06. The Closer I Get To You

39.5K 3.3K 391
                                    

Seperti hari-hari biasanya, hari ini pun Diandra harus pulang lebih lama karena laporannya belum selesai. Maklum, pekerjaannya sebagai auditor jarang sekali membuatnya bisa pulang di atas jam lima sore—bisa pulang jam lima tepat saja sudah merupakan sebuah kemewahan—kecuali kalau memang sedang tidak ada engagementwhich is once in a blue moon!

"Belum selesai juga?" tanya Adrian sambil menyandarkan punggungnya yang kokoh pada dinding di samping meja kerja Diandra.

Diandra memasang ekspresi sedih sambil tetap fokus pada komputer di depannya. Ia sedang menyelesaikan laporan keuangan sebuah perusahaan yang begerak di bidang manufaktur—yang deadline-nya akhir minggu ini. Berhubung teman satu timnya yang lain, Anton, sedang absen karena harus pulang kampung menemani istrinya yang sedang hamil dan tiba-tiba saja ngidam untuk pulang kampung.

"Ada yang bisa gue bantu nggak? Apa gitu?" tanya Adrian kemudian, merasa iba melihat Diandra yang harus kerja lebih ekstra untuk menutupi ketidakhadiran teman satu timnya dalam menyelesaikan laporan.

Diandra terlihat berpikir sebentar sebelum tersenyum jahil, "Beliin gue kopi, gimana? Nanti gue turun ke bawah kalo udah selesai."

"Terus lo sendirian disini? Udah lewat isya loh, Di."

Mendadak Diandra bergidik ngeri karena lampu kantornya di atas maghrib biasanya sudah dimatikan, ia juga teringa kisah-kisah horror yang terjadi pada teman-temannya yang lembur—walaupun ia tidak secara harfiah 'sendirian' karena masih ada beberapa temannya yang lain yang juga lembur—tapi toh ia tetap mengangguk.

"Jangan sok-sok berani gitu deh," timpal Adrian beberapa menit kemudian sambil tertawa, "Gue bikinin kopi di pantry aja ya? Biar nggak ngantuk."

Tatapan Diandra langsung merajuk, "Yes, please? Kok tumben lagi baik banget sih? Baru gajian yaa?"

Adrian hanya memutar bola matanya dramatis kemudian menjawab asal, "Lagi nggak banyak kerjaan, jadi nggak mumet."

Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya punggung Adrian menghilang, sementara Diandra menghembuskan nafas berat. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Sesak.

Entah kenapa ia merasa bersalah pada Adrian. Laki-laki itu sudah sangat baik padanya selama ini. Diandra juga tidak munafik, ia tidak memungkiri perasaan yang perlahan muncul dalam dirinya terhadap Adrian. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari mereka selalu bersama, entah itu hanya sekadar makan siang, ngopi sore-sore, ataupun pulang bersama walaupun arah rumah Adrian dengannya bertolak belakang. Namun kini orang itu telah kembali...

Diandra berhenti melakukan pekerjaannya selama sesaat, pandangannya mendadak blank. Rasanya ada sesuatu dalam dirinya yang berontak ketika mengingat reuni pada akhir pekan lalu itu. Reuni yang—walaupun hanya beberapa jam saja itu—sukses mengaduk-aduk perasaannya, reuni yang seolah-olah membongkar paksa memori lama yang sudah ia simpan rapat-rapat.

***

SMA Tiara Bangsa, 2009

Alicia, Brigitta, Daisy, Nayla dan Diandra awalnya dekat karena sejak semester satu mereka sama-sama mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang sama; tari saman. Sebelum akhirnya ketika awal kelas dua belas, Nayla memilih untuk fokus pada ekskulnnya yang satu lagi; cheerleader.

Setiap hari Selasa dan Kamis, ada latihan saman setelah pulang sekolah sampai jam lima sore. Anak-anak kelas satu dilatih oleh senior kelas dua, sedangkan senior kelas tiga hanya memantau saja.

"Duh, lega banget akhirnya selesai! Gue takut banget sama Kak Mayang," bisik Diandra ketika senior-senior mereka sudah keluar dari kelas dan mereka diberikan waktu untuk ganti baju.

Senja di JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang