Five

579 64 7
                                    

Aku membuka mataku secara perlahan mencoba membiasakan dengan cahaya yang masuk menatapku. Begitu penglihatan ku jernih aku bisa melihat ayahku yang tertidur di sampingku. Tepatnya dengan posisi duduk disamping ranjang. Aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan ini. Ruangan yang didominasi oleh warna putih dan bau obat obatan.
Rumah sakit?

"Sayang kau sudah sadar?"

Ayah sampai terbangun, apa karna aku? Padahal aku sama sekali tidak berniat membangunkannya, ayah terlihat sangat kelelahan.

"Ayah.." bisik ku lemah

"Sayang, kau baik baik saja? Apa masih terasa sakit?"

Aku menggeleng dan mencoba tersenyum pada ayah.

"Ayah...kenapa..Aku ..ada ..disini?"

Aku menanyakan hal yang sudah membuatku bingung sejak tadi.

"Kau pingsan di koridor sekolah dan temanmu langsung membawa mu ke rumah sakit. Dia terdengar sangat panik saat menelpon ayah dan itu membuat ayah semakin panik hingga ayah langsung kemari, manajer ayah sangat marah tapi ayah tak mempedulikannya"

Aku hanya tersenyum mendengar penuturan dari ayah, ayah selalu begitu. Sangat ceroboh dan mengambil keputusan secara tergesa gesa.

"Ayah bisa dipecat"

"Ayah tidak peduli! Biarkan saja ayah dipecat, ayah sudah bekerja sangat keras dan manager itu hanya santai santai saja, biar ayah dipecat. Jongie lebih penting dari pada pekerjaan ayah"

Aku tertawa mendengar penuturan ayah yang terlihat sangat kesal dengan manager nya. Aku juga sangat senang karna ayah bilang aku lebih penting dibanding pekerjaannya. Ayah..Benar benar sudah berubah, dulu ayah adalah seorang workaholic. Pekerjaan adalah segalanya dan sekarang akulah yang lebih penting bagi ayah. Senangnya ...

"Hahaha ayah bisa saja, lalu dimana Myungsoo?"

Jika benar Myungsoo yang mengantarkannya kesini lalu dimana dia? Kenapa tak ada disini?

"Ah, anak itu dia sudah menunggu mu sadar seharian ini, karna merasa kasihan ayah menyuruhnya pulang. Awalnya ia bersikeras untuk tetap tinggal, tapi akhirnya dia pulang juga"

Benarkah? Myungsoo menunggu ku selama itu? Dia benar benar teman yang baik, aku bersyukur memilikinya.

"Dia anak yang baik jika ayah lihat. Kalian sudah berteman berapa lama?"

"Baru beberapa hari, tapi kami begitu cepat akrab. Bahkan Myungsoo yang mengantarkan ke makam ibu"

"Benarkah? Ayah senang karna akhirnya kau punya seorang teman yang dapat kau percaya"

"Terima kasih ayah, sudah mempercayai Myungsoo"

"Yah, ayah juga bisa melihat bagaimana panik nya dia saat kau sakit begini. Oh, iya ayah sampai lupa, dokter bilang kau pingsan karna kelelahan dan juga karna stres. Juga disebabkan oleh shock yang berlebihan. Memang apa yang menyebabkanmu sebegitu stres sayang?"

"Itu....

"Aku...jung so min"

Ah, iya aku ingat aku pingsan karna gadis itu...jung so min dia disini. Sekarang aku harus bagaimana? Aku tidak ingin bertemu dengannya .....

"Sayang"

"Iya ayah"

"Kalau kau punya masalah, cerita lah pada ayah , jangan memendam nya sendiri, kau mengerti? Ayah tidak ingin putri ayah sampai stres begini lagi"

Aku melihat ayah ku yang memandangku dengan senyuman nya.mungkin ayah benar. Aku selalu menyimpan masalah ku sendiri tanpa mau membaginya pada ayah. Aku bahkan tak mengatakan bahwa aku di bully oleh Soeun dan kawan kawan. Aku pikir mungkin aku bisa mengatasinya. Tapi, aku salah. Aku tak bisa. Sangat sangat tak bisa.

The appearanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang