"Pa, Ma...," panggilku dengan tertahan.Dadaku tiba-tiba terasa sakit sekali. Sepertinya penyakitku kembali kambuh. Aku memiliki penyakit jantung turunan sejak aku SMP. Penyakit keturunan ini berakhir pada diriku dan setelah itu penyakit keturunan ini tidak akan menurun pada anakku nantinya. Tanganku masih meremas-remas dadaku yang semakin terasa sakit.
Pintu kamarku terbuka. Papa dan Mama menghampiriku yang kuyakin wajahku sudah sangat pucat.
"Ya Allah, sabar ya sayang. Tahan sebentar," ucap Mama.
Papa mencari-cari obatku. Ketika menemukannya, aku langsung meminumnya dibantu Mama. Perlahan jantungku mulai membaik. Aku membaringkan kepalaku dipaha Mama. Mama mengelus rambutku dengan lembut.
"Kamu gak minum obat minggu ini, Raya?" tanya Papa dengan nada yang jarang sekali kudengar.
Aku meringis pelan ketika katahuan tidak meminum obatku.
"Maaf, Pa. Aku Cuma bosan aja harus minum obat setiap hari. Dan, aku juga pikir gak akan kambuh seperti ini," jawabku dengan pelan.
"Lain kali jangan diulangi, ya. Papa sama Mama gak mau kamu kenapa-kenapa," ucap Papa dengan nada yang seperti yang selalu kudengar.
"Iya, Pa. Raya minta maaf, Pa. Raya minta maaf, Ma," ucapku sambil menatap kedua orangtuaku.
Mama mencium keningku dengan lembut dan Papa mengelus kepalaku dengan sayang. Menjadi anak tunggal membuat kedua orangtuaku begitu mengkhawatirkan diriku apalagi setelah mereka tahu aku memiliki penyakit keturunan. Mereka semakin protective padaku.
Tanpa sadar, mataku terpejam karena mengantuk akibat efek obat yang kuminum.
***
"Hai, Raya!" ugh, kenapa sekarang Kakak kelas yang melemparku dengan bola basket jadi mendadak mendekatiku?
Aku hanya mengacuhkannya, kembali sibuk mengambil buku pelajaran dari loker.
"Disapa itu dijawab kek, jangan diem aja," ucap Davin lagi.
Aku menatapnya datar sebelum akhirnya meninggalkan dirinya di lorong loker. Kupikir Davin tidak akan mengikutiku namun ternyata salah, dia mengikutiku bahkan menjajarkan langkahnya denganku.
"Ngapain ngikutin mulu, sih?" tanyaku dengan nada kesal.
"Pengen tahu aja kelas lo dimana," jawabnya.
Aku memutar bola mataku dan semakin mempercepat langkah kakiku. Ketika sampai didepan kelas, aku melihat Tristan yang tengah menatapku dengan pandangan yang sulit kuartikan.
"Ada apa, Tan? Tumben ke kelas?" tanyaku agak bingung.
"Hmm, mau balikin flashdisk lo nih. Oh, iya gua juga masukin beberapa film kesukaan lo. Di tonton ya! Tapi, nontonnya pas hari libur aja!" jawab Tristan sambil menyodorkan flashdisk milikku.
"Wah, serius? Thanks, Tan! Iya, iya gua nontonnya pas hari libur," ucapku.
"Lo ngapain disini, Vin? Bukannya kelas lo di sebelah sana ya?" tanya Tristan yang langsung membuatku sadar kalau Davin berada didekatku.
"Pengen tau kelas Raya, makanya gua ngikutin dia," jawab Davin enteng.
"Eh, gua masuk dulu, ya? Mau absensi kelas. Bye!" ucapku sambil masuk kedalam kelas.
TBC
***
Please vote+commentnya!
Regards,
annisanrl
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR (PENDING)
Teen Fiction(VERY SLOW UPDATE) LDR dalam cerita ini bukanlah Long Distance Relationship melainkan Love Different Religion. Ya, kisah ini bercerita tentang pacaran beda agama. Dimana kedua anak manusia dipertemukan dan dibuat jatuh cinta hingga saling takut untu...