BAB 8

16.5K 1.4K 32
                                    

Chacha mematung, dia melirik kanan-kiri dengan gelisah. "OSIS diteror habis-habisan."

Hah?

"Reksa menerima surat aneh. Ruangan OSIS dirusakin, rumah gue dilemparin sampah, dokumen proposal acara pekan raya menghilang tanpa jejak, softcopy di data komputer OSIS diubah total. Kemarin sore gue bantuin Reksa, Rama dan Ron untuk mengurus proposal ulang di ruang OSIS. Rama izin keluar untuk ke toilet. Setelah itu, kita mendengar suara gaduh di ruang rapat OSIS, kita semua ke sana tapi ternyata kita dijebak, kita semua digebukin sama sosok bertopeng putih, itu Kevin yang dendam sama Reksa. Kita semua kalah abis dia megang belati dan gunting, ini luka di kening, hasil gue menghindar dari dia, dia mau menusuk wajah gue pake gunting. Ron berhasil menendang Kevin hingga jatuh tersungkur, terus nyuruh gue keluar buat mencari bala bantuan. Awal gue nggak mau ninggalin mereka, tapi Ron maksa. Gue keluar buat mencari bantuan, tapi, di koridor gue dicegat sama hulk yang membawa balok kayu."

Hah??? Beneran ada orang lain selain Kevin, dan cewek itu yang membantu Kevin juga seharusnya tertangkap. "Lalu?" Aku mendengarkan tanpa berkedip.

"Hulk mengejar gue, belum selesai sampai di situ. Dia lebih kuat dan sadis daripada Kevin, dia yang membuat luka sayatan makin melebar, beberapa kali dia mencoba melukai gue dengan belati. Dia terus mengejar gue sambil membawa balok kayu besar saat gue udah nggak kuat gue melihat lo bersembunyi. Gue mau menyuruh lo kabur, tapi kalah gesit. Sebelum gue benar-benar pingsan, gue sempat mendengar dia berkata Hallo Nantha. Dia pasti tau lo!"

Aku terperanjat dan menganga. Siapa? Siapa hulk itu? Kenapa dia bisa tahu namaku? Aku anak baru di sekolah, siapa yang tahu aku kecuali teman sekelasku, siapa? Aku berusaha berpikir keras.

Chacha menepuk bahuku pelan. "Kalo ada apa-apa kasih tau kita, kalo OSIS sudah diserang, anak murid lain diserang juga tanggung jawab OSIS."

"Tapi Kevin dalangnya kan udah ditangkap polisi, penculik gue juga, Kak. Seharusnya ini sudah berakhir dong?"

"Gue rasa pelakunya banyak banget. Hulk tadi, trus orang yang bertugas ngunciin Rama. Fyi, Rama dikunciin di koridor belakang."

Di sekolah kami setiap koridor yang area belakang memiliki gerbang sendiri, dan setahuku dekat toilet cowok memang ada gerbang tersebut. "Terus Rama bisa keluar gimana?"

"Dia cerita keluar lewat tembok belakang, naik ke meja bekas lalu manjat tembok, muterin sekolah lalu masuk lewat gerbang depan. Saat di gerbang dia melihat Ron dan Reksa diculik mobil jeep. Trus dibawa kabur. Dia ngebut naik motor mengejar itu mobil, tadi malam dia cerita ke gue, Shilla dan Yunda di kamar rawat."

"Rama melihat cewek berjaket dan kacamata hitam?" tanyaku.

"Dia nggak cerita tentang cewek tuh. Dia ngamuk karena OSIS disabotase sama Kevin."

"Tapi, gue melihat cewek, dia yang menyeret Ron. Kevin nggak punya banyak waktu buat menyeret dua orang dan bolak-balik ruang rapat OSIS."

Chacha membuka mulutnya lebar-lebar. "Lo harus menambahkan info tersebut ke pihak berwajib. Nama lo siapa? Kok gue baru lihat lo, pas MOS gue panitia loh."

"Nantha, gue baru pindah sekitar sebulan lalu."

"Aneh, emang bisa pindah pertengahan semester gitu?"

Aku mengangkat bahu lalu tersenyum hambar. "Sekolah kita kan money-oriented, tahu sendiri kan gosip murahan sekolah terkutuk itu?"

"Oh, benar juga. Teman SMP gue bilang bokap gue mengantar nyawa anak sendiri padahal beliau cukup mampu untuk membiayai sekolah gue ke SMA Bina Mulya."

Aku tidak sangsi memang keluarga Hans ini cukup tajir. "Kenapa lo nggak menolak, Kak? Lo bisa masuk sekolah yang bagus dan aman."

"Ah, kata bokap gue apalah arti hidup kalau datar saja. Jadi beliau sama gue setuju aja masuk sekolah ala Harry Potter versi non sihir gini, intinya sama-sama bertahan sampe lulus."

EntangledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang