Prolog

438 20 2
                                    

       

Seorang wanita muda menatap bayangan wajahnya di cermin. Bukan raut kebahagiaan yang terpancar sebagaimana pengantin lain yang akan menikah. Raut wajah wanita itu justru terlihat sendu. Tangan wanita itu terulur pada laci meja yang berada disitu, mengambil sebuah figura foto dirinya dan seorang laki-laki yang berhasil mencuri hatinya hingga kini.

Tapi, sepertinya takdir tidak bisa membuat mereka bersatu walau mereka memiliki perasaan yang sama. Ada sebuah tembok besar yang menjadi penghalang mereka untuk bersatu. Tanpa disadari air matanya mulai turun perlahan. Pintu kamar wanita muda itu terbuka dan menampilkan sosok wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya.

"Kamu sudah siap, sayang?" tanya Freya, ibunya.

Mendengar suara Freya, wanita muda itu menghapus air matanya. Freya menatap putri tunggalnya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

"Raya? Kalau kamu tidak yakin, Papa sama Mama akan mencoba menjelaskan kepada mereka. Papa sama Mama akan selalu mendukung keputusan kamu selama kamu bahagia, sayang," ucap Freya dengan penuh kelembutan.

"Tapi, Ma. Aku bisa bernapas sampai kini karena apa yang telah keluarga itu donorkan pada aku, tepatnya apa yang didonorkan Sinta padaku. Dan Sinta berharap kalau aku bisa menerima Kakaknya. Aku gak sanggup buat nolak itu, Ma," jelas Raya dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

            "Raya, apapun yang menjadi keputusan kamu, Papa dan Mama berharap kamu bahagia, sayang. Nah, sekarang ayo kita turun supaya keluarga mempelai pria tidak khawatir karena kamu belum turun juga," ucap Freya sambil menggenggam tangan putrinya.

            Mereka berjalan beriringan menuju lantai bawah, tempat dimana ketika suara 'Sah' diucapkan statusnya akan berubah.

TBC

***

Please vote+commentnya!


Regards,

annisanrl

LDR (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang