Part 5

140 7 0
                                    


Keesokan paginya, Carol bangun kesiangan. Yah, sebenarnya ibunya sudah membangunkannya, tapi dia malah tidur lagi. Jadi dia ditinggal di rumah sementara kedua orang tuanya dan Bejo juga adik mereka jalan-jalan.

"Laper ah...."gumam Carol, dia menyiapkan sarapan untuknya. Untunglah sebelum pergi ibunya sudah menyiapkan sarapan, jadi dia hanya perlu menghangatkannya lagi saja. Dia kembali sebentar ke kamarnya untuk mengambil hpnya saat dia mendengar suara batuk-batuk dari kamar sebelah.

"Heh?! Jadi Ben juga tidak ikut?!"pikir Carol. Suara batuk-batuk itu semakin jelas.

"Mas Bejo?"panggil Carol. Tidak ada jawaban.

"mas?"masih tidak ada jawaban.

"Aku masuk ya"tanpa menunggu jawaban, Carol pun masuk. Untungnya pintunya tidak dikunci. Dilihatnya Bejo masih berselimut rapat.

"Mas, ayo sarapan"kata Carol. Bejo tidak merespons. Carol mulai khawatir.

"Mas Bejo?"panggil Carol lagi, dia mencoba menyingkap selimut Bejo.

"Ma... Maaf Dek, nanti aja ya"kata Bejo berusaha tersenyum.

"Eh?! Apa yang terjadi?! Wajahmu pucat"kata Carol khawatir. Bejo hanya menggeleng dan berusaha tersenyum. Dia berusaha bangun, tapi Carol menahannya. Carol meraba dahi Bejo.

"Ya ampun, Ben. Kamu demam, kok nggak bilang sih?!"protes Carol. Belum sempat Bejo menjawab, Carol kembali memotongnya.

"Tunggu, akan kuambilkan obat, kamu istirahat saja"kata Carol cepat sebelum berlari pergi. Dia segera mencari obat demam di lemari dan menyiapkan sarapan untuk Bejo. Dia membuatkan bubur untuk Bejo. Tak lama kemudian, setelah semua siap, dia membawanya ke kamar Bejo. Bejo masih terbaring lemas.

"Ben, ayo makan dulu, lalu minum obatnya."kata Carol. Bejo hanya mengangguk.

"Ayolah Ben, sakitmu bisa makin parah kalau tidak minum obat"bujuk Carol lagi. Bejo kembali mengangguk.

"Ben, ayolah...."bujuk Carol lagi. Akhirnya dengan bantuan Carol, Bejo pun duduk sambil bersandar pada kepala ranjang, Carol meletakkan bantal di punggungnya agar duduknya lebih nyaman dan mulai menyuapinya. Jika dalam situasi normal, pasti keduanya sudah salah tingkah dengan wajah merah padam. Tapi bukan waktunya untuk itu, yang dipikirkan Carol hanya agar keadaan Bejo segera membaik dan yang dipikirkan Bejo juga agar dia segera sembuh. Setelah makan, Bejo pun minum obat dan kembali istirahat. Carol mengompresnya. Dia sangat khawatir. Suhu tubuh Bejo benar-benar tinggi, tapi ia tampak kedinginan. Dia sudah melapisi selimut Bejo, tapi dia masih tampak kedinginan. Yah, udaranya memang agak dingin karena hujan turun. Apalagi hujannya cukup deras dan disertai petir.

"Ben.... Cepatlah sembuh.... Kumohon... Aku nggak suka melihatmu begini...."gumam Carol sedih. Tanpa terasa matanya memanas, dia cepat-cepat menghapus air matanya. Dia jadi teringat saat kematian kakeknya dulu. Carol cepat-cepat menghapus pikiran buruknya. Tiba-tiba terdengar petir menyambar. Carol menutupi telinganya dan meringkuk gemetaran. Ya, dia takut dengan petir. Tambah lagi situasinya seperti ini. Dia sangat mengkhawatirkan Bejo tapi satu sisi juga dia takut dengan petir dan jadi tidak bisa fokus.

"Ben.... Jangan tinggalkan aku...."gumam Carol lagi. Air matanya kembali menetes. Dia benar-benar takut. Entah kenapa wajah pucat Bejo mengingatkannya lagi akan almarhum kakeknya sebelum kematian beliau dulu. Dia membelai wajah Bejo. Saat tengah mengompres Bejo, dia melihat gelang yang dipakai Bejo. Itu gelang pemberiannya dulu saat mereka masih kecil . Ternyata Bejo masih menjaganya dengan baik. Carol tidak bisa menahannya lagi, dia menangis tanpa suara. Dia sangat takut. Dia sudah mengabari orang tuanya tadi soal keadaan Bejo dan mereka bilang akan segera kembali. Saat ini dia hanya berdua dengan Bejo dan rasanya tak banyak yang bisa dilakukannya. Dia benar-benar takut kalau Bejo juga akan meninggalkannya seperti kakeknya dulu.

On the Rainy DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang