunggu Val ia memanaskan mobil sedan hitamnya itu.

Val masih mengenakan sepatu hitam bertalinya. Karena panik ia kesusahan menali sepatu tersebut, menarik napas panjang akhirnya ia menyelesaikan tali temalinya.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang