Chapter 2

75 7 0
                                    

Waktu itu, aku dekat dengan seseorang yang entah darimana asalnya, entah darimana muncul nya. Saat itu, aku diperkenalkan dengan Aldi. Dia penyemangat ku bahkan mantan dari sahabatku sendiri. Pada bulan September tahun 2014, aku dekat dengannya hanya 3 bulan saja. Tiga bulan yang penuh arti, tiga bulan yang sangat indah.
Suatu hari, aku sedang duduk dibangku koridor disekolah ku.
"Kamu deket sama Aldi? Aldi yang mana?" Selma bertanya, dalam hatiku berkata, aku harus mengungkapkannya semua, atau aku memendam sendirian saja.
Aku jawab, "Aldi? Oh, Aldi. Dia temen aja, kok."
"Kamu jangan bohong, Al. Aku tau."
DEG! Aku tidak pernah berfikir kalau Selma tau tentang kedekatanku dengan Aldi. Aku hanya diam, lalu dia berkata, "Al, aku tau kamu menyukainya, kamu menyanyanginya, tapi kamu tidak bisa menerimanya hanya karena dia mantan dari sahabat kamu sendiri." aku tidak menjawab apa-apa, aku hanya tersenyum mendengar Selma berkata seperti itu.
.
.
.
Waktu menunjukan pukul 11.40, dan bel pun sudah berbunyi. Semua siswa dipersilahkan pulang oleh guru yang sedang mengajarnya. Aku pulang ke rumah ku dengan Nabila, dia adalah saudaraku yang paling dekat denganku. Aku pulang kerumah berdua saja dengannya.
Sesampainya dirumah, aku buka kerudung ku, aku ganti pakaian ku menjadi kaos biasa yang selalu aku pakai setiap hari, dan celana levis pendek. Aku pergi ke kamar mandi, untuk wudhu lalu sholat Dzuhur. Sudah itu, aku melihat ponsel ku yang berbunyi. Aku segera melihatnya, dan ternyata Aldi, dan lagi Aldi. Dia mengirimkanku pesan via BBM.
"PING!!!"
"Iyah, Di?"
"Lagi apa, Al? Udah makan? Udah sholat? Baru pulang, ya?"
"Duduk, udah, iya."
"Kamu simple, Al"
"Oya?"
"Iyaaaa, Al"
Percakapanku lewat BBM masih panjang, saat itu aku malas membalasnya, aku hanya ingin men-endchat percakapanku dengannya. Aku masih kepikiran dengan kata kata yang Selma ucapkan kepadaku, aku tidak bisa melupakannya.
.
.
.
September, Oktober. Sudah aku lalui dengan masa-masa yang indah, tapi berakhir dengan sebuah rasa sakit hati yang tidak mudah diobati dengan waktu yang sebentar. Bulan November tiba, bulan dimana aku ditinggalkan tanpa sebab oleh nya, bulan dimana aku terpuruk karenanya. Aku selalu menunggu agar dia kembali kepadaku, tapi harapan itu hanya sekedar harapan saja yang tidak menjadi kenyataan. Ya, itu adalah hanya sebuah harapan kosong. Ternyata aku berharap terlalu lebih, dan itu lebih sakit. Satu bulan dari itu aku sudah bisa terbiasa tanpa ketidakadiran dirinya, aku sudah terbiasa dengan suasana pagi tanpa penyemangat, aku sudah terbiasa dengan suasana siang tanpa ada notifikasi darinya, dan aku sudah terbiasa dengan suasana malam yang sepi, aku sudah terbiasa dengan semuanya. Aku sudah mulai lupa dengannya.

Setelah itu, datang sosok laki-laki baru, yang sama hal nya; datang untuk pergi lagi.
.
.
.
Okeee, gengs. Makasih yang udah baca cerita ini, semoga makin penasaran sama cerita selanjutnya. Tengkyuuuuu

Fix YouWhere stories live. Discover now