Chapter 2

101 23 5
                                    

Husna, Kirana, Syira, dan Dea segera menyiapkan sarapan yang sudah di panaskan di kapal tadi. Hanya tinggal di simpan ke piring-piring yang dibawa.

Sementara Nadia, dan Rika sibuk mengecek mobil offroad yang akan di pakai masuk ke dalam hutan nanti takut saja ada mesinnya yang rusak atau apa. Mending di periksa terlebih dahulu daripada mogok di tengah hutan nanti.

Dan untuk para lelaki, mereka terus bermain dan berlari-larian di pantai. Tingkah mereka seperti anak kecil yang baru pertama kali melihat pantai, begitu senangnya dan lepas. Sampai-sampai mereka tidak menyadari bahwa umur mereka sudah kepala dua semua.

"Makanan udah siap ...!!" teriak Kirana.

Mendengar teriakan itu mereka semua segera berkumpul dan duduk berlesehan. Seperti biasa, Aldi, akan duduk di dekat Kirana dan seperti biasa pula pasti Aldi minta disuapi oleh Kirana.

Mereka semua segera melahap sarapan yang sudah disediakan dengan lahap dan penuh semangat.

Syira merasakan ada yang memperhatikan mereka dari jauh, membuat ia menoleh ke belakang pundaknya, dan ... tidak ada apa-apa di sana. Sepi. Hanya ada pohon-pohon di sana. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan kembali melahap makanannya sambil terus memikirkan hal itu.

"Kamu kenapa, Syir?" tanya Una.

Syira tersenyum tipis lalu berkata, "Ah engga Un, engga ada apa-apa kok. Aku cuman kecapean aja," jawab Syira.

Una terkekeh. "Aku kira kamu kenapa, soalnya dari tadi noleh terus kebelakang," kata Una.

Syira menggelengkan kepalanya. "Lanjut makannya Un, bentar lagi kita jalan."

Una hanya menuruti ucapan Syira dan melanjutkan sarapannya.

Ikhsan yang sudah selesai duluan segera memasuki mobil, dan menyalakan mobil guna untuk memanaskannya terlebih dahulu sebelum dijalankan. Begitu juga dengan Rika, ia ikut menyalakan mobilnya dan menunggu yang lain di dalam mobil.

Nadia, Syira, Husna, Dea, Kirana dan Shinta segera menyusul Rika ke mobil setelah membereskan peralatan makan mereka begitupun dengan Darwin dan yang lainnya yang menyusul Ikhsan ke mobil. Saat mereka mulai memasuki mobil, Wildan mendengar sebuah suara gemersik dari arah hutan. Suara yang terdengar seperti suara berisik yang tampak dibuat oleh sesuatu, entah itu hewan atau ... penghuni pulau. Tapi segera Wildan menggelengkan kepalanya menyingkirkan pemikiran tersebut. Karena dia dan yang lain tau Sentinel Selatan ini tidak dihuni, beda dengan Sentinel Utara yang dihuni suku buas.

***

Seseorang yang sejak tadi mengawasi gerak-gerik Ikhsan dan yang lain cepat-cepat berlari hingga ia lupa bahwa ia sedang bersembunyi di semak-semak belukar. Jantungnya berdegup saat menatap salah seorang dari manusia itu melihat ke arahnya, Wildan. Namun segera ia menghembuskan napas lega saat dilihatnya Wildan segera memalingkan penglihatannya.

"Daging," ucapnya pelan dengan tatapan lapar menatap dengan teliti tubuh Wildan.

Dia segera berlari masuk ke dalam hutan sebelum mobil-mobil Ikhsan dan kawan-kawannya juga ikut masuk ke dalam Hutan.

***

Hari semakin terik dan panas. Mereka tak menyangka kalau di dalam pulau ini matahari justru tampak lebih menyengat. Mobil Rika menyalip mobil Ikhsan yang tadinya berada di depannya. Syira yang duduk di samping Rika segera membuka jendela mobil dan berteriak memanggil Ikhsan.

"Ikhsaan!" panggilnya.

"Apa?" tanya Ikhsan balik.

"Sebentar lagi dzuhur, jangan lupa kita istirahat sekalian sholat," ucap Syira lagi.

Death ForTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang