CHAPTER 2

777 55 7
                                    

Disclaimer : Masashi Kishimoto
.
.
.
.
.
HIS LIFE
.
.
.
.
.
.
Sorry for bad languange, typos and many more, happy reading!
.
.
.
.

Pintu utama diketuk kasar. Hari sudah menunjukkan pukul 10 pm. Matahari pun sudah tidak mengganggu kulit. Langkah kaki kecil terburu-buru untuk meraih gagang pintu yang terkunci itu dan memutar arah knop pintu dengan cepat. Wajahnya sedikit cemas terbukti dari bulir keringat yang menghias sekitar pelipis dan dahinya. Juga matanya yang memerah mungkin karna menangis. Ia menatap seseorang yang juga sama hal nya dengan dirinya. Sama takutnya. Mereka berdua masuk kedalam dengan lari kecil.

Detak jarum jam terus terdengar mengiringi rasa cemas mereka. Semuanya sedang tidak baik-baik saja. Si sulung merasa kesakitan yang mendalam di sekujur tubuhnya. Pucat, menggigil entah karna apa dan juga rasa pusing yang serasa akan menghancurkan kepala. Wanita dewasa tersebut terlihat memegangi kepalanya untuk mengukur suhu tubuh si sulung, mencari denyut nadi di pergelangan tangannya yang pucat dan gemetar.

Sedangkan seseorang dibelakangnya tampak ketakutan dan mulai mengeratkan kepalan tangannya sendiri. Ia tidak terlalu suka dengan situasi ini. Sungguh.

Mata si sulung terbuka. Ia menggulirkan pandangannya, mencari seseorang yang selalu membangkitkan semangatnya untuk menempuh kehidupan.

Tangannya terulur, mencoba menggapai seseorang di belakang si wanita dewasa. Si sulung juga meneteskan air mata dari mata kanannya. Matanya tidak bercahaya. Tapi ia tersenyum di dalam tangisnya dan mulai perlahan menurunkan tangannya kembali. Si wanita dewasa memberikan waktu untuk mereka berdua, jadi dia pergi.

Ia masih takut untuk mendekat. Air mata juga mulai menetes lagi di pipinya. Tapi tangan si sulung kembali terulur seakan memanggil untuk mendekat. Ia melangkahkan kaki perlahan, mencoba mendekat ke arah si sulung yang terkapar di atas kasur hitam. Ia duduk di bibir ranjang. Takut untuk lebih mendekat lagi. Si sulung masih terus tersenyum di tengah rasa sakitnya. Bibirnya pucat dan memutih. Rambutnya pun tidak begitu hitam lagi. Tapi dia masih tersenyum. Mencoba melawan semua rasa sakitnya.

Ia menurunkan tangannya kembali dan mencoba berdiri, dan ia pun berdiri. Berjalan menuju seseorang yang takut terhadapnya. Ia menyetarakan tingginya dengan orang tersebut dan mengusap puncak kepalanya dengan sayang. Senyuman masih terpatri di bibirnya. Dan ia berkata ,"Maafkan aku. Tapi ini akan menjadi kali terakhir kau bisa menatapku seperti ini. Aku menyayangimu, Sasuke adikku"

Setelah itu ia terjatuh dan tidak bergerak. Sasuke membulatkan mata dan berteriak sampai pintu terbuka dan seberkas sinar matahari menyilaukan matanya...

"Sasuke bangun! Ini sudah pagi. Kau bisa telat ke sekolah!" teriak seorang remaja sambil membuka tirai jendela yang berusaha menutupi sinar matahari. Seseorang dibalik selimut itu menggeliat dan dengan cepat membuka mata lalu merubah posisi menjadi duduk. Ia mengalihkan pandangan ke arah langit-langit. Tubuhnya berkeringat. Wajahnya pun tampak sangat gelisah, ia menolehkan kepalanya kepada seseorang yang berdiri sambil menyiapkan perlengkapan sekolahnya dari lemari.

"Nii-san?"

"Cepatlah mandi. Ini sudah hampir terlambat. Kenapa kau berkeringat?"

"Mimpi. Kau... Baik kan?"

Remaja bermata hitam itu berhenti dari kegiatannya lalu mulai tersenyum simpul. "Apa yang kau mimpikan semalam? Apa itu tentang aku? Atau sesuatu?" Sasuke menggelengkan kepalanya lalu mulai beranjak dari ranjang. Pemuda itu berjalan pelan menuju kamar mandi untuk segera bersiap.

His LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang