"Apa lo suka cara lo yang sekarang, Cla?" suara dingin itu terdengar lagi saat gue memasuki beranda rumah. Kalo bukan Arnol siapa lagi, orang yang akhir akhir ini buat gue sakit hati.
"Kenapa? Lo gak suka? Eh lo, jangan pernah ngurusin urusan gue walaupun ini per-" Arnol langsung ngegampar gue dengan keras. "Dia anak gue bukan anak elo, Cla!."
"Ck! Anak e lo? Dia anak gue juga!" sergah gue tanpa memedulikkan pipi gue yang merah ini akibat gamparannya. "Casen anak gue satu satunya, Arnol!," lanjut gue dan meninggalkannya di beranda rumah. Saat gue masuk, Casen berdiri tak jauh dari pintu masuk dengan tatapan dingin.
"Gue anak e lo? Ck!, gue berharap bukan, Ma?," ucapnya tanpa wajah sedikit pun perhatian. Yah, gue gak perhatian sama dia saat gue tau dia bukan Cesen malah Casen. Gue tau, gue sakit saat mengetahui itu.
"Casen, gue tau lo Casen! Jangan banyak omong. Besok pagi, adek lo bakal cau dari negara ini," ucap gue dan pergi masuk kedalam rumah. Gue gak tau apa perasaan dia sekarang, gue gak perduli.
Gue sendirian dikamar, gue benci pernikahan ini. Gue sangat membencinya.
Brakk!!
"Gue gak akan biarin lo ngirim Cesen ke LA, gue gak tau apa pikiran lo! Gue akan ngebongkar semuanya nya, siapa lo itu!!. Sekali lagi gue tanya, dimana Cesen?"
Suaranya kasar, setiap kata naik beberapa oktaf membuat gue mengernyit mendengarnya. Saat kalimat terakhir, gue cuma senyum manis.
"kak Demian, kalo si Cesen nanyain Casen, bilangin aja dia gak ada atau bilang si Casen pergi yah kak?," rayu gue ke kak Demian.
"Kenapa emangnya, cla?" gue terdiam dan menjawabnya, "ini sebuah kejutan kak." kak Demian mengangguk paham, "Baiklah!"
>>> tadi siang"Lo gak perlu tahu," Casen berlinang air mata. "GUE GAK AKAN BIARIN LO BAN*SAT!!."
Deg
Bagaikan beribu tusukan dihati gue, ini sakit melebihi apapun. Gue termangu melihat wajah Casen dengan tatapan membunuh lalu ia pergi sembari mengusap wajahnya kasar.
¤¤¤¤¤
Arnol POVCasen berlari dari arah dalam rumah dan keluar tak menyadari gue yang masih berdiri di beranda rumah. Apa lagi cobaan ini.
"Ces- casen!! Nak nak !!" gue berusaha berlari mengikutinya, ia tampaknya berlari kearah rumah kak Demian.
Saat gue sampai diberanda rumahnya, terlihat Casen dengan tangisan menggedor gedor pintu rumah kak Demian.
Gue menatapnya sendu hendak menghampirinya, ia terduduk masih dengan kegiatannya - menangis dan menggedor pintu.
"Om!! Om!! Bukain....... dimana.... Cesen? Om?.... Hiks..."
Gue menghampiri Casen dan pintu terbuka menampakkan seorang remaja yang langsung memeluk Casen. Gue terdiam ditempat melihat mereka berpelukkan dengan tangisan yang memilukan.
Kak Demian keluar dan menatap gue bertanya tanya, sedangkan istrinya dan John melihat Casen dan Cesen bergiliran.
"Kak?" gue menoleh ke arah belakang, semua pasang mata mungkin melihat apa yang gue lihat. Clara sudah ada di belakang gue sedari tadi.
-skip-
Semua atau kami, duduk diruang tamu. Casen dan Cesen tampak saling berbincang bincang dengan keadaan yang mengharukan.
Kak Demian sedari tadi memandangi gue dan Clara bergiliran meminta penjelasan. John dan istrinya gue gak tau kemana.
"Apa yang sebenarnya terjadi Cla?," tanya kak Demian pada Cla yang masih membuang muka dengan dingin.
"Cla? Gue ngomong sama lo!" suara kak Demian sedikit tinggi dari yang sebelumnya hingga Cla menatap kakaknya itu dengan menantang, sepertinya.
"Bicaralah, Cla?!," tanya kak Demian lagi. Atmosfer disekitar semakin panas mungkin. Gue hanya diam menatap Cla menunggunya bicara seperti kak Demian menunggunya juga.
"Gue? Hmm... Gue ngelakuin yang benar," jawab Cla hanya itu lalu berdiri. "Casen, kita pulang yuk!," lembut tapi tegas saat gue dengar.
Casen berdiri dan kurasa tak membiarkan Cesen berdiri dari tempatnya. Sedangkan kak Demian, ia bingung kurasa. Selama ini ia tahu, jika Cesen adalah Casen dan sebaliknya.
"Kenapa? Apa gue gak pantes disini? Atau lo mau nyingkirin sodara gue secepatnya?"
Kak Demian ikut berdiri dan menatap Casen dengan sedikit terusik akan gue-lo. "Cesen, kenapa kamu ngomong kek gitu?," tanya kak Demian dan gue cuma diam ngeliatin mereka semua. Biarin aja Clara yang nyelesain toh gak ada ruginyakan.
"Om, aku bukan Cesen, gue Casen dan dia Cesen," tunjuk Casen kepada Cesen yang duduk dengan wajah datar.
Tampak kak Demian bingung dan ingin meminta penjelasan, sebelum itu keluar dari mulutnya, Casen berbicara. "Dia, bukan mama yang baik, dia pemilih kasih semenjak Cesen kekurangan kadar kecerdasannya. Dia orang yang sangat jahat, om," ujar Casen sambil menunjuk kearah Clara, gue berdiri dan ingin membantu. Tapi, Clara sudah membuka pembicaraan.
"Gue, emang jahat! Gue em-" ucapan Clara terpotong karna kak Demian.
"Hentikan sifat kekanakan dan kekeras kepalaanmu Cla!! Gue gak tau apa yang terjadi, jelaskan!! "
"Cesen adalah anak yang kurang cerdas, Cesen punya kebodohan yang tinggi, kerja Cesen lambat. Tapi, Cesen gak ngaruh sama apapun itu," datar, ucapan Cesen datar seperti wajahnya tanpa ekapresi itu. Anak gue, kenapa kalian gak pernah bahagia.
"Cesen gak perlu siapa pun, besok Cesen mau ke LA tanpa halangan!," Cesen berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah membuat kami semua disini terdiam.
"Puas? Gak sekalian napa kalo gue ke Indonesia aja. Oh iya gue kan bisa minta tolong sama teman gue yang lebih tau dari keluarga sendiri," gue harus ambil alih.
"Casen, kamu jangan bicara seperti itu nak," gue menghampirinya dan memeluknya. Getaran nya tersalurkan ke gue, dia menangis. Anak yang malang.
"Ikut gue Cla, gue mau ngomong sama lo!," ajak kak Demian pada Clara yang masih diam ditempatnya, gue menoleh kepada kak Demian dan dia hanya mengangguk.
"Udah ya sayang, ini papa akan batalin penerbangan Cesen." ia sedikit menjauh, dia tersenyum sendu kearah gue. "Casen dan Cesen ada misi, jadi yang sudah terjadi yah terjadi lah. Hari ini ulang tahun ku dan Cesen, harapan kami adalah berpisah dan menjalankan misi,pa. Besok, aku akan ke Indonesia pa. Hehe bahasa kita sehari hari aja gahol pa!," ia tampak serius dan akhirnya terkekeh dan memeluk gue lagi.
"Papa doakan kamu agar mendapatkan apa yang kalian mau ya, selamat ulang tahun," gue melepaskan pelukkan dan mencium keningnya. Gue menggenggam tangannya dan memasukki rumah hendak bertemu dengan Cesen terakhir kali.
"Pa!," teriaknya riang lalu memeluk gue, gue sedikit terkejut dan membalas pelukkannya dan mencium keningnya. "Selamat ulang tahun, anak papa!" dia hanya mengangguk dipelukkan gue. Casen memeluk gue dan sekarang gue berpelukkan dengan anak kembar gue.
John tersenyum melihat gue dan gue membalasnya. Istri kak Demian tersenyum pilu
"Papa mendukung kalian nak!"
END
21Mei2016
PUBLISH 2016
2019 RevisiUp up up
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM A MAFIA NOT A NERD (Completed)
Roman d'amour==THE END== ==TAMAT== //Warning!// //Ending gantung kek jemuran// //Ditulis saat belum tau peraturan kalimat// //Ditulis saat 2016// Bully#157 of 6.74K 10 Oct 2019 Bully#66 of 6.76k 17 Oct 2019 Bully#63 of 7.21k 09 Des 2019 Bully#59 of 7.23k 10 Des...