Menjijikan

658 49 9
                                    

Hamly POV;

Sudah seminggu semenjak kami kembali dari bali, Edwin kadang masih menghubungiku dan menceritakan cerita lucu. Anehnya tiap aku beri tahu kalau aku sedang bersama Dena, dia akan lansung melakukan video call kemudian mengeluarkan gombalan-gombalannya padaku.

Dena yang melihat itu seperti biasa akan mengamuk dan mereka pun berdebat

'hamly udah punya pacar'

'gua pacarnya hamly'

Bahkan Dena pernah dengan gilanya mengatakan 'hamly lagi hamil, Puas lo' pada Edwin yang dibalas tak kalah gilanya 'masa sih ? perasaan kita lakuin itu di bali cuman sekali. Gua siap tanggung jawab kok' oleh Edwin yang malah membuat Dena makin naik pitam.

Aku yang pada dasarnya orang yg tidak suka marah-marah hanya geleng-geleng kepala melihat mereka mempermalukkanku di kampus hanya dengan video call.

Aku tidak peduli

Hanya saja

Sejak seminggu ini, aku dan kak Rivan menjadi entahlah. Lebih buruk mungkkin ? maksudku sebelumnya kami bahkan tidak saling mengenal sebelum kami ke bali. Tapi selama seminggu ini, kak Rivan selalu menatap tajam saat melihatku dan itu menakutkan.

Bahkan kadang ia memalingkan wajahnya seolah membenciku. Mungkinkah dia benar-benar sudah tahu bahwa aku gay ? atau lebih parah, dia tahu bahwa aku menyukainya ? tentu saja jika itu benar wajar dia memandang jijik padaku.

***

"hamly, lu ngelamun ?" kata Dena menyentil jidatku. Hal itu sontak membuatku memanyunkan bibirku. "ih jangan gitu hamly, gua jadi gemes nih. Kalau pereman liat lu gitu pasti lu diperkoosa"

Plak

Kali ini balik aku yang menyentil keningnya.

"lu tuh sakit jiwa. Mulut kok nggak pake sensor" kataku datar.

"hehehe. Eh temenin gua ke kantin dong." Katanya bergelayut manja di lenganku. Mungkin beberapa orang akan berpikir kalau kami sepasang kekasih. Aku menghela nafas lalu mengangguk.

_kantin_

"nah itu dia kak Rivan, ayo kesana" kata Dena lansung menarikku. Disana juga kulihat ada kak chilla.

"loh kok lu ngga bilang sih kalau mau ketemu kak Rivan, gua balik ke kelas aja yah." Kataku berusaha melepaskan tanganku dari Dena. Rasanya aku agak takut bertemu mereka sekarang, khususnya kak Rivan. Aku tak ingin menjadi obat nyamuk Dena dan Kak Rivan, selain itu aku juga tidak ingin terluka melihat keakraban mereka.

"engga, pokoknya lu harus ikut sama gua." Kata Dena keras kepala. Kalau dena sudah seperti ini aku bisa apa ? jadinya aku hanya berjalan lesu.

"loh Dena. Ada Hamly juga, lama ngga ketemu. Kok lesu amat ly ?" kata kak chilla ramah. Aku pun hanya tersenyum singkat.

"ah tadi dia semangat kok kak, cuman pas liat kak Rivan, nyawanya lansung hilang ahhahaha" kata dena tertawa, aku lansung mencubit lengannya "awww~"

"segitunya, Rivan ngga makan orang kok ly, kan kamu udah sekamar sama dia haha kak chilla ikut mengejekku. iya kan van " lanjutnya.

"hmmm" kata kak Rivan fokus pada Hpnya.

Selama setengah jam, aku seperti menjadi orang asing di meja ini, obrolan di meja ini seperti di dominasi oleh kak Rivan dan Dena serta kak Chilla sementara aku hanya terus menunduk. Entahlah aku merasakan aura tidak nyaman di sekitar kak Rivan.

Meski begitu jantungku terus saja bedebar. mau bagaimana lagi, aku mencintainya.

TING.

TING

Fade Out (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang