Chapter 4

2.4K 151 1
                                    

[Budayakan Vote sebelum baca!!! Makasih]


Eryl menatap curiga Angel yang sedang tersenyum-senyum sendiri. Ia menepuk punggung Angel dengan pelan-lebih tepat yang dianggap pelan menurut dirinya sendiri-ketika tidak tahan lagi melihat sahabatnya yang sudah seperti 'kemasukan'.

Bug!

"Aw!" jerit Angel sambil menegakkan punggungnya tiba-tiba karena terkejut. Ia berusaha mengelus punggungnya yang kesakitan. "Kok kamu mukul aku?"

"Aku cuma menepuk punggungmu dengan pelan. Apakah sekeras itu?" tanya Eryl dengan polos.

"Lebih mirip digebukin, Eryl!" ralat Angel.

"Lagipula, kenapa kau senyum-senyum sendiri? Apa kau kesurupan?" tanya Eryl sambil duduk di depan Angel.

"Hm.. Aku.. Aku.. A.. Gak jadi, deh!" jawab Angel terbata-bata. Curhat ke Eryl sama saja dengan curhat ke robot. Yang elo anggap romantis, menurutnya malah ngebosenin. Kalau suka, bagus, kalo nggak, 'apa peduliku?', pernah ia menjawab seperti itu pada Angel, atau yang lebih sering, 'bukan urusanku.', itu kan Eryl banget. Dan semua itu... ngeselin banget.

Eryl menatap tajam mata sahabatnya. Tatapannya begitu menusuk ke dalam seolah mencari tahu apa yang ada dalam pikiran Angel. Gadis itu tersenyum dingin. "Jacky?"

Angel sedikit ngeri dengan senyuman Eryl. Cewek itu jarang senyum, sekalinya senyum bikin bulu kuduk berdiri. Tapi satu nama yang baru disebut cewek itu mampu membuat pipi Angel merona. Hatinya jangan ditanya, udah meletup-letup dari tadi.

"Ternyata benar. Coba kulihat apa yang Jacky lakukan, hmm...." Eryl menatap tajam Angel.

'Mampus!' Angel berusaha menyembunyikan apa yang terjadi dengan membuat ekspresi palsu, tapi dia tahu betul itu semua akan sia-sia karena yang berhadapan dengannya sekarang adalah detektif dengan tingkat kejeniusan melebihi rata-rata, ditambah dengan hubungan mereka yang sudah terbilang cukup lama-mungkin saat masih di kandungan mereka sudah saling menjalin hubungan persahabatan melalui ibu mereka-membuat Angel tak mampu menyembunyikan apa-apa dari cewek di hadapannya.

"Pipimu.." tunjuk Eryl pada pipi Angel.

"Ke.. Kenapa pipi aku?" Angel tergagap. Dia menahan nafas saking tegangnya.

"Pipimu merah waktu kusebutkan satu nama.. Jacky. Aku lalu bertanya pada matamu mengapa seperti itu. Matamu memberitahuku bahwa Jacky sudah melakukan sesuatu padamu. Tidak mungkin dia menidurimu karena reaksimu pasti akan berbeda, tidak mungkin juga dia memukulmu atau sebagainya karena Jacky sebenarnya berkepribadian lembut, terbukti dengan sikap ramahnya pada seorang nenek yang akan menyebrangi jalan minggu lalu walau ia suka memicu pertengkaran denganmu, menyatakan cinta padamu bisa saja tapi jika memang seperti itu tentu saat ini dia akan datang ke kelas ini dan mengajakmu ke kantin bersama, jadi.. Tinggal satu kemungkinan yang tersisa, kemungkinan yang paling mungkin terjadi, dia... menciummu."

"Eryl, bisa pelan-pelan? Jacky itu most wanted, lho! Favourite boy dengan rating tertinggi di sekolah ini. Kalau para fans-nya denger, aku bisa digebukin,"

"Selama ada aku, tidak akan ada yang berani menyakitimu." kata Eryl pede sambil melipat tangan.

'Bisa becanda juga nih anak,' gumam Angel, "Iya, ya. Siapa coba yang nggak takut kamu yang notabene-nya temen polisi? Tapi.. Kan masih ada satu kemungkinan, dia meluk aku."

"Itu sangat tidak mungkin."

"Kenapa dia gak mungkin meluk aku?"

"Karena kalau dia memeluk kamu, kamu tidak akan mencuci bajumu. Sedangkan tadi pagi kudengar bunyi mesin cuci."

Who Are You? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang