Happy Reading All
____________________________________________________________
______________Keesokan harinya Arvi bersikap senormal mungkin, seolah tidak ada apapun yang terjadi, ia berpura-pura tidak tahu akan kejadian malam tadi.
Ia kembali menjemput Aini pada pagi harinya, kemudian mengajak gadis itu sarapan.
"Handphone abang ketinggalan, udah aku charger," ucap Aini sembari menyerahkan handphone Arvi.
"Makasih ai."
Mereka pun sama-sama menikmati sabu, menu andalan restoran ini. Bukan sabu yang itu, walau sabu yang ini juga bersifat adiktif, karena sekali datang kemari, maka kau akan datang kembali ke tempat ini karena ketagihan dengan bubur sumsumnya.
Saat mereka berjalan untuk pulang, tiba-tiba suara panggilan menghentikan mereka.
"Kak Arvi, kak Arvi!" seru seorang wanita.
Aini melihat sosok yang memanggil Arvi, tak jauh dari mereka ada seorang wanita yang sedang menggendong seorang balita berusia sekitar 8 bulanan, serta berdiri disampingnya seorang pria yang sangat tampan dan juga tengah menggendong seorang balita.
Arvi melingkarkan tangan Aini pada lengannya kemudian melangkahkan kakinya bersamaan dengan Aini menuju sepasang suami istri tersebut.
Awalnya Aini mematung, karena baru kali ini pria selain abinya menggandeng dirinya, entah mengapa Aini tidak bisa memberontak, namun tetap saja ia merasa risih. Untungnya setelah sampai dengan keluarga kecil itu, Arvi melepaskan tangan Aini, kemudian Arvi mengambil alih jagoan kecil yang sedang ada dalam gendongan sang ayah.
"Aa, teteh sedang apa disini?" tanya Arvi pada bayi kembar ini.
"Ini ibunya anak-anak pengen makan bubur disini, nostalgia pas waktu ngidam katanya." ucap Gibran menjawab pertanyaan Arvi yang ditujukan pada anak-anaknya.
"Mas sudah sehat?" tanya Arvi pada Gibran.
"Alhamdulillah mas sudah sangat sehat sekarang Ar."
"Gadis cantik ini calon kakak ya?" tanya Raina melihat seorang wanita berdiri disamping Arvi.
"Iya Rai, calon istri, namanya Aini," Aini yang kikuk langsung menyodorkan tangannya pada Raina.
"Aini kak," ucap Aini sembari bersalaman dengan Raina.
Huaaa aaaa
Bayi yang ada dalam gendongan Raina menangis karena tidak digendong oleh Arvi, padahal sedari tadi kedua tangan gadis kecil tersebut terbuka minta digendong.
"Teteh cemburu kak, minta digendong juga."
Arvi menyerahkan Aa pada Aini, kemudian beralih menggendong Teteh yang ada dalam gendongan Raina, dan gadis kecil tersebut langsung berhenti menangis tat kala Arvi menggendongnya.
"Ya udah cepet-cepet diresmiin kak, kalian udah cocok gitu gendong anak. Biar usianya juga enggak terlalu jauh sama Aa dan teteh, nanti anak-anak kita main di playgroup bareng." ucap Raina antusias. Kemudian ibu dua anak itu mengambil handphonenya dan memotret Arvi dan Aini yang sedang menggendong anak kembarnya.
"Bagus banget, kalian kaya ayah bundanya aa teteh beneran, cocok banget. Udah aku send wa kak kalau mau lihat hasilnya."
"Aa teteh, pulang yuk! Nanti oma nyariin kita dari subuh gak pulang-pulang."
Arvi dan Aini menyerahkan kembali sepasang bayi kembar itu pada kedua orangtuanya.
"Ingat ya kak, cepet resmiin, jangan lupa undangannya!"
"Do'akan saja mas, Rai, mudah-mudahan dalam waktu dekat kami bisa segera menikah."
"Aamiin, ya udah kita pulang duluan ya, assalaamu'alaikum." pamit Aini.
"Wa'alaikum sallam."
Arvi mengantar Aini pulang, namun sepanjang perjalanan pikirannya terus saja berkelana.
Sesampainya di rumah Aini, ia melihat seorang wanita yang memakai dress selutut tengah menunggu di kursi depan rumah. Setelah melihatnya dari dekat Arvi tahu, kalau wanita tersebut adalah wanita yang sama dengan yang dilihatnya di Cafe waktu itu tengah mengobrol bersama Aini.Aini turun dari mobil Arvi kemudian segera menghampiri Icha dan menghambur ke dalam pelukannya. Kemudian Arvi mengikutinya dari belakang.
"Icha, bukannya kamu lagi ke Turki?"
"Aku cuma sebulan kok disana, jenguk mami sama papi aja. Iiih aku kangen banget sama kamu, si devil lagi pulang ke Indo gak bilang-bilang. Padahal aku juga kangen sama dia. Eh Zain udah nemuin kamu 'kan?" tanya Icha sembari cipika cipiki dengan Aini.
Wajah Arvi langsung berubah tat kala Icha menyebut nama Zain, bukankah Zain itu adalah pria yang menemui Aini kemarin malam? Sebenarnya ada apa antara Aini dengan Zain? Ada hubungan apakah mereka sebelumnya?
"Udah Cha,"
Tatapan Icha langsung teralih pada seorang pria yang berada dibelakang Aini, "Njiiir Fa, punya temen cakep begini dikenalin apa," ucap Icha saat melihat Arvi.
"Arvi calon suaminya Aini." kenal Arvi, namun wajah Icha langsung berubah pias saat mendengar bahwa pria tersebut mengaku sebagai calonnya Aini. Padahal sebelum kepergiannya ke Turki, ia sempat bertemu dengan Aini di cafe dan sahabatnya ini waktu itu tidak menceritakan apa-apa.
Icha tahu bahwa sepupunya, Zain sangat mencintai sahabatnya Aini, Zain pasti sedih kalau tahu Aini sudah menjadi calon istri orang lain.
"Enghh. emmmh.. A- aku mau kasih undangan ini sama kamu Fa, tiga hari lagi angkatan kita ngadain reuni, dateng ya Fa." ucap Icha sembari menyerahkan undangan itu.
"In sha Allah ya Cha,"
"Iya, aku pulang dulu ya Fa, salam sama abi dan umi kamu. Assallamu'alaikum."
Tbc
Icha sepupunya Zain.
Komen sama vote banyak, update juga cepet kan.
Publish
Rabu sore, 14 Maret 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halalku
SpiritualAini Fatimatuz Zahra, seorang asisten apoteker yang bekerja disalah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Hidupnya biasa-biasa saja datar tak bermakna, namun hidupnya berubah, saat tiba-tiba harus dijodohkan dengan pria pilihan abinya. Namun, saat ia...