Hamly POV
Aku menyunggingkan sudut bibirku untuk sekedar tersenyum. Kami berempat -aku, sahabatku Dena, Kak Cilla, dan dia kak Rivan- telah menyelesaikan amanah kampus untuk mengikuti acara temu nasional di Bali. Kampus Kami juga terpilih menjadi duta perwakilan paris dua bulan lagi yang bakalan diwakili sama kak Rivan dan Dena.
Jujur aku bahagia, melihat wajahnya tersenyum puas seperti itu jelas aku bahagia. Tapi hal yang membuatku miris adalah bukan aku yg kini tertawa bercanda dengannya. Ia terlihat sangat senang bersama Dena. Orang bodohpun akan menyadari jika mereka saling menyukai, tapi entahlah.
Kak Cilla pun ikut larut bersama mereka, hanya aku yg berdiri disisi lain untuk mengambil foto mereka. Aku seolah memang dipisahkan dinding tebal dengan mereka.
"ly... Sini, kasih aja orang lain buat foto kita" kata dena setengah berteriak ditengah keramaian. Aku mengangguk dan meminta seseorang memotret kami. Aku berdiri paling ujung di dekat kak Rivan, sedetik kemudian dia merangkulku atau lebih tepatnya merangkul kami semua. Wajahku sudah memanas, aromanya tercium jelas di indraku, wangi yang khas seolah mampu membuatku bertekuk lutut.
Kami masih punya 2 hari di pulau dewata ini, makanya kami memutuskan kembali ke hotel dan beristirahat. Besok akan di isi liburan.
***
"Hamly, lo mau mandi duluan ?" Kata kak Rivan saat kami tiba di kamar hotel. Aku dan kak Rivan sekamar sedangkan di sebelah ada kak cilla dan Dena.
"Duluan aja kak" kataku. Kudengar didalam ia menyanyi, satu kebiasaanya yang baru aku tahu.
Sejak aku mengikuti pengkaderan di kampus, aku memang sudah terpesona olehnya. Ya, aku menyukai -tepatnya sekarang cinta- pada seniorku ini. Dia orang mudah bergaul dan karismatik. Ada aura yang membuat orang-orang nyaman disekitarnya.
Aku ikut mendaftar jadi delegasi kampus sebenarnya iseng, tapi kami malah dipertemukan disana. Sementara dena yang kutemani mendaftar memang sudah kenal dengannya karena mereka sesama aktif dalam organisasi kampus, beda denganku yg bisa dibilang anak rumahan. Akupun mendaftar karena paksaan Dena, dan herannya aku lulus.
"Giliran lo" kata kak Rivan keluar dari kamar mandi, aku terkesiap. Saking asiknya melamun dia ternyata sudah menyelsaikan mandinya.
Dia keluar hanya berbalut handuk putih di setengah tubuhnya. Menampilkan otot-otot tubuhnya yang indah dengan tetesan air yg masih menempel. Cocok sekali dengan tingginya, aku saja cuma sampai bahunya, tiba-tiba wajahku memerah. Aku segera masuk kedalam kamar mandi.
Aromanya tercium jelas sekali di kamar mandi.
***
Aku keluar dari kamar mandi dengan celana pendek dan baju kaos serta handuk di leherku.
Kak Rivan yang berbaring di sigle bednya melirik ke arahku sekilas lalu melanjutkan memainkan gadgetnya.
Selalu seperti ini ketika kami hanya berdua, penuh dengan kediaman.
Bukan salahnya sebenarnya, dulu dia sering mengajakku ngobrol duluan tapi reaksiku seolah acuh dan singkat. Makanya dia agak enggan kalau mengobrol denganku, padahal itu semua karena aku terlalu gugup. Dan kami berakhir dengan kecanggungan."Sekali lagi selamat kak, terpilih ke paris hehehe" aku memulai obrolan. Dia mengankat alisnya.
"Ah semua karena kerjasama tim kita yang keren sampai delegasi kampus lain juga ikut dukung kita" katanya santai. Dan kembali hening. "Ly, menurut mu Dena orangnya kayak apa ? Maksudku diakan dekat sama lo" aku tersenyum kecut, memang kalaupun ada obrolan antara kami pasti Dena yang akan dibahas. Gilanya aku cemburu pada sahabatku."Duh udah berapa kali aku bilang, dia itu meskipun kelakuannya agak geser tapi dia baik" dia terlihat menghela nafas. Mungkinkah aku harus menanyakannya ? "Kalau kakak suka sama Dena, buruan tembak kak hahaha aku tertawa canggung. Dia hanya menatap lurus kearahku, aku menunduk. Rasanya sesak sekali. "Kak aku keluar dulu. Mau cari sesuatu" kataku keluar tanpa menunggu jawabannya.
Sudah jelas, dia dan dena saling menyukai. Aku yang harus berhenti, seberapa tidak tau dirinya aku mengharapkannya. Kami sama-sama lelaki, apa yang bisa dia lihat dariku. Lebih baik aku menghilang dari kehidupan mereka. Mereka akan bahagia, aku juga harus berusaha bahagia dengan caraku sendiri. 2 hari ini akan aku manfaatkan untuk membuat kenangan seindah mungkin sebelum aku pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade Out (BoyxBoy)
RandomBohong jika bisa berhenti mencintainya, tapi bukankah akan lebih buruk untuk bertahan saat tau hatinya bukan untukmu ? Aku akan menghilang... - Hamly Dia menghilang... Aku hancur, aku jatuh. Semua baru kusesali karena mendiamkannya. Sekarang di men...