×1×

68 6 0
                                    

Tiba-tiba ada sebuah tangan terulur di depannya mengengam sapu tangan biru muda.

Naomi masih berdiam.

"Udah kalau mau nangis ya nangis aja?" Ucap sosok itu.

Naomi tidak mengubrisnya, namun air mata itu perlahan tapi pasti mulai menetes.

"Apa mencintai sesakit ini?" Gumamnya lirih lagi namun masih terdengar

×××

"Tidak, jika kamu mencintai orang yang benar" Suara itu menjawab gumaman Naomi

"Bagaimana bisa kamu berkata mencintai orang benar, sedangkan kamu tidak tau yang mana benar dan yang salah"

"Demi menyelamatkan kamu dari orang yang salah Tuhan mematahkan hatimu" Jedanya "Ada perasaan yang harus hilang, agar tumbuh di hati yang tepat." Sambungnya lagi.

Diambilnya telepak tangan halus dan putih milik gadis itu dan meletakkannya sapu tangan biru muda itu.

Sedangkan Naomi meletakkan wajahnya di lututnya.

Dia tidak tahu seperti apa wajah sosok yang sedang berdiri di hadapannya saat itu.

Masih berdiam dalam posisi nya. Dan sosok itu masih dengan entengnya menandanginya.

Hingga akhirnya tangan besar lelaki itu mengusap kepalanya-Tidak lebih tepat mengacaknya rambut lembutnya.

Lalu berlalu meninggalkan Naomi, meninggalkan rasa hangat dikedua hati.

Naomi masih terdiam hingga tersadar akan bunyi bel.

Kriiiingg.

Naomi buru-buru berdiri, membersihkan rok nya dan tersadar bahwa di genggamannya ada sebuah sapu tangan.

Ternyata sosok itu memang ada dan buka sebuah ilusinya saja. Naomi menghapus air matanya dengan sapu tangan itu menyimpannya di sakunya , tersenyum tipis untuk memulai sandiwaranya. Seolah semua baik-baik saja.

Langkah kaki Naomi berjalan melewati koridor IA , ia melewati kelas IA 6 kelasnya Arkha tanpa menoleh sedikitpun. Dia tersenyum kedepan seolah tak terjadi apa-apa.

Lalu melewati kelas IA5, IA 4 dan IA 3 ia terhenti sejenak dan menatap kelas itu dan tersenyum tipis padahal disana tidak ada yang menatap Naomi. Entah apa yang membuatnya begitu ingin memandang kelas itu dan tersenyum.

Namun yang tidak diketahuinya ada seseorang yang melihatnya melalui ekor matanya tersenyum kecil, dia melihat Naomi meski pandanganya tertuju didepan.

Naomi berjalan cepat memasuki kelasnya, dilihatnya kelasnya tidak ada guru.

Sempat bernafas lega, terlebih ketika dia mendaratkan tubuhnya di atas kursinya, guru biologinya-Ibu Murni baru masuk kekelas dengan buku-buku tebalnya.

Salsa menatap Naomi penuh tanya. Lalu menulis di sebuah kertas sobek.

Lo dari mana aja?
Diapain sama dia?
Lo nangis? Cecar Salsa dikertas coret itu.

Naomi membaca tulisan itu lalu melirik sekilas Salsa dengan senyumannya dan menulis.

Aku tidak apa-apa. Tulis Naomi.

Dibalik aku 'Tidak apa-apa' itu pasti ada 'Apa-Apa' Tulisnya lagi

Naomi membalasnya dengan senyuman dan berusaha fokus pada pelajarannya kali ini.

Menit-menit berlalu, membuahkan rasa bosan yang mulai menyerang, rasa itu hadir tanpa bisa di tolerir lagi.

Semua dimenit 30an mulai menjalankan aktivitas masing-masing, sang guru sibuk dengan papan tulisnya, ada yang mulai tidur di sudut kelas, ada yang benar-benar memperhatikan guru itu, ada yang sibuk dengan handphonenya.

TALK LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang