"Jadi ?" Tanyaku penasaran. Edwin kini tengah berjalan di sampingku. Ia menaikan sebelah alisnya.
"Ngapain ngajak gua kesini ? Kan gua mau cari oleh-oleh. Kok malah ke pantai" kataku sedikit cemberut.
"Yaelah, kan bisa entar sore. Masih siang gini juga. Rugi tau ke bali nggak nikmatin pantainya" jawabnya nyengir. Dia kemudian mendudukan dirinya di depan sebuah batu karang, aku pun mengikutinya.
"Hamly" suaranya agak pelan. Yang kujawab hanya dengan gumaman. "Lu tau lu boleh cerita apapun ke gua. Apapun !" Aku sedikit tertawa mendengarnya. Tapi saat kualihkan tatapan ku padanya, aku tau dia serius.
"Maksud lu ? Gua nggak ngerti. Lagian kita baru kenal juga" jawabku berusaha mengalihkan.
" justru karena itu, gua nggak kenal siapapun buat bocorin rahasia lu. Oke gua aja yang mulai, " dia menarik nafasa pelan lalu menghembuskannya. " gua tau lu gay, dan gua adalah seorang fudanshi"
Deg...
"Ma- maksud lu ap-"
"Enggak usah ngelak. Gua juga yakin lu suka sama temen lu yg kemarin itu." Katanya. "Makanya sekarang lu boleh cerita sama gua."
Aku terdiam, seolah masih berusaha mencerna apa yang terjadi. Lebih dari setengah jam kami terdiam.
Aku mengangguk " um, lu bener. Tentang semuanya" ucap ku pelan.
ku putuskan menceritakan semua padanya. Kadang aku tak bisa menahan air mataku. Dia memperhatikan dengan pasti. Tatapannya menunjukan kepedulian. Baru kali ini, baru kali ini aku menceritakan sisi gelap ku pada orang lain. Aku harap aku bisa mempercayainya, Edwin.
"Hmmm jadi mereka saling suka ?" Tanyanya, aku mengangguk lesu. "Lu mau gua bantu dapetin dia ? Kalian serasi kok" katanya sedikit terkekeh.
"Gak usah macem-macem. Gua nggak mau bikin sahabat gua sedih. But thanks. Cerita sama lu udah bikin gua lebih baik. Kalau mau bantu gua, just help me to move on"
"Apapun keputusan lu gua bakal bantu. Meski perkenalan kita singkat, tapi yakin aja gua bakalan selalu jadi sahabat yang ada buat lu" katanya tulus. Aku pun tersenyum dan mengusap bekas-bekas air mataku.
"Um jadi lu udah punya cowok ?" Tanyaku.
"Hah ? Gua NORMAL hamly ! Gua suka cewek" katanya sedikit berteriak memberi penekanan.
"Loh tadi lu bilang, fu- fu apa gitu" kataku.
"Fudanshi!" Katanya cepat.
"Bedanya apa ?" Dia malah menepuk jidatnya.
"Artinya gua suka liat pasangan gay, tapi gua normal" katanya terlihat bangga. Aku menjitak kepalanya.
"Bagian mana dari 'suka melihat pasangan gay' yang normal Edwin" kataku.
"Is sakit tau" dia balas menjitak ku dan kami pun tertawa bersama
***
"Kami pulan- Hamly ngapain dia di sini ? " kata dena dengan nada kesalnya saat masuk ke kamar hotel yg kutempati. Kulihat kak Rivan menyusul di belakangnya membawa beberapa kantung belanjaan. Edwin terlihat kikuk, dia hanya tersenyum canggung pada mereka berdua.
"Ha hai." Katanya grogi, aku juga heran mereka pulang lebih cepat, katanya akan pulang jam 10an. Padahal ini masih jam 7 lewat.
"Oh dia cuman mampir bentar, soalnya besok kita kan udah balik dan dia nggak sempat ikut ngantar ke bandara" kataku santai. Kulihat kak Rivan menatapnya kesal dan sedikit.... Sedih kukira. Entahlah
Dia mendengus kesal lalu meletakan kantung belanjanya kasar."Udah kan, nah sekarang pergi hus hus" kata dena dengan gaya mengusirnya. Namun yang kulihat Edwin malah memperhatikan kak Rivan dengan sedikit menyeringai.
Edwin berbisik "Diam dan ikuti permainan ku"
"Aahhh enggak ah, gua mau diner dulu sama yayang hamly" katanya lalu merangkulku. Ada apa sih dengan anak ini.
"Nggak bisa dong, Hamly makan malam sama gua." Kata dena sedikit emosi. Edwin berdiri dari duduknya lalu melipat tangan di depan dada.
"Pelit amat sih, ini kan malam terakhir gua sama yayang hamly, lu lain kali aja. Ah lu makan malamnya sama dia aja ya" kata Edwin menunjuk kak Rivan
AUTHOR POV
"Edwin lu ngomo–" Edwin menutup mulit Hamly dengan telunjuknya lalu berbisik 'nurut aja' maka hamly pun diam.
"Enggak pokoknya hamly sama gua. Apaan lu panggil yayang segala. Hamly tuh udah ada yang punya, pergi lu" kata dena makin geram.
"Tapi hamly bilang tadi dia jomblo kok, iya kan?" Tanya Edwin pada Hamly, ia pun kembali mengangguk. "Bye" Edwin lalu menarik tangan Hamly keluar. Saat melewati Rivan, Edwin berbisik.
"Dia gua ambil, gerakan lu terlalu lambat bro. Ucapkan selamat tinggal" lalu melewati Rivan. Saat hendak melewati pintu gerakannya tertahan, ia melihat kini Rivan menahan tangan hamly yang satunya. Wajahnya merah padam seperti menahan amarah.
"Gua ikut" kata Rivan dingin. Dena meneguk ludahnya. Kalau Rivan marah sangat berbahaya. "Ayo dena" ia malah berjalan mendahului Edwin sambil menarik tangan Hamly.
" kak, sakit." Kata hamly, karena tangannya di cengkram kuat oleh rivan. Tapi Rivan tetap berjalan cepat sampai meninggalkan Dena dan Edwin.
***
Kritik dan sarannya plis :) jangan lupa vomebnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fade Out (BoyxBoy)
RandomBohong jika bisa berhenti mencintainya, tapi bukankah akan lebih buruk untuk bertahan saat tau hatinya bukan untukmu ? Aku akan menghilang... - Hamly Dia menghilang... Aku hancur, aku jatuh. Semua baru kusesali karena mendiamkannya. Sekarang di men...