11. All It Takes Is One Song

31.2K 2.8K 545
                                    

Mei, 2009

Diandra celingukan ke sana-sini ketika sudah sampai di tempat dilaksanakannya konser The Adams, band yang namanya bahkan baru ia dengar minggu itu. Di luar ekspektasi, ternyata penonton dan fans yang datang cukup banyak! Ia jadi agak kesulitan menemukan sosok Arjuna.

Sepanjang perjalanan menuju tempat konser yang berada di kawasan Senayan itu, jantung Diandra berdegup kencang. Setiap kali bus yang ia tumpangi transit untuk menurunkan ataupun mengambil penumpang, rasanya ia ingin turun dan berlari agar bisa cepat sampai. Iya, ketika jatuh cinta, orang-orang memang biasanya memiliki cara berpikir dan bersikap berbeda dari biasanya.

"Mbak, risleting tasnya kebuka!"

"Eh iya, mak—" begitu menoleh, Diandra mendapati Arjuna lah yang jahil mengatakan kalau risleting tasnya terbuka, padahal tidak. Dasar jahil!

"Hahaha apa siiih! Kirain kebuka beneran," respon Diandra sambil tertawa renyah.

Hari itu Diandra memilih untuk menggunakan ripped jeans dan kaus putih garis-garis hitam yang dipadu dengan jaket jeans favoritnya, sedangkan Arjuna menggunakan kaus hitam polos bertuliskan 'God Save The Queen' yang dibalut dengan leather jaket berwarna hitam yang entah kenapa terlihat sangat cocok dengannya. Ia jadi terlihat seperti mannequin di toko sekelas Topman atau pun Zara Man.

Arjuna menyodorkan satu kaleng Milo pada Diandra sambil tersenyum penuh arti—yang Diandra tidak bisa tangkap maknanya.

"Kenapa?"

"It's our first date," bisik Arjuna pelan, bersamaan dengan naiknya beberapa orang yang sepertinya merupakan personel band The Adams ke atas panggung yang tidak terlalu banyak dihiasi oleh pencahayaan itu.

Diandra tidak kuasa untuk menahan senyumnya sambil meninju lengan Arjuna pelan.

Suara riuh-rendah yang berasal dari penonton membuat Diandra ikut meneriakkan nama The Adams. Sejujurnya itu adalah kali pertamanya menonton konser band Indonesia—selain Sheila on 7, maksudnya. Semua orang yang hadir di konser itu terlihat fanatik dan antusias, dan melihat mereka yang begitu bersemangat mengikuti The Adams yang masih jamming, Diandra seolah-olah ikut terbawa dalam euforia itu.

Salah memang, kalau selalu berkiblat ke budaya Barat dan berpikir bahwa apapun yang berasal dari Barat itu lebih bagus daripada karya lokal. Pada saat itulah Diandra mengamini kalimat yang beberapa hari lalu diutarakan Arjuna mengenai band-band lokal. Mungkin begitu pula rasanya tumbuh dan berkembang, harus mampu berpikir tidak hanya dari satu sudut pandang.

Duh, senyumnya itu loh! Rela deh kalo seharian disuruh ngeliatin senyumnya! Arjuna membatin sambil menatap gadis yang—walaupun keringat sudah mulai bercucuran dari pelipisnya, namun tetap terlihat menarik itu.

Iya, Arjuna lebih suka mengatakan kalau Diandra adalah gadis yang menarik. Kata 'menarik' rasanya lebih pas untuk menggambarkan kepribadian gadis itu.

Cantik? Tidak, ada banyak perempuan yang cantik di sekelilingnya. Cantik saja tidak cukup. Cerdas? Terlalu luas untuk mengukur apakah orang itu cerdas atau tidak—karena kalau sudah mengatakan cerdas, itu berarti harus lebih spesifik; cerdas di bidang apakah seseorang tersebut. Menurut Arjuna, hal yang membuat Diandra menarik dan berbeda dari perempuan kebanyakan adalah ia terlihat 'hidup'. Pada awalnya, Diandra memang terlihat seperti pribadi yang tertutup, tapi setelah kenal lebih jauh, sebenarnya Diandra memiliki jiwa yang positif dan seolah-olah selalu antusias dalam melakukan hal-hal yang ia sukai.

Diam-diam Arjuna suka memperhatikan ketika Diandra sedang membaca buku sambil mendengarkan lagu. Hanya raga gadis itu yang ada di ruang kelas, tapi jiwa dan pikirannya ada di dalam buku yang ia baca. Lalu ketika sedang belajar, Arjuna juga suka ketika melihat Diandra yang fokus dan aktif memberi pertanyaan kepada guru yang sedang menerangkan suatu materi. Ia selalu suka orang yang bisa menghargai orang lain, sekecil apapun bentuk apresiasi dari penghargaan itu. Dan juga, ketika sedang berbuka puasa bersama anak-anak yatim beberapa waktu lalu, Arjuna secara tidak sengaja melihat Diandra memberikan nasi kotak miliknya kepada salah satu anak panti yang belum kebagian makanan.

Senja di JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang