Happy Reading All
________________
Chapter 4
Seminggu ini Aini terus saja bekerja, bahkan ia harus double shift agar bisa memenuhi keinginan abinya untuk berlibur selama tiga hari di Bogor.
"Fa, kamu sakit nak?" cemas umi melihat putri sulungnya itu nampak pucat.
"Aifa enggak papa mi, mabuk perjalanan aja." Jawab Aini agar ibunya tidak khawatir.
Kantuk menyerang Aini saat uminya memijat kepalanya yang terasa pusing hingga ia tertidur. Sedang abinya nampak sibuk berbicara dengan mang Hilman, supir yang akan membawa mereka ke Vila milik abinya yang berada di Bogor.
Sampai ditempat tujuan, umi menyuruh Aira untuk memapah Aini ke kamar mereka agar beristirahat.
"Kak, Ira ke bawah dulu ya bikin teh manis dulu untuk kakak."
"Hmm." Aini menganggukan kepalanya.
Aira bergegas pergi ke dapur untuk membuat teh, udara di puncak memang sangat dingin sehingga gadis sma itu merapatkan jaket yang ia kenakan sembari menuruni anak tangga.
"Loh kok Ira udah turun aja, bukannya temenin kakak di kamar?"
"Ira mau buat teh mi, buat kak Aifa juga kok. Kasian kakak, kayaknya panas dingin deh mi, menggigil soalnya." Terang Aira.
Ting Tong
"Abi aja ya, yang buka pintunya. Umi mau ke atas dulu lihat Aifa."
Abi melangkahkan kakinya ke depan pintu, saat membuka rupanya keluarga Hermawan lah yang datang mengunjunginya.
"Assalaamu'alaikum."
"Wa'alaikum sallam. Pak Hermawan sekeluarga, silahkan masuk pak."
Abi membawa mereka ke ruang tamu dan menyuruh mereka duduk.
"Umi! Umi sini mi, ada tamu." teriak abi, kemudian umi datang cukup lama setelahnya.
"Pak Hermawan, bu Nadya. Kami pikir kalian akan datang besok. Maaf ya enggak ada apa-apa, kami juga baru sampai soalnya." Ucap Umi sembari menyajikan teh hangat dan juga kue kering.
"Tidak apa-apa jeng, katanya abang sudah tidak sabar mau ketemu nak Aini."
"Bunda!" sela Arvi yang merasa malu. Susah memang mempunyai ibu yang bicaranya agak lemes.
"Sayang sekali Aifa nya baru aja istirahat, sedang tidak enak badan soalnya."
"Aifa?" tanya Arvi sembari mengerutkan pelipisnya dan membuat umi seketika tertawa.
"Aini tuh kalau di rumah dipanggilnya Aifa." jelas umi membuat Arvi dan Nadya ber oh ria.
Pagi harinya, kondisi Aini sudah agak mendingan. Saat para pria masih berada di mesjid karena mengikuti kajian subuh. Aini, umi, Nadya serta Aira sibuk berkutat di dapur. Aini yang memang pandai memasak membuat Nadya tersenyum bangga, suaminya memang tidak salah memilihkan Arvi calon istri, terlebih lagi Nadya tidak menyangka kalau Aini adalah gadis yang ia temui beberapa saat lalu di IFRS Bunda Alya, gadis itu sudah membuatnya jatuh hati bahkan dipertemuan pertama mereka.
Ting tong
"Buka dulu Fa, mungkin mereka sudah datang!"
"Baik mi." Aini mencuci tangannya di wastafel kemudian bergegas membukakan pintu.
"Assalaamu'alaikum."
"Wa'alaikum sallam. Pak dokter?" tanya Aini, "Kok bisa disini?" Arvi tersenyum melihat raut wajah Aini yang kebingungan.
Tbc
comment nya yang banyak atuh yes, biar next chapter bisa agak panjang nulisnya, satu lagi sentuhlah bintang putih itu agar ia bisa bersinar terang hingga berubah warna menjadi orange.
Hatur nuhun, terimakasih, thank you, syukron.
Publish
Senin, 05 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halalku
SpiritualAini Fatimatuz Zahra, seorang asisten apoteker yang bekerja disalah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Hidupnya biasa-biasa saja datar tak bermakna, namun hidupnya berubah, saat tiba-tiba harus dijodohkan dengan pria pilihan abinya. Namun, saat ia...