11

21.7K 1.5K 70
                                    

Happy Reading All

__________________

My Ai

Enggak papa, makasih bunganya.

😊😊

Arvi mengerutkan dahinya, bunga? Apa ini adalah kode, kalau gadis itu ingin bunga darinya?

Malam ini juga ia bertekad ke florist untuk membawakan Aini bunga, ia tidak sabar agar hari segera menjadi malam.

Sementara diluar rumah sakit, Aini masih tidak percaya kalau pria yang ada dihadapannya saat ini benar-benar Zain. Jantung Aini berdetak dengan lebih kencang, begitupula dengan Zain.

Zain tersenyum wanita yang selama hampir lima tahun terakhir ini ia rindukan, kini bisa ia temui kembali.

"Kamu, kapan pulang dari Australi? Kok enggak ngabarin dulu mau pulang? Email aku juga gak pernah kamu bales? Kamu sombong banget Zain."

"Mana dulu pertanyaan kamu yang harus aku jawab? Sebaiknya kita masuk mobil aku dulu, ada banyak hal yang harus aku omongin sama kamu Fa."

Aini pun masuk kedalam fortuner hitam dengan Zain yang membukakan pintu untuknya.
Kemudian lelaki itu memutari mobilnya untuk duduk di kursi kemudi.Setelah menghidupkan mesin mobilnya, pria itu melajukan mobilnya ke sebuah restoran.

Sesampainya disana Zain langsung memesan menu untuknya dan Aini. Sembari menunggu pesanan mereka datang, Zain menjawab satu persatu pertanyaan Aini.

"Aku baru pulang dari sana kemarin malam, aku enggak ngabarin kamu dulu biar jadi kejutan."

"Dan kejutan kamu itu berhasil, Zain."

"Maafkan aku karena tak sempat membalas email mu Fa, aku benar-benar serius kuliah disana. Dan sekarang aku sudah menyelesaikan magister aku."

Zain ini selain tampan ia juga mempunyai IQ diatas rata-rata. Tak heran ia dapat menyelesaikan pendidikan hingga  strata duanya dalam kurun empat tahun setengah. Selama itu juga, ia belum pernah kembali ke tanah air, bahkan hari raya idul Fitri sekalipun, keluarganyalah yang datang mengunjungi Zain.

"Aifa!"

"Apa?"

"Kamu selalu cantik, dari dulu hingga sekarang, kadarnya tidak pernah berkurang."

Aini tersipu dengan pujian Zain.

"Kamu juga gak berubah, Zain. Gombalan kamu ternyata makin receh Zain,  kadarnya berubah karena makin meningkat," ucap Aini sembari sedikit tertawa.

"Aku gak gombal Fa, tapi itu fakta."

"Terserah kamu ah Zain," ucap Aini, tak lama setelah itu waiters datang dan menyajikan pesanan mereka.

Aini makan dalam diam, dan Zain malah sibuk memperhatikan Aini.

"Aku tahu, waktu itu kamu datang ke bandara. Aku tahu karena Icha yang bilang, kalau kamu datang kesana dan juga memakai jilbab yang aku berikan. Kamu tahu Fa? Kabar itu membuat aku semakin semangat belajar disana, karena aku tahu kamu juga menyambut perasaanku."

Aini menghentikan kunyahannya, dan matanya kini menatap tepat dimata Zain.

"Hari ini aku mau tegasin, bahwa aku bukan pengecut lagi Fa. Aku mau bilang bahwa, aku Ahmad Zain Al-afghani  mencintai kamu Aini Fatimatuz Zahra. Kamu juga mencintai aku kan Fa?"

Pengakuan Zain barusan membuat Aini tersedak seketika, dengan cepat Zain menyodorkan air pada Aini. Aini segera meminumnya hingga tenggorokannya kembali terasa lega.

Zain menatap Aini dengan khawatir, "Kamu enggak papa kan Fa?" tanya Zain cemas.

"Maaf Zain, aku harus pulang. Aku enggak enak badan," ucap Aini kemudian berlari keluar dari restoran tersebut dan meninggalkan Zain begitu saja.

Beruntung saat keluar dari rumah makan tersebut, ada taxi yang lewat dan segera Aini berhentikan kemudian masuk kedalam taxi tersebut untuk pulang.

"Kakak sudah pulang, mana nak Arvi?" tanya umi saat Aini baru saja pulang kerumahnya dengan wajah lesu, ah bukan namun terlihat sedih.

"Ada operasi mi, Fa ke kamar ya umi capek banget." ucap Aini sembari menahan tangisnya agar tidak diketahui orang rumah.

Tanpa menoleh kebelakang lagi, Aini segera menaiki tangga agar segera sampai ke kamarnya, satu-satunya tempat agar ia bebas mengeluarkan isi hatinya.

Aini langsung mengunci pintu kamarnya dari dalam, kemudian menjatuhkan dirinya ke atas ranjang queen sizenya. Ia ambil satu bantal untuk menutup wajahnya, berharap tangisannya teredam dengan bantal putihnya itu.

Ya allah, kenapa harus seperti ini?

Aku mencintainya, tapi abi telah memilihkan orang lain untuku.

Aku harus bagaimana?

Aku tahu, sejatinya jodohku
Tetap Engkau yang menentukan.

Aini menangis hingga ia tertidur.

Mencintai seseorang dari lama, dan kalian tahu bahwa orang tersebut juga mencintai kalian. Namun, saling mencintai saja tidak cukup untuk bisa menjadikan kalian bersama.

Terlebih lagi kemarin malam, abi  Aini, cinta pertamanya itu berbicara serius dengannya. Beliau ingin, jika kali ini Aini dapat memenuhi keinginannya agar menerima lamaran Arvi, dan saat itu Aini terlanjur menganggukan kepalanya agar abinya bahagia.

Tbc

Jangan lupa, agar tetap mantengin komenannya. Satu lagi jangan anggurin bintang putihnya, harus disentuh biar ia jadi bersinar.

Publish

Senin, 12 Maret 2018
Selamat berbuka puasa.

Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang